10. Kembalinya pejuang
Kamu perlu belajar banyak dari orang bodoh sekalipun.
🌸
Di sudut lapangan sekolah, manik hitam Makki intens menyorot pada gadis di tepi taman yang sibuk dengan kameranya. Dari banyak insan yang memenuhi tempat tersebut, hanya dia yang menjadi pusat atensi. Seolah tiada yang paling menarik, dan menyilaukan bagi Makki. Ia susah payah menahan diri untuk berpaling. Tetap saja gagal. Mungkin orang lain tengah beranggapan lain karena ia terlihat seperti penguntit.
Siapa yang peduli.
Seperti magnet, gadis bersurai panjang dan bergelombang itu selalu menambah energi magis. Seulas bibir Makki terkulum puas kala mata mereka bertemu dari jarak lumayan jauh. Ah, ia benar-benar sudah tidak waras. Jika boleh jujur dan tak ada ikatan pertemanan, ia tidak pernah sesulit ini. Ada khayalan juga kenyataan yang terbagi. Tentu, ia tak ingin kata rusak menjadi hasil akhir dari semua jalinan mereka.
Sekali teguk, air mineral yang tinggal seperempat wadah tandas. Ia mengela napas seraya melempar botol tersebut dalam tong sampah. Bang! Bidikannya tidak meleset.
Bagaskara semakin meredup ketika seorang berdiri di hadapan Makki. Lelaki itu langsung mengeryitkan dahi saat tahu siapa siswi yang telah menghalau pandangannya.
“Ada apa?”
“Ini, buat lo,” katanya seringan angin, “Makki.
“Aku kan ngg—“
“Udah terima aja sih, buat lo gratis,” tegasnya menyodorkan minuman dingin kalengan. "Kamu pasti capek abis latihan kan?”
Bukan itu masalahnya. Apa cewek ini tak memiliki rasa malu. Lihat, bagaimana sekitar memandang mereka terutama pada Makki yang merupakan daya tarik dalam ekskul PMR. Si dingin yang tak banyak kata. Namun, menyimpan sejuta misteri dalam tilikan mata.
“Ciee, Makki.”
“Nggak usah malu-malu kali.”
“Iya. Kalo gue dideketin cewek model gini juga nggak nolak.”
“Apaan sih,” dumel Makki mendengar komentar beberapa kawan-kawannya yang terdengar melantur.
Jasmine melirik sambil tersenyum senang sembari mengeratkan pelukan laptop di dadanya.
“Jangan lupa PJ, Jas.”
“Gampang itu mah. Yudah aku balik ke OSIS lagi, dah Makki.” Kerlingan jahil dilontarkan Jasmine yang membuat cowok itu hanya bergidik tak menyahut.
Padahal sikap dingin Makki amat kentara, tetap saja tak mempan menggores hati Jasmine. Apa perlu dia bersikap lebih jahat?
“Wow, yang cakep mah beda yah. Tinggal bentar udah laku aja,” sindir lelaki berseragam beladiri yang tiba-tiba muncul dengan pixy gowes merahnya.
“Lah, Ziko?”
Sosok tengil yang hampir seminggu tak menjajaki sekolah. Malah terlihat sore ini. Yang paling aneh cowok itu siap kembali berlatih taekwondo dengan balutan baju serba putih, juga sabuk biru yang melingkari pinggangnya.
“Awas mata lo copot. Kaya liat mantan aja.”
Kemudian dia turun dari sepeda sambil menenteng sekresek makanan.
Yang benar saja, waktu semakin mendekati senja tetapi Ziko justru muncul. Seakan sengaja menunggu sesi latihan terlewati.
“Lo kangen gue ‘kan?”
“Kagak.”
“Ngaku aja sih, Sayang ….”
Sontak Makki mendelik lebar. Apalagi ketika yang lain ikut mendengar ucapan nyeleneh cowok tersebut. Ah tak perlu khawatir. Harusnya semua anak tahu kalau Ziko adalah makhluk astral yang tersesat di sekolah. Mulutnya minta dijahit. Satu pengganggu hilang, datang lagi yang lebih parah.
“Amit-amit. Masih normal, Zik.”
“Ha ha, lo masih kaku aja ice man. Tampang mah cakep, tapi nggak pernah maju.” Rangkulan kencang melilit leher Makki. Sehingga empunya berusaha melepaskan diri karena merasa sesak.
“Zi—Ziko!”
Yang dipanggil terkekeh tanpa dosa. Hampir saja temannya tak bernyawa karena kehabisan napas.
