Bab. 7 (PURNAMA)

Gemericik hujan membasahi genting, dentingan air berbunyi. Dingin  mencoba merasuki tubuh yang terhalang oleh jaket tebal berwarna biru.

Lampu belajar menyoroti buku diary dengan balutan gambar Unicorn. Zeyna memanyun. Pikirannya runyam. Ia tak kuat untuk menulisa apapun. Ia rindu dirinya yang dulu. Dirinya yang utuh. Sudah seminggu ia tak masuk sekolah, ia harus sekolah besok atau ia akan dikeluarkan karna terlalu sering sekolah. Ia tak ingin mengecewakan ayahnya.

"Ayah, Zeyna kangen. Zeyna butuh pelukan." Rintih Zeyna yang memeluk jaketnya denga kuat.

Tiba-tiba ada tangan yang hangat terulur memeluk Zeyna dengan erat. Kehangat yang tak asing yang ia rasakan.

"Sabar ya sayang. Harus kuat." Zeyna tersenyum melirik seseorang yang memeluknya.

"Zeyna sayang ibu, ibu harus selalu ada untuk Zeyna ya."

"Jika Allah meridhoi, ibu akan selalu bersamamu sayang." jawab wanita paruh baya itu.

"Terimakasih selalu ada ibu." satu kecupan mendarat di dahi Zeyna. Ibu tersenyum walaupun hati masih belum pulih atas kepergian suaminya.

"Tidur ya sudah malam."
"Iya Bu," Zeyna beranjak ke tidurnya ibu membantu menyelimutinya, pelukan hangat ia berikan pada anak gadis semata wayangnya.

"Trek!" suara stop kontak yang di matikan oleh ibu. Seketika suasana kamar Zeyna gelap. Namun tersorot oleh sinar dari luar jendela. Zeyna segera menghampiri. Sedikit menyibak jendelanya.

"Wah, indahnya purnama ini. Terang sekali bulan ini." Zeyna tersenyum.

Purnama telah datang, dan mendung telah pergi berlalu. Walaupun duka masih hangat di hati, tetap berdoa demi kebaikan seluruh makhluk di bumi ini

                                  ***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top