Dua

-

Tetesan
air turun meluncur seakan-akan kaca jendela mobil merupakan perosotan yang ada di taman kanak-kanak. Hujan masih mengguyur kota yang tetap ramai beraktivitas, suara-suara klakson  saling bersahutan dengan derasnya rintik hujan begitu lampu merah berganti menjadi hijau.

Bibir Dongpyo mengerecut sebal sedari tadi karena pertanyaannya malah dijawab dengan pertanyaan lain dari Yohan. Padahal dia sudah menjawab tapi Yohan tidak berhenti menanyakan pertanyaan yang sama.

"Cowok tomat itu siapa sih? Ganjen banget?"

"Hei, Pyopyo, itu cowok tomat siapa?"

"Biasanya temanmu itu si anjing poodle, hamster, dan balon tube man. Ini tomat siapa lagi?"

"Aku kan udah jawab hyung!" Dongpyo mendecak kesal, ia tidak mau melihat Yohan. Dongpyo merasa lebih baik jika dia disuruh menghitung bulir air yang ada di jendela mobil ketimbang ditanyai pertanyaan yang sama.

"Sekali lagi kukatakan, cowok tomat itu punya nama, hyung. Berapa kali sudah kubilang? Namanya Lee Eunsang dan kenapa juga hyung bilang dia ganjen, sih? Kan hyung gak kenal!" protes Dongpyo berlanjut, "Terus temen Pyo yang hyung sebutin itu punya nama juga! Hyungjun, Dohyon, dan Minhee!"

"Si tomat itu ganjen soalnya dia deket-deket kamu." Yohan masih lupa nama si tomat, padahal barusan sudah diberitahu Dongpyo.

"Oh jadi deket-deket orang otomatis ganjen, gitu, ya, hyung?" masih tidak mau melihat Yohan, ia memutar bola matanya malas, "Kupikir hyung lebih pintar dari ini."

Dongpyo melanjutkan ketidaksukaannya lagi, memberi kode, "Lebih baik hyung suruh aku menghitung berapa banyak air yang menempel di jendela daripada menyuruhku menjawab pertanyaan itu terus!"

"Tapi Pyopyo-"

"SATU BULIR... DUA BULIR..." kelewat kesal, ia sekarang benar-benar menghitung jumlah bulir di jendela mobil.

Membicarakan lelaki tomat terus menerus bisa menaikkan tekanan darah Dongpyo,  dia masih muda, dia tidak mau sakit hipertensi karena hal sepele seperti ini.

Yohan yang terbiasa mendengar ocehan Dongpyo sekarang menyesal karena membuat si manis marah dan tidak mau bicara dengannya. Dia sadar, menanyai hal yang sama pasti membuat Dongpyo kesal, lalu kemungkinan terburuk adalah Dongpyo tidak mau berteman dengannya lagi.

Bertahan dalam zona teman dan tidak keluar untuk masuk ke zona pacaran saja sudah susah,
Apalagi kalau mencoba masuk ke dalam zona teman lagi jika hubungan stabil ini hancur?

Untuk mempertahankan hubungan pertemanan baik nan langgeng mereka, Yohan mencoba untuk mencari topik lain,

"Bagaimana dengan rumor itu?"

Dongpyo menghentikan hitungan bulir ke lima puluh enam, "Aku masih tidak tahu siapa yang menyebarkannya."

Mata Dongpyo masih terpaku pada bulir hitungan terakhirnya tadi, kamu lima puluh enam... Kamu lima puluh enam...

"Doakan besok aku dapat jawabannya." setelah itu dia melanjutkan hitungan bulirnya,

Lima puluh tujuh, lima puluh delapan... Lima puluh-

"Kamu nggak nyaman dengan rumor itu?"

"..Sembilan!" pekikan Dongpyo datang bersamaan dengan pertanyaan Yohan sekaligus mengundang tanda tanya dari pemuda di sebelahnya,

Dongpyo langsung menoleh kaget karena ia tanpa sengaja menyuarakan isi pikirannya, "Eh... hehe..."

"Hah?"

"Nggak, bukan apa-apa, hyung. Apa tadi pertanyaaannya?" Dongpyo tersenyum manis, berusaha mengusir rasa malunya. Ingin rasanya segera turun dan keluar dari mobil. Tapi sayangnya mereka belum sampai di tempat tujuan.

