35. Kejujuran Chris

Part 35 Kejujuran Chris

Elea bukan tak menyadari tuduhan dan kecurigaan yang disampaikan oleh Zhafran. Sejak tadi pria itu fokus pada ponsel, ternyata mengamati rekaman CCTV yang ada di area dapur tersebut. Interaksi antara dirinya dan Chris, yang juga sempat mengundang keheranannya sendiri.

Zhafran memutar ulang kerika Chris melangkah ke dalam kamar mandi yang ada di area dapur, bahkan sebelum tangannya bergerak menunjuk pintu kamar mandi. Bahkan tak lama setelah pria itu keluar, Chris melangkah kembali ke ruang makan dan kembali bersama ke kamar tamu.

“Aku tak tahu apa yang kau katakan, Zhafran.” Elea sendiri tak tahu harus menanggapi kecurigaan Zhafran. “M-mungkin sebelumnya pelayan sudah menunjukkan tempatnya,” tambahnya yang kemudian teringat Chris bergabung lebih lama di kamar tamu padahal pria itu datang bersama mereka berdua.

‘Dari mana saja kau?’ tanya El Noah ketika Chris melangkah masuk. 

‘Aku ke kamar mandi sebentar.’

Kecurigaan yang sempat hinggap di dada Elea seketika meluruh mengingat percakapan singkat El Noah dan Chris tersebut.

Zhafran terdiam, tampak menimbang pernyataan Elea. Menatap sang istri dengan kedua alis yang menyatu selama beberapa detik, kemudian jemarinya bermain-main di layar ponsel. Dan benar saja, keduanya melihat Chris yang bertanya pada pelayan di ruang tengah, lalu pergi ke kamar mandi yang sama sebelum menyusul El Noah dan Elea yang sudah ada di kamar tamu.

“Sepertinya aku yang terlalu mencemaskan hal tidak penting,”gumam Zhafran kemudian dengan satu anggukan singkat.

“Aku turun sebentar,” ucap Elea kemudian. Setelah mendapatkan satu anggukan singkat dari Zhafran, ia pun membuka pintu dan melangkah keluar. Masih bisa merasakan tatapan menelisik pria itu.

Begitu pintu di belakangnya tertutup, napas Elea seolah telah kembali. Tak hanya sikap Zhafran terhadapnya yang membuatnya kewalahan. Tetapi dengan orang-orang di sekitarnya, -terutama yang berhubungan dengan Chris dan papanya-, insting pria itu seolah lebih sensitif dari biasanya. Yang membuatnya bahkan tak bisa bernapas dengan bebas sebelum kejadian malam itu.

Ketika sampai di bawah, Elea langsung menemukan Chris yang tengah menyeberangi ruang keluarga dengan kemeja yang basah.

“Hai,” sapa Chris lebih dulu, memutar langkahnya yang hendak ke kamar tamu ke arah Elea.

“Sepertinya ukuran bajumu dan Zhafran hampir sama. Jadi kau bisa memakainya.” Elea mengulurkan kemeja di tangannya. “El Noah lebih kurus darimu, kau tak mungkin memakai pakaiannya. Dan kau bisa demam jika menggunakan pakaian itu untuk pulang.”

Chris terdiam mendengar penjelasan Elea yang rasanya lebih banyak dari biasanya. Sejenak menatap kemeja tersebut dan mengambilnya. “Ya, badanku sekarang lebih besar,” tambahnya dengan senyum yang lebih tinggi. “Terima kasih.”

Elea yang menyadari kegugupannya pun seketika merapatkan kedua bibir.

“Dan kau masih ingat kalau aku mudah demam.”

Wajah Elea seketika memerah, hanya untuk beberapa detik. Menyadari Zhafran yang tadi mengawasi akses rekaman CCTV di setiap sudut. Sudah tentu kemungkinan pria itu menyaksikan pembicaraannya dan Chris. “Sepertinya aku harus kembali ke atas,” ucapnya kemudian.

Elea sudah membalikkan badan dan mendapatkan langkah keduanya ketika pergelangan tangannya ditahan oleh Chris, sebelum pria itu melangkah lebih lebar dan berdiri tepat di depannya. Memaksa Elea mendongak dan mundur satu langkah. “Y-ya?”

Chris tak langsung menjawab, menatap wajah wanita itu sejenak dengan senyum yang seolah mengabadi di wajah pria itu. Pesona yang tak pernah tak bekerja pada wanita mana pun. “Ada sedikit hal yang ingin kubicarakan denganmu. Bisakah kita bicara sebentar. Tak akan lebih dari lima menit. Ah, tidak. Tiga menit.”

“Ya, katakan saja.” Jawaban itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Elea, yang seketika menyadari bahwa Chris masih cukup mempengaruhinya. Ia bahkan terkejut bagaimana jawaban itu bisa keluar dari mulutnya.

“Mengenai papamu.”

Mata Elea melebar. Menyesali jawabannya. Tempat dan waktu yang dipilih Chris untuk membahas topik serius ini jelas tidak tepat. “C-chris …”

“Apa kau baik-baik saja?”

Elea hanya mengedipkan matanya. 

“Papamu mencemaskanmu.”

Elea menelan ludahnya. Lalu mengangguk sekali, menampilkan ketenangan di rautnya yang sempat memucat. “Ya, tentu saja,” jawabnya, menambah dengan seulas senyum untuk lebih meyakinkan. “Kau tahu papaku memang tak pernah berhenti mencemaskanku.”

