Chapter 8
Teriakan dari Rend an Iri menggema di sudut Kota Nol yang tengah sepi ini. Suara bedebum yang cukup keras karena mereka jatuh dari ketinggian beberapa meter di atas tanah terdegar sangat keras. Membawa nyeri dan mungkin sedikit memar di beberapa sisi tubuh Iri.
"Sakit...!" rintih Iri. "Apa-apaan Kako memulangkan kita dengan cara seperti itu!?" Iri membentak kesal.
"Entahlah. Ratu Kako memang sulit dimengerti. Sama seperti Waktu yang dikuasainya," jawab Ren yang sudah berdiri. Lelaki itu sempat memandang kosong ubin alun-alun yang bermantra di bawahnya dengan tatapan sendu. Iri kira Ren pasti tengah memikirkan saudarinya.
Menyakitkan. Perasaan Ren lagi-lagi terbagi padanya, hingga ia bisa merasakan kepedihan yang menyayat hati ini. Gadis itu berdiri susah payah, lalu tanpa aba-aba, ia mendekap Ren dengan sangat erat.
"E-Eh? Iri? Ada apa tiba-tiba?" Ren yang terkejut tidak memberontak dan hanya bertanya keheranan.
"Aku tidak tahu. Aku hanya ingin memelukmu," jawab Iri sesaat sebelum melepas pelukannya. Namun, energy yang terkuras cukup banyak di Memori MAsa tadi membuat Iri kembali ambruk dan terduduk di atas tanah.
"Iri! Kau tidak apa-apa?" Ren bertanya panik.
"Ugh! Tubuhku tidak kuat berdiri ...," jawab Iri.
Ren membantu Iri menuruni Alun-Alun dan membawanya menuju tempat yang cukup nyaman untuk beristirahat. Bocah itu lalu menyandarkan Iri perlahan pada tembok bangunan dan duduk di samping Iri. "Sepertinya kita harus beristirahat sebentar. MEmori Masa terlalu banyak menyedot energimu, Iri. Tubuh manusiamu tidak akan kuat jika kita terus melanjutkan.
Iri menghela napas sambil menjawab dengan berat hati. Ia sebenarnya ingin segera menyelesaikan semua ini dan kembali ke dunianya, serta bertemu teman-temannya. Tapi, apa boleh buat? Jelas-jelas, tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan seperti ini. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah menunggu Sang Gadis Wkatu pulih kembali.
"Ngomong-ngomong, Ren ...." Iri membuka pembicaraan di antara keheningan yang menyelimuti mereka. Suasana di Kota Nol yang hanya ada mereka berdua membuat tempat ini jadi sedikit menyeramkan. Belum lagi, Kota Nol yang tidak memiliki waktu membuat tempat ini jadi agak membingungkan. Langit terkadang bercampur aduk dari gelap ke biru cerah, lalu ke jingga. Terus seperti itu, sampai Iri tak ingin mendongak karena itu hanya akan membuatnya mual. Iri pun melanjutkan perkataannya setelah mendapat respon dari Ren. "Maukah kau bercerita sedikit tentang saudarimu, Rin?"
Ren sontak menoleh dengan raut terkejut dan bingung. Iri berkata, "Kau adalah Anak Waktuku, bukan? Bukankah lebih baik kalau kita sedikit berbagi kenangan atau masalah? Mungkin dengan begitu hubungan kita bisa jadi lebih dekat."
Ren tidak menjawab sesaat. Tapi, kemudian ia balas tersenyum tipis dan menyetujui apa yang Gadis Waktunya minta. "Sebenarnya, Anak Waktu tidak pernah mempunyai keluarga maupun saudara kandung," ucapnya yang mebuat Iri kebingungan. "Kami hanya menganggap kalau kami-para Anak Waku-semuanya adalah keluarga."
Iri terus memperhatikan. "Rin sendiri, dia adalah Anak Waktu yang entah karena kebetulan apa sangat-sangat mirip denganku. Aku pertama kali menemuinya saat sedang mengawasimu di Bumi. Jadi, kami menganggap diri kita sebagai saudara." Ren terkekeh pelan. "Iri, apa kau ingat anak kecil perempuan yang kau tolong dengan memberinya sebuah roti coklat?"
