ᴅ𝟿 | ʜᴇʟᴇɴᴀ?
▂▃▄▅▆▇█▓▒░ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ 𝟿 ░▒▓█▇▆▅▄▃▂
Setelah selesai memikirkan apa yang akan mereka bawa, akhirnya Enzy, Nicholas, Mars dan Risa pun pergi dari rumah itu dan menuju ke hutan. Dimana mereka akan mendapatkan pertolongan dari pemerintah di kubah khusus tersebut.
Jarak dari rumah itu ke hutan tidak lah jauh, tetapi sepertinya akan jauh jika para zombie dan manusia kanibal itu menghalangi jalan mereka.
Dengan peralatan seadanya, mereka akhirnya kembali berjalan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Mereka jalan dengan waspada karena takut tidur tiba-tiba terjadi serangan dadakan, entah itu dari zombie atau manusia kanibal.
Enzy berjalan paling depan, diikuti dengan Risa dan Mars berjalan berdampingan dan Nicholas yang berjalan paling belakang. Sampai saat ini belum ada tanda tanya jika manusia kanibal atau zombie akan datang menyerang mereka. Jadi mereka sedikit lega karena bisa sampai di hutan dengan cepat.
Selama perjalanan mereka melihat ke sana sini, siapa tau ada manusia lain selain mereka yang juga tengah mencoba untuk pegi ke hutan. Namun nyatanya tidak ada, yang ada malah mayat-mayat manusia yang berceceran di sekitaran mereka.
"Bentar lagi kita nyampe." Ujar Enzy di depan. Ia dapat melihat perbatasan antara hutan dan kota yang hanya dipisahkan dengan jembatan kecil di antara keduanya.
Yang lainnya bernapas lega, mereka tidak menyangka akan sampai di hutan secepat dan semudah ini.
Namun sepertinya Nicholas menyadari sesuatu, kenapa mereka bisa sampai dengan mudah? Apakah tidak ada manusia kanibal atau zombie yang ada di sini bukankah itu aneh?
"Enzy, di depan beneran ga ada apa-apa?" Tanya Nicholas. Entah kenapa perasannya tidak enak, seperti ada yang mengawasi mereka dari segala arah, tetapi yang mengawasi mereka tidak terlihat.
Enzy mengangguk, tapi sedetik kemudian ia tersadar. Entah kenapa ada perasaan ragu di dalam pertanyaan Nicholas tadi yang membuat dirinya ikut menatap sekitar. Insting tajamnya mulai bereaksi saat melihat ada siluet seseorang yang menatap mereka di balik sebuah mobil yang terparkir sembarangan.
Enzy menghentikan langkahnya, membuat Mars dan Risa juga ikut menghentikan langkah mereka. Sedangkan Nicholas langsung berdiri di depan kedua gadis –hanya satu– itu.
"Ada orang di sana?" Tanya Nicholas pada Enzy yang masih menatap ke mobil tersebut. Enzy mengangguk.
Risa juga melihatnya, ia langsung mendekati mobil itu untuk melihat apakah itu manusia atau bukan.
"Heh! Risa, lo mau kemana?!" Tanya Mars kaget saat Tidak sudah ada di dekat mobil yang terparkir sembarangan tadi. Kedua lelaki itu juga kaget, kenapa tiba-tiba gadis itu sudah ada di sana?!
Risa semakin mendekati mobil itu. Kini matanya dan mata orang itu bertemu, sepertinya orang yang menatap mereka tadi seorang perempuan. Ia dapat melihat mata cantik itu dengan bulu mata yang lentik. Sepertinya dia benar-benar manusia.
Risa langsung saja berjalan ke belakang mobil dan mendapati ada seorang gadis yang menatap dirinya kaget. Risa juga ikutan kaget saat melihat gadis itu mengarahkan katana nya ke lehernya. Membuat Risa langsung memundurkan langkah.
Enzy, Nicholas dan Mars juta terkejut melihat itu. Mereka ingin mendekati Risa namun tidak jadi karena gadis itu semakin mendekati Risa hingga mereka dapat melihat wujud gadis itu.
Enzy membulatkan matanya saat tau siapa gadis yang mengarahkan katana nya ke leher Risa. Ia juga sangat mengenali katana itu.
"Hei, tenanglah. Gue ga ngapa-ngapain lo." Ujar Risa pelan, ia mengangkat kedua tangannya menandakan jika dia tidak memegang senjata apapun.
Gadis itu masih mempertahankan posisinya. Namun pandangannya teralihkan pada Enzy yang juga menatapnya. Ia menurunkan katana nya laku menyimpan katana nya lalu menundukkan tubuhnya meminta maaf.
"Maaf, ku kira kalian bukan manusia." Ujar gadis itu. Suaranya terdengar halus tapi juga sangat tegas, mata setajam elang itu sedikit membuat Risa takut.
"Ah ga papa. Gue juga ngerti kok." Ujar Risa canggung.
Ketiga orang tadi langsung mendekati gadis itu dan Risa. Mereka menatap gadis yang sedikit lebih pendek dari mereka.
–idih tinggi shaming.
"Siapa nama lo?" Tanya Mars pada gadis itu. Padahal ga kenal tapi Mars adalah orang yang selalu senang jika mendapatkan teman baru.
"Gue Mars, ini Nicholas, terus yang di sana Risa. Sebelahnya Enzy."
"He-" Belum sempat gadis itu menjawab, Enzy langsung memotong perkataan gadis itu.
"Helena Nixon. Dia adik gue." Jawab Enzy. Membuat ketiga temannya terkejut, begitu juga dengan gadis yang bernama Helen tadi.
"Adik? Aku?" Batin Helen. Apa Enzy sudah mengakuinya sebagai adiknya?