“Kamu nggak sekolah, tapi latihan? Hebat,” tegur Makki menjauhkan diri dari jangkauan cowok itu.
“Demi Yura gue rela dah kagak sekolah. Tapi latihan tiap hari.”
“Bucin.”
“Nyadar lo. Es balok,” balas Ziko memeringati temannya yang suka lupa diri. Lengan kekar bak batako milik Ziko mencakup rahang Makki supaya fokus mendengarnya bicara. “Mata lo ke mana, Bambang. Gue yang ngomong di sini kali. Tapi malah liatin Zi—“
Makki berhasil menyumpal mulut Ziko dengan sekaleng minuman.
“Ah. Diem. Pergi sana.”
Lama-lama berada dengan anak ini, bisa gila.
“Eitsh! Tidak semudah itu ferguso. Lo ikut gue dah, biar gue ajarin cara jitu dapetin cewek.”
“Males. Nggak tertarik,” tolak Makki mentah-mentah dan akan beranjak. Sayang, lagi-lagi Ziko sudah menarik bahunya dengan sekali tarikan. Sungguh tenaga Babon. Jika sudah begini, ia cuma bisa pasrah karena Makki tidak ingin berakhir dengan patah tulang.
“Tenang. Gue minta izin sama ketua lo dulu.”
“Lepas nggak, oi.”
“Dam! Gue pinjem Makki bentar,” teriak Ziko sambil menyeret Makki cepat. “Iya, bawa aja.”
Kedua alis Makki terangkat karena Ziko menjawab sendiri pertanyaannya. Padahal anak bernama Adam tepat berdiri di belakang mereka.
“Nggak waras.”
“Ha ha. Udah tenang aja, kalo Adam marah suruh temuin gue aja.”
“Terserah.”
“Lo nggak lupa ingatan kan? Seinget gue pas sakit, nggak ada yang jengukin dah. Temen l*cn*t.
Makki hanya berpaling memandang ke arah lain. Merasa tak enak hati. Sebab ia pikir Ziko tengah sibuk berlibur seperti keterangannya minggu lalu. Sehingga membuat Makki tak berpikir lain, jika dia sakit.
“Lo pada ke mana? Anak-anak kelas juga nggak ada yang jengukin gue. Parah.”
“Lebai. Emang sakit apa?” tanya Makki memastikan.
Sedang Ziko melirik sekejap, lalu memutar bola mata. “Sakit hati. Dahlah, nggak usah dibahas.”
“Nggak jelas.”
Ziko tak mungkin berkata yang sebenarnya. Kalau dia sakit DBD, bisa-bisa pamornya turun sebagai lelaki tangguh. Rekor bekelahinya yang tidak terkalahkan, akan hilang karena tumbang oleh hewan kecil berwujud nyamuk. Tidak. Dia sangat riskan. Berarti sudah benar selama hampir seminggu absen sekolah tidak ada yang tahu, kecuali ….
Raut berbinar Ziko tampak menjijikkan. Begitu melihat siswi berkucir kuda di tengah lingkaran baru saja berhasil menumbangkan lawannya.
“Ayo ikut gue masuk.”
“Nope. I will stay here, just see. Go away.”
Antara paham dan tidak. Ziko mengangkat jempol tangan, dan langsung melesat ke Dojang. Memberi hormat khusus pada Sabeum. Lalu melakoni sesi pemanasan mandiri dan menjalani push up lima puluh kali sebagai bentuk hukuman karena terlambat. Itu semua bukan masalah baginya. Dia selalu enjoy menjalani hobi tersebut.
Dari tempatnya berdiri, desahan napas keluar dari bibir Makki. Ia masih tak mengerti, kenapa Tuhan memberinya teman seperti itu?
Meski awalnya ia tak setuju untuk datang ke tempat latihan tersebut. Kakinya pun enggan beranjak pergi. Entah karena netra tajam Makki menangkap hal menarik, atau memang ia niat berguru pada Ziko yang berlabel playboy. Walau nyatanya, tak ada satupun gadis di Bunga Bangsa yang menjadi pacarnya. Dia adalah lalat yang suka terbang sesuka hati. Di mana ada makanan, di sanalah temannya berada. Seperti saat ini dengan jurus andalan dari buaya darat, Ziko mulai beraksi.
“Jangan nangis kalo lo kalah lagi,” sindir Yura memasang kuda-kuda terbaik miliknya.