Iri merenung. Ya, ia ingat. Saat itu, dirinya tengah asyik menikmati aroma roti dan kopi di sebuah café bakery di sudut Kota London. Iri hanya sedang memilih-milih roti dan kopi yang akan dibawanya pulang. Tapi, saat itu ia melihat gadis kecil berumur sekitar 5 tahun berpakaian kumuh memperhatikannya dari jendela luar. Air liur menetes saat matanya menangkap roti dan kopi yang Iri pesan diterima oleh tangannya. Karena merasa tak tega, gadis itu pun akhirnya memberi roti coklat favoritnya kepada anak itu dan pulang dengan hanya membawa segelas kopi susu.
"Anak perempuan itu, kalau kau ingin tahu, dia membagikan rotinya kepada teman-temannya yang lain yang sama-sama kelaparan." Ren tersenyum kala mengenang indahnya momen saat anak-anak itu tertawa dan menghabiskan ppotongan kecil rotinya. Namun, seketika, mimic senang itu mebali meredup dan bergani dengan wajah sedih.
"Ada apa?" tanya Iri yang menyadari perubahan pada ekspresi Ren.
"Gadis kecil itu ... dialah manusia yang waktunya dijaga oleh Rin. Dan ...."
"Dan...?"
"Beberapa saat sebelum Rin menghilang, anak perempuan itu ditemukan tidak bernyawa di gang kecil, di tempat yang jauh dari toko di mana kau pertama kali melihatnya."
Iri terkejut mendengarnya. "Apa? Siapa yang melakukannya?"
Ren menggeleng tak tahu. "Tapi, dugaan polisi saat itu, si anak perempuan sudah dibunuh. Entah oleh siapa," jawab si Anak Waktu. "Aku tidak tahu detailnya, karena aku tidak bisa terlalu lama berpisah denganmu yang waktunya harus kujaga."
"Lalu, bagaimana dengan Rin? Apa yang terjadi pada Anak Waktu jika manusia yang mereka jaga sudah tidak memiliki waktu alias sudah tidak lagi hidup?" Iri kini diliputi oleh rasa penasaran yang tinggi.
Ren termenung untuk sesaat, sebelum menjawab pealan. "Aku tidak tahu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kami jika kami kehilangan waktu yang kami jaga. Sebenarnya, selama ini kami tidak pernah merasakan yang namanya kehilangan waktu. Seakan-akan waktu yang mesti kita jaga selalu berganti-ganti tanpa kita sadari."
"Tapi, akhir-akhir ini ada yang aneh. Beberapa Anak Waktu tidak lagi muncul setelah waktu yang mereka jaga lenyap..." Ren berhenti sesaat lalu berkata dengan gemetar," ... seperti Rin."
Keheningan kembali menyergap mereka. Ren tak lagi melanjutkan cerita, dan Iri tak tahu harus berkata apa. Ia mengerti kalau si bocah lelaki pasti berat untuk melanjutkan ceritanya, dan akhirnya si gadis pun memlih diam.
"Ren juga pasti butuh istirahat, kan?" pikir Iri.
Namun, tiba-tiba sandaran pada punggung Iri bergetar pelan, dan telinganya mendengar suara aneh yang samar-samar.
Iri yang hampir terlelap itu menegakkan tubuhnya. Begitu juga Ren yang sudah dengan sigap berdiri dan mengedarkan pandangan.
"Kau mendengarnya juga, Ren?" tanya Iri.
"Ya," jawab Ren. "Sepertinya ada sesuatu yang datang." Mata Ren semakin awas saat angin tiba-tiba berhembus mengibaskan surai pirangnya, diikuti suara aneh yang seperti jeritan tertahan.
"Mereka datang!"
Iri sontak berdiri karena seruan Ren. Tepat saat itu, lubang bercahaya hitam muncul di bawah tanah. Memunculkan sesosok makhluk bertubuh macam kerangka manusia namun berbalut selembar kain kehitaman.