"Adik lo? Serius?" Tanya Mars tak percaya. Ia melihat kedua bergantian.
"Ga mirip." Lanjut nya lagi. Membuat Risa langsung memukul kepala belakang Mars.
"Ga sopan anjir!" Ujar Risa.
"A-" Lagi-lagi ucapan Helen dipotong Enzy.
"Dia mirip sama mama gue, sedangkan gue mirip ayah." Jawab Enzy lagi. Helen menatap "kakaknya" jengah.
"Entah kenapa aku kesal." Batin Helen.
"Owalah, pantes." Ujar Mars mengerti.
"Tapi kok kalian kepisah?" Tanya Nicholas.
Baru saja Enzy ingin menjawab, Helen langsung menyerobot.
"Aku kemarin lagi di rumah nenek, terus tiba-tiba udah ada serangan aja. Jadi ga bisa bareng kak Enzy." Jawab Helen.
Enzy menatap Helena tajam, namun Helena tidak memperdulikan nya. Ketiganya mengangguk mengerti.
"Lo mau ke kubah juga?" Tanya Nicholas saat melihat Helen yang sepertinya ingin pergi juga.
Helen mengangguk. "Iya, ku pikir kak Enzy udah ada di sana. Tapi malah ketemu di sini." Jawab Helen.
Mata Risa langsung berbinar. "Mau bareng kita aja ga?!" Tanyanya semangat.
"Eh?" Helen bingung.
"Iya bareng kita aja." Ujar Mars menyetujui perkataan Risa. Helen bingung, ia menatap Enzy. Sedangkan yang di tatap menatapnya malas lalu mengangguk.
"Kalau ga keberatan, boleh deh." Ujar Helen membuat Risa memekik senang.
"Oke! Ayo pergi kita udah mau sampe!" Ujarnya semangat lau menggandeng tangan Helen dan Mars jika melakukan hal yang sama. Jadi posisi mereka sekarang Mars-Helen-Risa. Helen terkejut, ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini, jadi ia merasa agak aneh.
Enzy melihat Helen yang diperlakukan seperti itu tersenyum tipis. "Buktiin kalau lo juga butuh temen, Len." Batin Enzy lalu berjalan bersama Nicholas.
Mereka sudah ada di jembatan perbatasan antara huta dan kota. Nicholas berhenti, membuat Enzy juga ikut menghentikan langkahnya.
"Kenapa lo?" Tanya Enzy. Suara Enzy membuat ketiga orang yang tengah bergandengan tangan juga ikut menghentikan langkah mereka.
Nicholas tidak menjawab, ia melihat kebelakang. Tepatnya melihat kotanya-dulu- dengan tatapan sendu. Ia teringat akan Khan, apakah Khan masih ada di sana?
Helen yang melihat itu, langsung saja melepaskan gandengan kedua orang itu lalu mendekati Nicholas. Menepuk pelan bahunya. Nicholas melihat ke arah Helen yang tengah memegang sebuah kertas di tangannya.
"Aku ga tau siapa, tapi sebelum aku ketemu kalian ada orang yang ngasih ini, katanya kasih sama yang namanya Nicholas Wang. Kakak kan?" Ujar Helen dengan pertanyaan diakhir kalimat nya.
Nicholas mengambil surat itu lalu Helen langsung mendekati Mars dan Risa. Ia membuka surat itu lalu membacanya.
Dari : Khan
Untuk : Adek kecil gue Nicholas Wang.
Hai... Erm agak aneh sih kalian bilang hai di surat gini hehe, maaf kalau tulisan gue jelek soalnya gue nulisnya buru-buru. Gimana kabar lo? Baik-baik aja kan? Awas aja kalau ga baik. Chill lo harus selamat apapun yang terjadi ya? Jangan pikirin gue. Gue kemungkinan udah bareng Taylor sekarang, dan gue yakin lo udah baca surat ini.
Jangan nyalahin diri lo karena ga bisa nyelametin gue. Gue ga nyalahin lo. Gue justru bangga sama lo karena bisa selamat sampe sekarang, dan lo harus selamat sampe virusnya udah hilang. Jangan ada kata mati di otak lo. Awas aja kalau lo nyusul gue, gue bunuh lo di alam baka sana.
Gue bakalan nitip sama anak yang namanya Helen ya, jangan kaget kalau gue kenal sama dia, lo juga kenal dia tapi hmm mungkin agak lupa. Inget inget deh! Kalau lo inget, pasti lo kaget banget. Pokoknya jangan sampe mati ya!
Waktu gue ga banyak, jadi lo harus selamat! Gue bakalan selalu sama lo.
Selamat tinggal.
"Khan selalu sama Nicholas apapun yang terjadi!"
Nicholas meremas kertas itu dengan kuat, bahunya sedikit bergetar tetapi ia tak menangis. Enzy mengusap. Pelan bahu lelaki itu walaupun ia tidak tau masalahnya.
▂▃▄▅▆▇█▓▒░ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ 𝟿 ░▒▓█▇▆▅▄▃▂
Jjeojang! Halooo! Aku update lagi hwhwhw
Gimana kabarnya? Baik kan? Harus baik! Cukup aku aja yang demam. Kalian jangan!
Maaf kalau semalam ga update, soalnya aku lagi sibuk banget semalam jadinya lupa update hehe.
Jangan lupa ninggalin jejak ya! Voment nya jalan terus! Maaf kalua banyak typo.
Jaga kesehatan! Banyakin istirahat!
BIG SPOILER!!
–Mulai dari chapter selanjutnya sampai ending, persiapkan diri kalian melihat karakter kalian yang akan mati HAHAHAHAHA
–Semuanya sus
–Jangan percaya siapapun selain dirimu sendiri, atau mungkin jangan percaya dirimu sendiri.
See you~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top