ᴅ𝟿 | "ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴍᴇɴᴅᴇᴋᴀᴛ!"

▂▃▄▅▆▇█▓▒░ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ 𝟿 ░▒▓█▇▆▅▄▃▂


Alex mendekati rombongan Aciel, membuat mereka merasa lega karena orang yang mereka temui itu manusia dan bukan zombie ataupun yang lainnya. Berbeda dengan Rei yang semakin panik saat Alex sudah berada di dekat mereka.

Rei langsung mundur, membuat Liz yang memapahnya juga ikut mundur.

"Rei, lo kenapa?" Tanya Liz bingung saat ia juga harus mundur karena Rei. Bukannya menjawab, Rei malah menatapnya lalu tersenyum misterius.

"Rei lo-" Belum sempat Alex mengucapkan kalimat nya, Rei tiba-tiba menarik Liz lalu mengarahkan sejalan ke kepala gadis itu. Membuat mereka semua langsung terkejut dan menjaga jarak dari keduanya.

"Liz!" Neve ingin mendekat, namun Rei langsung mundur dengan Liz yang masih di tahan olehnya. Liz menelan ludahnya takut, ujung senapan itu menempel pada dahinya. Ia tidak mau bergerak karena takut Rei akan menarik pelatuknya.

"Rei! Lo apa apaan?!" Tanya Lim yang masih ada di rombongan belakang.

"Jangan ada yang mendekat kalau ga mau dia celaka!" Teriak Rei dengan menekan senapan itu ke dahi Liz. Membuat yang lainnya mengurungkan niat mereka untuk mendekati keduanya.

"Lo kenapa sih anjing?! Belum puas ngebunuh Rin?!" Tanya Crystal. Ia meluapkan amarahnya saat melihat Rei kembali membuat ulah.

"Belum sih, kan di kubah ga bisa nampung banyak orang sekarang. Jadi gue harus ngehabisin kalian satu persatu biar cuma gue yang selamat." Jawab Rei dengan senyuman liciknya.

"Gila. Cuma karena itu lo tega ngebunuh orang yang udah nyelametin lo?!" Tanya Nier tak percaya. Walaupun ia memang ada perasaan tak nyaman saat di dekat Rei, tetapi ia tetap terkejut mendengar faktanya.

"Egois banget." Cibir Mars. Entah kenapa ia merasa emosi sekarang.

"Iya! Gue emang egois, jangan kaget dong." Ujar Rei terkekeh.

"Ga waras."

"Lepasin Liz, Rei!" Teriak Neve. Siapa yang tidak khawatir melihat temannya yang ingin di bunuh.

"Gue butuh mangsa nih, gimana kalau dia aja yang jadi mangsanya?" Tanya Rei sambil menatap Liz  remeh.

"Lo jangan macem-macem!" Peringat Aciel. Mereka tidak mau mengambil langkah mendekat karena takut jika Rei akan benar-benar menembak kepala Liz.

Liz menatap mereka seolah meminta tolong. Yang lainnya tentu saja menatapnya kasihan, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa apa.

"Kak, jangan pake kekerasan." Ujar Risa yang sedari tadi diam, dia mencoba mengambil langkah mendekat dengan pelan.

"Ris-" Nicholas terdiam saat Risa menyuruhnya untuk diam.

"Ga ada gunanya juga ngebunuh kak Liz kalau ujung-ujungnya kakak ga bisa ngelawan mereka." Ujar Risa lagi. Rei tidak mengedahkan ia semakin mundur sembari membawa Liz.

Dor!

Setelah suara tembakan terdengar, mereka semua terdiam. Terdengar juga suara teriakan Liz yang ketakutan karena suara senapan yang keras itu terdengar tepat di telinganya. Neve menutup matanya karena takut melihat kejadian di depannya.

Neve membuka matanya dan melihat ke depan, Liz masih ada di sana dengan Rei yang mengarahkan senapan itu ke arah seseorang. Ia ikut melihat ke arah senapan itu. Kedua matanya bergetar saat melihat seorang gadis yang perut bagian kanannya yang mengeluarkan darah.

Sedangkan gadis itu terkejut dengan suara tembakan barusan, namun setelahnya ia menundukkan kepalanya dan melihat kearah perutnya yang tertembak.

"Uhuk!" Ia terbatuk hingga mengeluarkan darah dari mulut nya. Lalu setelahnya jatuh terduduk dengan ada seorang yang menahan tubuhnya.