Begitu pun dengan Ziko yang menyeringai tak mau diremehkan. “Gue nggak akan kalah kali ini.”
“Kita liat aja.”
Kini keduanya saling berhadapan dan siap beradu skill. Kyorugi atau pertarungan adalah bentuk latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar di mana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.
Yura mulai melayangkan tendangan dengan mengayun dari atas ke bawah. Demi menyasar kepala, belikat atau dada. Sementara Ziko lebih dulu menghindar mundur. Sampai membuat lelaki itu tersudut.
“Selalu agresif, Lo.”
Selanjutnya, Ziko melakukan Uppercut. Dia sengaja mendahului gerakan dengan menarik baju lawannya. Hingga Yura berusaha menangkis ke bawah. Sayang gerakannya gagal.
“Curang. Itu dilarang dalam kompetisi,” tutur Yura kesal karena jarak mereka hanya terpaut tak sampai sejengkal tangan.
“Ghehe. Sayang, kita nggak lagi berlomba.”
“Cih!” Yura berdecak. Kemudian menendang perut Ziko dan menarik lengannya dengan teknik dasar. “Rasain nih.”
“Aww! Lo?” rintih Ziko karena mendapat colokan kasar di kedua bola matanya.
“Cukup. Bertanding dengan benar.” Sabeum memeringati keduanya yang malah ribut.
“Mata saya, Beum!” pekik berlebihan Ziko supaya diperhatikan Yura.
“Biar. Nggak bisa melek sekalian lo.”
Akhirnya mereka bubar dengan perintah dari pelatih. Ziko langsung mengekori Yura yang telah beranjak keluar area tanding.
“Eh, buat lo.” Sekantung jajanan yang dari tadi Ziko bawa langsung berpindah tangan dan sekaleng air mineral dingin.
Tunggu, sejak kapan cowok itu mengambilnya. Bukankah itu pemberian Jasmine? Tapi baguslah. Makki tak perlu meminumnya.
“Makan tuh otak-otak, udah gue beliin juga.”
“Gue nggak nyuruh, ya.” Tanpa sungkan dia langsung melahap jajanan kesukaannya itu.
“Lo kangen kan nggak ada gu—ugh!”
“Otak-otak terbaik!” Satu gebukan di bahu, sukses mengunci mulut Ziko. Bukan hidung belang kalau gertakan kecil menyiutkan nyalinya. Justru cowok itu menyeringai kegirangan. Dia menganggap itu bentuk belaian kasih sayang.
Dasar bucin akut!
“Bilang apa dong, Sayang?” Alis tebal Ziko naik turun, sengaja menggoda Yura. Bahkan ia lupa dengan perih matanya yang dicolok tadi.
“Gue kaya denger suara. Tapi nggak ada orang.”
Jarang-jarang gadis tomboi ini tak banyak tingkah. Biasanya, didekati dengan jarak satu meter saja sudah meledak-ledak bak kembang api. Dewi Fortuna sangat tahu bagaimana menciptakan peluang bagi si cowok slengekan yang telah lama membidik mangsanya. Lihat saja, seperti dukun dia bisa menebak asal perkara sang gadis pujaan.
“Pasti lagi mikirin gue ya?” tilikan mata Ziko terganti jadi kerjapan beberapa kali. Sebab Yura sengaja meludah. Walau tidak benar-benar keluar air liur.
“Lo bisa jadi cewek sebentar nggak sih, Ra?”
“Menurut lo?”
“Sante,” tutur Ziko mengangkat kedua tangan di depan dada, “nggak usah ngegas juga kali. Lagi PMS, lo?”
“Pengen makan orang gue.”
“Ada bau-bau perpecahan ini.”
“Sotoy, lo.”
“Biar nggak soto lagi, nanti gue traktir bakso mau nggak?”
“Nggak. Gue enek liat muka lo doang.”
“Wagelass. Sadis bener.”
Ziko selalu lupa diri dan tak ingat sudah berapa banyak obrolan unfaedah itu berjalan. Yang sebenarnya cuma Yura tanggapi singkat ‘hm-iya-bodo-terserah’
Meski begitu, tak ada kata redup bagi Ziko. Mau seberapa pun ia menjauh, tetap tak mampu menahan gejolak untuk mendekat. Sama seperti musim, mau hujan atau panas. Jika sudah waktunya jatuh, tetap bertemu dan berbalut tanya.
MiHizky 💕
29 Desember 2022
Adakah komentar sesama bocah tengil.
Salam semangka 🍉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top