"...uh." Yohan lalu menggerakkan mobilnya untuk berbelok masuk ke dalam sebuah komplek perumahan, "Kamu kenapa sih semangat banget mau hapus rumor itu?"

Padahal asik tiap datang ke sekolah Pyo terus disebut,
"Eh, pacarnya Dongpyo!"

"Harus semangat, dong! Soalnya kalau malas nanti hilangnya lama." Dongpyo mengepalkan kedua tangan, dirinya berapi-api, semangat akan menggunakan tendangan hiyaat! Yohan untuk menghajar si penyebar rumor, biar mampus katanya.

"Bukan gitu maksud hyung, apa sih motivasi kamu untuk menghilangkan rumor kita pacaran?"
Ekor mata si atlet menangkap pemandangan deretan pohon pinus di jendela sebelahnya, tanda sebentar lagi mereka sampai di rumah Dongpyo.

Jawaban yang didapat hanyalah sunyi dan samarnya suara reda rintik hujan. Yohan ikut diam, menunggu jawaban yang diinginkan dengan sabar. Ia tidak mau Dongpyo marah lagi.

Yohan lalu menggigit bibirnya karena dua alasan,

Alasan pertama adalah mereka telah sampai di tempat tujuan,

Alasan kedua adalah sampai sekarang Dongpyo masih diam di bangkunya, tidak menjawab.

"Pyopyo... Kita sudah sampai..."

Dongpyo yang tadi diam dalam suara redam hujan akhirnya membuka mulut untuk menjawab, "Hyung belum jawab pertanyaanku tentang apa yang dikatakan Eunsang."

"Hah?" sekali lagi Yohan melongo bingung.

"Ih, hyung nyebelin banget hari ini, pokoknya aku ngambek. Kalau mau aku berhenti ngambek, seperti biasa bawa sesajen ke rumah Pyo!" Dongpyo segera membuka pintu mobil, keluar,

"Oh, iya, terimakasih tumpangannya, tapi aku masih ngambek."

• × •

Dongpyo menggerak-gerakkan kakinya yang ada dibawah meja maju ke depan dan ke belakang, setelah itu kakinya menabrak kaki orang di depannya, ia langsung berhenti bergerak,

"Eh... Pak ketua maaf, ya."

"Eunsang. Lee Eunsang," tegas lawan bicaranya.

Dongpyo langsung menundukkan wajah, "Eh, iya  Eunsang, maaf ya." Dongpyo terlalu biasa menyebut Eunsang dengan sebutan Pak ketua, padahal kemarin dia mengomeli Yohan karena menyebut Eunsang dengan sebutan cowok tomat, kepala tomat, dan si tomat.

Mereka berdua tidak ada bedanya dalam menjuluki orang,

"Tak apa, tapi apa kamu udah ngerti formula yang ini dipakainya dimana?" tanya Eunsang sambil menunjuk rumus hukum kekekalan yang tertulis di buku catatannya.

Dongpyo menggeleng lalu mengeluh, "Kenapa fisika susah sekali?" setelah itu Dongpyo memajukan bibir dan menaruh pensil di atasnya. Matanya menyipit karena pusing dan tidak mengerti.

Eunsang adalah guru les Dongpyo, setidaknya itu menurut Dongpyo. Sebab setiap jam istirahat atau jam kosong, ia langsung datang ke meja Eunsang dengan buku catatan dan coretan, meminta untuk diajari. Biasanya pelajaran matematika, kimia, dan fisika.

Mereka anak kelas ipa dan keduanya sama-sama memilih geografi sebagai lintas minatnya.

Sejak kapan Eunsang menjadi guru les sementara Dongpyo? Jawabannya adalah sejak mereka naik ke kelas sebelas dan berada di satu kelas yang sama. Dongpyo hanya mengenal Eunsang sebagai seseorang yang terlihat kalem dan penyabar tapi tegas dan berkarisma sebagai pemimpin.

Itulah mengapa sebutan Pak ketua sudah lekat menjadi julukan Dongpyo untuk Eunsang.

"Eusnang, kamu capek nggak ngajarin aku? Aku kan orangnya telat mikir kalau ketemu hitungan dan rumus." Dongpyo mencoba untuk membuka pembicaraan baru, ia ingin kabur sebentar dari berhitung tapi bukan berarti ia tidak penasaran dengan jawaban dari pertanyaannya.