"HELEN!" Teriak Mars saat melihat Helen yang tertembak. Ia langsung menahan tubuh Helen yang hampir menyentuh tanah. Enzy yang berada di sebelahnya mematung saat mendengar suara Mars menyerukan nama Helen.

Ia melihat ke samping dimana adiknya yang tengah di tahan oleh Mars sehingga masih bisa berdiri.

Risa langsung berlari menghampiri Helen yang sudah terduduk bersama Mars di tanah.

"Len, lo ga papa?!" Tanya Risa. Crystal juga ikut mendekati gadis yang lebih muda darinya itu.

Sedangkan Rei langsung saja menarik Liz pergi dari sana. Neve yang menyadari hal itu langsung saja berteriak lalu mengejar mereka. Nier, Regulus dan Alex ikut mengejar Rei yang membawa Liz.

Enzy langsung duduk melihat adiknya. Bahkan matanya tak berkedip saat melihat darah yang masih keluar dari perut adiknya.

Crystal menekan perut Helen agar bisa mengeluarkan peluru dari dalam perutnya. Sedangkan Risa langsung mengambil kita P3K dari dalam ranselnya.

Helen menatap Enzy yang masih menatap perutnya. Ia langsung mengangkat tangannya lalu menarik kepala Enzy agar menatap matanya.

"A-aku ga-ga papa. J-jangan bengong! J-jangan i-inget masa la-lalu lagi!" Ujar Helen dengan sedikit terbata-bata karena merasa perih saat Crystal mengeluarkan peluru dari perutnya.

Enzy tidak menjawab, ingatan masa lalunya terputar begitu saja di kepalanya.

"Kau harus dihukum karena tidak mendengarkan perkataan ku!"

"Tidak ayah aku minta maaf! Aku berjanji tidak akan menemui Helen lagi!"

"Jangan menentang ayahmu!"

"Ayah hentikan! Jangan menyiksa Helen lagi aku mohon!"

"Hiks... Ayah sakit..."

"Ayah aku mohon hentikan! Helen bisa terluka!"

"DIAM!"

"Ayah!"

Enzy langsung tersentak saat bahunya diguncang kuat oleh seseorang. Orang itu adalah Nicholas yang ikut menatap khawatir ke arahnya. Awalnya Helen sudah mengajak Enzy bicara, tetapi karena terus saja melamun, Helen meminta Nicholas untuk menyadarkan kakaknya. Untung saja Enzy langsung sadar saat Nicholas mengguncang punggung nya.

Ia kini melihat Helen yang memejamkan matanya saat Risa tengah menjahit lubang di perutnya akibat peluru tadi. Ia langsung menarik Helen ke dalam pelukan nya lalu menyembunyikan wajahnya ke perpotongan leher Helen.

"Maaf." Ujar Enzy dengan suara yang terendam. Helen yang mendengar itu hanya bisa mengelus punggung kakaknya walaupun harus merasakan sakit yang luar biasa saat benda tanam itu menembus kulitnya.

"Ga papa. Bukan salah kakak." Gumam Helen yang hanya bisa di dengar oleh Enzy. Aciel ikut bergabung ke rombongan mereka dengan khawatir.

.
.
.
.
.
.

Liz masih mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Rei yang begitu kuat. Ia juga sedikit susah untuk berlari karena gadis di depannya berkati dengan cepat.

"Lepasin gue anjing!" Teriak Liz yang masih memberontak.

Rei menghentikan langkahnya lalu mendorong Liz ke pohon yang ada di depannya. Membuat punggung gadis itu menubruk pohon dengan keras.

"Akh!" Ringis Liz.

"Lo apa apaan?!" Tanya Liz marah.

"Ga ada sih, gue cuman mau kalian semua mati. Tapi pertama-tama lo dulu ga papa kan?" Tanyanya sembari mengarahkan senapan itu ke kepala Liz.

Liz takut, ia mencoba lari  tetapi tidak bisa karena ia sudah terpojok, ia hanya bisa menutupi matanya.

Dan..

DOR!

"LIZ!"

"ARGHHH!"

▂▃▄▅▆▇█▓▒░ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ 𝟿 ░▒▓█▇▆▅▄▃▂

Jjeojang! Hai Hai! Masih sama akuuu!

Libur dulu matinya ya, chapter selanjutnya baru aku panen mayat HAHAHAHA. Jadi tungguin ya chap selanjutnya.

Jangan lupa ninggalin jejak. Voment jalan terus. Maaf kalau masih banyak typo.

Jaga kesehatan! Istirahat yang banyak ya!

See you~


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top