Tatapan Chris tampak menelisik lebih dalam. “Kau yakin? Entah hanya perasaanku saja atau … kau selalu tampak tertekan setiap kali berdekatan dengan Zhafran.”

Elea sempat tersentak, menarik lengannya yang masih berada dalam genggalam Chris. “A-aku tak tahu apa yang kau bicarakan, Chris.”

Kedua mata Chris lebih menajam dengan kegugupan yang mulai tak bisa dikendalikan oleh Elea. “Kau tahu aku sangat mengenalmu, Elea.”

Elea menjilat bibirnya. Menatap keseriusan di wajah Chris yang tak mungkin bisa ia bohongi. Ya, Chris salah satu orang yang bisa dengan mudah membaca apa pun di wajahnya selain Zhafran dan papanya. Ck, rasanya bukan mereka yang pandai membaca dirinya, tetapi ialah yang tak lebih pintar untuk menyembunyikan apa pun di wajahnya.

“Ya, kami memang sedang memiliki masalah dalam hubungan kami. Aku baru saja mengalami keguguran dan hubungan kami memburuk karena kehilangan itu. Tapi … kau tahu tak ada hubungan yang tak pernah memiliki masalah, kan?”

Chris tak mengatakan apa pun, tetapi tatapannya masih melekat pada wajah Elea.

“Kami sedang berusaha memperbaiki semuanya. Kau benar, aku memang tertekan dengan kejadian itu. Tapi … Zhafran sudah melakukan semuanya untuk tetap membuatku tegar. Dan ya, aku juga tertekan dengan semua kebaikan dan perhatiannya yang bahkan lebih besar. Padahal keguguran itu adalah karena kecerobohanku.”

Kerutan tersamar di antara kedua alis Chris dengan kalimat terakhir Elea. Yang diucapkan dengan bibir yang bergetar. Ia tahu kalimat Elea tak sepenuhnya sebuah kejujuran.

“Kau tahu, kedua orang tua kami sudah menunggu kabar bahagia ini selama dua tahun pernikaha. Tapi … sebelum kami sempat mengabarkan kebahagiaan ini, malah kami memberi sebuah kabar duka. Aku … hanya merasa tertekan telah mengecewakan mereka.”

Chris masih bergeming, masih tak melepaskan pengamatannya dari wajah Elea. Cukup lama, hingga membuat Elea merasa tak nyaman. “Baiklah. Aku percaya padamu.”

Elea tak mengangguk. Bahkan ia memang tak membutuhkan kepercayaan dari Chris. Hubungannya dan Chris sudah berakhir. Tentu saja ia tak bisa melibatkan Chris dengan hubungannya dan Zhafran, pun jika hubungannya dan Zhafran benar-benar akan berakhir.

“Aku harus pergi.” Elea berjalan ke samping.

“Elea?” panggil Chris lagi.

Elea berhenti, menolehkan kepalanya.

“Meski hubungan kita sudah berakhir, dengan cara yang baik-baik saja. Kau masih selalu bisa mengandalkanku.”

Elea tak tahu kenapa Chris mendadak mengatakan hal yang membuat perasaannya sempat tersebut. Chris menganggapnya dengan cara yang baik-baik saja karena pria itu memang orang yang selalu berpandangan positif. Pun ketika ia memberitahu bahwa dirinyalah yang telah berselingkuh dari Zhafran. Yang hingga saat ini masih belum melepaskan rasa bersalahnya pada pria itu.

“Dan kau tak perlu lagi merasa bersalah, Elea. Sejak awal aku tahu kau sudah bertunangan dengan pria lain.”

Elea terkesiap kaget. Hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. 

“Aku tahu kau sudah memiliki hubungan dengan pria lain dan aku masih tak mampu menghentikan laju perasaanku padamu.”

“B-bagaimana …”

“Dari cincin pertunangan kalian.”

Elea seketika merutuki ketololannya. Zhafran memang tak suka cincin pertunangan mereka lepas dari jemarinya. Bahkan ketika ia berkencan dengan Chris, cincin itu masih melingkari jari manisnya.

“Juga … beberapa kesempatan ketika kau mendapatkan panggilan darinya.”

Entah bagaimana Elea bisa seceroboh itu.

“Tapi aku masih sengaja membuta dengan semuanya. Berusaha menuli karena aku terlalu takut kehilanganmu.”

“Chris …”

“Hingga akhirnya kau sendiri yang menghentikan semua ini dan aku tak punya pilihan selain melepaskanmu. Bagiku, kebahagiaanmu jauh lebih penting daripada keegoisanku.”

“A-aku … aku tak tahu harus mengatakan apa, Chris.”

“Kau pasti punya alasan yang kuat untuk memutuskan pilihanmu. Hanya saja … apakah saat itu kau benar-benar mencintaiku?”

Elea tak tahu harus menjawab apa. Bukan karena perasaannya pada Chris yang palsu, tapi … di tengah pernikahan dengan Zhafran. Dan di tengah ancaman Zhafran pada hubungan mereka. Ia tak mungkin mengatakan kejujuran itu.

“Elea?” Suara memanggil Zhafran dari arah tangga membelah keheningan yang sempat mengunci pandangan Elea dan Chris. Keduanya mengerjap dan menoleh bersamaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top