Lubang matanya mengeluarkan asap hitam, yang seakan-akan tengah menatap Iri yang ketakutan. "Ma-makhluk apa itu!?"
"Kau bisa menyebutnya Ghost, Iri. Mereka adalah hama di Dimensi Masa ini. Seharusnya mereka tidak bisa menembus Kota Nol, tapi kenapa sekarang mereka ada di sini?"
Ren dengan sigap mulai melakukan sesuatu dengan tangannya saat makhluk bernama Ghost itu bertambah menjadi lima buah. Anak lelaki itu mengeluarka sihirnya. Iri memperhatikannya dari arah belakang. Tangan mungil itu mulai dikelelingi oleh cahaya kekuningan, yang lantas berkumpul di teapak tangannya. Membentuk sesuatu yang panjang di genggaman anak tersebut.
Setelah beberapa saat, akhirnya cahaya itu menghilang, dan sebuah senjata sudah tergenggam erat oleh Ren. Benda unik yang bersinar itu terlihat seperti sebuah jarum penunjuk pada wujud jam saku Ren.
Sang bocah melesat gesit menghadap musuh yang juga berjalan sambil mengangkat senjata bak tulang itu. Tak mau membuang-buang waktu, Ren mengayunkan senjatanya. Benda cantik itu bergerak indah nan lincah mengikuti tiap pijakan yang diberikan pemiliknya. Panjangnya yang sama dengan lengan anak itu, serta ujungnya yang runcing seakan berperan sebagai pengganti pedang.
Iri terus memperhatikan bagaimana Ren menghabisi musuhnya dalam satu-dua ayunan senjatanya. Sekali-dua kali menangkis lalu menyabet leher si lawan, dan lanjut ke musuh berikutnya. HIngga pada akhirnya, semua Ghost berhasil ia rubah mennjadi pasir hitam.
Senjata di tangan Ren menghilang menjadi serpihan-serpihan kilau cahaya. Ia lantas berbalik dan memandang Iri dengan khawatir. "Iri, kau tidak apa-apa, kan?" tanyanya.
Iri bengong. Ia terlalu terpana dengan aksi bocah kecil tadi hingga tak kuasa menjawab. "Ren ...." Ia bersuara sambil melirik Ren perlahan. Lelaki itu tiba-tiba merasakan sengatan aneh pada tubuhnya dari pandangan Iri. Entah kenapa, tapi gadis waktu ini terlihat menakutkan. "Kau ... Kenapa kau bisa sekuat itu!?"
"Eh?"
"Kenapa kau bisa sekuat itu, Ren!? Kau kan cuman bocah! Lalu, senjata cantik apa tadi!? Kenapa kau bisa dengan lihainya menari sambil membunuh makhluk itu dengan senjatamu itu!?" Pertanyaan beruntun meluncur bak air terjun dengan sedikit emosi di setiap katanya.
Ren hanya bisa memalingkan seidkit wajahnya. Berusaha membuat telinganya sedikit lebih jauh dari jangakauan suara Iri yang terasa menusuk pendengaran. "Te-tenanglah Iri," kata Ren berusaha meredakan ledakan emosi Iri. "Kami Anak Waktu memang diberi kemampuan untuk bertarung, demi melindungi manusia yang kami jaga beserta waktunya," jelas Ren. "Dan, tentu saja untuk perlindungan diri dari makhluk-makhluk seperti Ghost tadi."
Senyum Ren terkembang lebar kala Iri memasang ekspresi terkagum-kagum. Gadis itu benar-benar terpana dengan apa yang dilakukannya. Padahal, kekuatannya tadi belumlah seberapa. Buktinya saja, ia mendapatkan luka gores kecil di lengannya. Untunglah Zero Line di Kota Nol ini memberi keuntungan pada Anak Waktu untuk memulihkan diri.
"Nah, Iri. Mari kita lanjutkan perjalanannya," ajak Ren.
"Kemana kita akan pergi sekarang."
Ren menjawab dengan penuh semangat. "Kita akan pergi ke Masa Kini."
++++
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top