"Aku nggak capek," jawab Eunsang singkat, lalu ia termenung sambil melirik sebentar pintu kelas, "Lagipula aku senang kamu mau belajar."

Dongpyo memiringkan kepalanya bingung, pensilnya ia tangkap begitu hampir jatuh dari atas bibirnya,

Ia berpikir, kenapa ada orang yang senang ketika orang lain belajar? Persaingan semakin ketat, bukankah sebaiknya mengurus diri masing-masing dan melihat orang lain ogah-ogahan belajar lebih menyenangkan? Bukankah rasa menjadi seseorang yang lebih superior lebih mengasyikkan?

"Lagipula aku sedih melihatmu diam ketika pelajaran fisika kemarin, seperti orang yang nyawanya melayang ke dimensi lain."

Dongpyo langsung manggut-manggut paham, ternyata Eunsang orang yang baik. Ia mengerti betul kebingungan Dongpyo kemarin ketika gurunya menerangkan rumus dengan cepat,

Ia sempat berpikir bahwa gurunya punya bakat menjadi rapper. Hebat sekali, bayangkan saja sebuah track yang isi liriknya merupakan rumus fisika. Pasti gurunya bisa jadi rapper yang unik dan populer.

Atau... Gurunya memang seorang rapper?

"Eunsang, makasih,ya, mau bantuin Son Dongpyo yang telat mikir ini," ujar Dongpyo sambil mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman manis.

Senyuman manis itu adalah sebuah candu untuk Eunsang,

Alasan lain Eunsang mau mengajari Dongpyo adalah karena ia ingin memiliki waktu khusus, momen spesial di sela jadwal padatnya. Sebuah momen yang ia tunggu-tunggu meski ujung-ujungnya berurusan dengan pelajaran yang membuat otak kembali penat.

Tapi tak apa, setidaknya ia dibayar dengan permen mahal yang berisi senyuman Dongpyo. Padahal membuat Dongpyo tersenyum sebenarnya cukup sederhana,

Makanan atau aneka ragam jenis cemilan sudah bisa menjadi bayaran untuk senyum permanen di wajah seorang Son Dongpyo.

"Oh, iya!" seru Dongpyo membuat Eunsang terperanjat dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Laki-laki itu dikagetkan dengan suara melengking Dongpyo yang tiba-tiba,

"Apa?"

"Eunsang ngomong apa sih kemarin ke Yohan hyung?" karena Yohan tidak menjawab pertanyaannya, Dongpyo lebih baik bertanya langsung pada Eunsang. Mumpung orang yang bersangkutan sekarang ada bersamanya.

"Aku hanya bilang kalau Dongpyo kelaparan sampai melahap bungkus ketiga roti vla yang ia beli dari kafe, untungnya mas pacar muncul."

Jawaban Eunsang mendapatkan protes dari Dongpyo, "Yak! Pacarku bukan Yohan hyung!"

"Tapi rumor yang beredar itu... mengatakan kalau kalian pacaran. Aku hanya berkata sesuai kenyataan," sahut Eunsang santai, ia tersenyum tipis melihat Dongpyo cemberut, lucu sekali.

Dongpyo kemudian menopang wajah dengan kedua tangannya, menampilkan gembulan pipi yang menekan sudut bibir mengerucutnya,

"Pokoknya aku harus segera menghapus rumor itu!"

Karena bibirnya yang maju ke depan, Dongpyo terlihat seperti bebek di mata Eunsang.

"Kamu nggak suka rumornya?"

Dongpyo menggeleng cepat, ia tidak suka. Ia sangat tidak suka dengan rumor tidak berbasis itu. Dongpyo tidak suka ketika orang lain mencampuri urusan hidup dan sembarangan menyimpulkan sesuatu,

Apalagi sampai menyebar rumor yang menyangkut pautkan orang lain. Jika ada sebuah rumor, sebaiknya cukup seputar dirinya saja. Tidak usah membawa-bawa orang lain.

Merepotkan saja.

Kepala Eunsang diam di satu arah,

Matanya sedari tadi fokus, ia serius memperhatikan bibir bebek Dongpyo. Jarinya memainkan bolpoin yang tintanya mulai meluber di kertas coretan,

Lalu ia berbicara lagi, menawarkan,

"...Kubantu menghapusnya, ya?"

-
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top