☆ Day 1; Confession

08 - 05 : First Date / Confession

Confession !
Tsukaruna

"...gara-gara brownies."

∘₊✧──────✧₊∘

.

     SUARA dentingan bel pintu berbunyi, menandakan adanya pelanggan yang datang. Seorang gadis bersurai cream sepundak itu mengembangkan senyum mendekati meja di depan barista.

     "Chocomilk Dino dan puding cokelat dengan fla, seperti biasa, Runa-san?" tanya sang barista.

      Gadis itu, Aruna terdiam sejenak dengan pose berpikir, "...pudingnya diganti dengan brownies, ya!"

      Setelah mendengar sahutan bahwa sang barista akan membuatkan pesanan lain dahulu, ia pun mengecek saku hendak mengeluarkan uang untuk membayar. Namun, ia tidak menemukan lembaran lainnya.

     Runa yakin bawa uang lebih kok, pikirnya seraya melihat-lihat sekitar dengan khawatir.

      Melihat hal tersebut, pemilik surai merah membuka suara, "Etto, bisa gabungkan pesanan Runa-san dengan pesanan saya? Saya yang akan membayarnya,"

     Aruna menoleh perlahan pada sang pemuda,"...Tsukasa-kun? Benar?"

     Sosok yang disebut pun tertawa pelan, "Runa-san tidak perlu ragu untuk memanggilku."

     "S-souka! Ah, iya, terimakasih!"

     "Tumben Runa-san tidak memesan pudding, bukankah Runa-san liked pudding?" tanya Tsukasa dengan sedikit heran.

     Yang ditanya pun hanya mengulas senyum dilanjut cengiran khasnya, "Ehehe, belakangan ini Runa menyukai hal lain," sang empu mengangguk paham.

     "Begitu ... Baiklah, aku akan mengingatnya."

     Melihat senyuman yang diukir sang pemuda, Aruna mengalihkan pandangan guna menyembunyikan semburat tersebut. Tepat saat pesanannya jadi, ia pun beranjak pergi. Sekedar menenangkan jantungnya yang terus berdetak tak karuan.

      Yabaii ne ... Rasanya seperti tak waras, gumamnya menepuk kedua pipi setelah keluar dari cafe tersebut.

     Kapan, ya? Waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

─────────

     "Tsukasa-kun ke mana?" gumam Aruna saat tidak mendapati kehadiran Tsukasa di ruang latihannya. Langkahnya terhenti, memandang salju yang mulai turun dari luar jendela koridor.

     "Satu tahun ...," gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, "Suatu hari pasti akan Runa sampaikan, sekarang fokus cari Tsukasa-kun dulu!"

     Selama satu tahun memendam perasaan memang mudah-tak mudah. Tapi gadis ini tetap menunggu keberanian suatu hari untuk mengungkapkannya.

    Sebuah pintu terbuka memperlihatkan seorang pemuda bersurai merah yang tengah merapikan tasnya, lantas Aruna memanggilnya, "Ketemu, Tsukasa-kun!

     Yang dipanggil menoleh, "Runa- san, bisa ke sini?" pintanya menunjukkan sebuah kotak bekal.

     Tanpa menunggu lama Aruna menghampirinya dengan wajah bertanya, "Aku membuat brownies ini untuk Runa-san, i hope you like it,"

     Aruna menerima sendok yang diberikan Tsukasa, memotongnya kecil lalu memakannya. Sejenak ia terdiam.

     "Oishii ...Tsukasa-kun membuatnya sendiri!?" tanyanya tak percaya.

     Sang empu pun mengangguk, "Um, aku yang membuatnya. Runa-san suka?"

     "Sangat! Apalagi yang buat! Uhmp—" Aruna menutup mulutnya dengan cepat, beralih mengambil sesuap brownies dan mengangkatnya, "L-lupakan, Tsukasa-kun juga cobalah."

     Tsukasa menerimanya, menggumamkan rasa manis dari brownies tersebut. Sementara gadis itu menghela napas lega seraya mengelus dadanya pelan. Untung saja tidak kelepasan.

     "Apakah Runa-san really say that?"

     "Apa?—"

     Tsukasa tersentak, tak menyangka gumamannya dapat terdengar. Memberanikan diri, Tsukasa bertanya lagi, "Runa-san menyukai pembuatnya?"

     Sang empu terdiam, wajahnya mulai memerah hingga akhirnya ia menunduk, "I-iya ...Runa memang menyukai pembuatnya ...."

     Terkejut? Tentu saja. Pemuda bersurai merah itu terkejut, namun, kembali mengulas senyum hangat, "Aku juga menyukai Runa-san."

1

2

3

     "Eh? EHH!?"

⊱ ───── {.⋅ ♫ ⋅.} ──── ⊰

     "Memalukan ... Semua itu hanya gara-gara brownies,"

     Mendengar kata yang dikeluarkan pemuda bersurai abu setelah ia bercerita, iris biru laut milik Aruna berkaca-kaca tak lama ia pun menunduk. Melihat hal tersebut, Izumi merdecak kesal.

     "Ck, itu hanya kata-kata, berhentilah menunjukkan ekspresi seakan telah ditusuk panah."

     Gadis itu menaikkan kepalanya lagi, "I-Izumi-senpai hidoii, padahal Izumi-senpai sendiri yang meminta Runa bercerita ...,"

     "Chou uzai ...,"

— Fin.
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰

566 word.

Runa yang tulis,
Runa yang malu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top