Chapter 30

CHAPTER 30

Setengah berteriak Iri menjawab, "Apa!? Menghancurkan Permatanya!? Bukankah itu adalah benda penting untuk mengatur tiga waktu yang kalian jaga!?"

"Permata Masa sudah lama kehilangan kekuatannya, Iri. Semenjak sisi lain dari diri Era bertambah kuat," ujar Mirai. Ratu Masa Depan itu juga menerangkan bahwa sudah sepatutnya benda pemicu pribadi gelap Era bangkit itu dimusnahkan. Kalau tidak semua ini tak akan pernah selesai.

"Kau tidak perlu khawatir," kata Kako. "Permata Masa adalah perwujudan Era yang saat ini—Era yang palsu. Dia sengaja menciptakan Permata Masa dan memanfaatkannya untuk mengumpulkan energi dari ketiga masa—yang kemudian akan dia gunakan untuk membentuk dunia impiannya."

Iri merasakan serangan Era mulai berkurang. Sepertinya ratu itu telah kehilangan sebagian besar dari tenga yang tadinya akan ia gunakan untuk melakukan Ritual Penyucian. Gadis Waktu itu bisa menyadari perubahan mimik pada sang ratu yang terlihat kesal dan marah—juga tak sabar.

Tak sabar untuk membunuh Iri dan kawan-kawannya yang terjebak di Gelembung yang ia buat dari kekuatan Permata Masa Lalu.

"Iri. Jika kau berhasil menghancurkan kedua Permata Masa di tangan Era, maka sosok yang menjelma menjadi Era akan ikut lenyap. Karena sebagian dari kehidupan jiwanya berasal dari Permata itu."

Iri mulai paham. Gadis itu tidak merasakan sedikitpun akan adanya hujan bintang susulan, dan jeratan serta ledakan dari sulur dan bola-bola cahaya Era. Iri berpikir sejenak sebelum melangkah. Ia harus mencari cara agar ia bisa mendekati sang ratu dan membidik Permata yang mengelilinginya.

Iri ingat. Serangan bola api dari Ima tadi memberi sedikit retakan pada pelindung Era, dan langsung membuat panik si wanita. Diam-diam, Iri memohon kepada Ima agar membantunya lagi kali ini—juga kepada dua Penguasa Waktu lainnya. Gadis itu meminta agar Ima terus melakukan serangan yang sama seperti sebelum hujan bintang menyerbunya.

Ratu berpakaian serba merah itu mengerti. Dengan semangat, ia mengumpulkan seluruh kekuatan dan membuat bola api di dekat Iri semakin berpendar terang. Iri juga meminta tolong kepada Kako dengan hati-hati. Takut, Kako yang semsitif dan berhati dingin itu malah berhenti memihaknya. Tapi, jawaban yang ia dapat cukup membuatnya bernapas lega.

"Aku akan membantumu."

Iri berterima kasih dengan sangat, lalu bertanya pada Mirai. Tapi, sang Masa Depan malah menjawab duluan sebelum Iri angkat bicara.

"Tenang saja. Aku juga akan menolongmu dari sini."

Iri benar-benar sengang. Sekali lagi ia berterima kasih pada Tiga Penguasa Waktu sambil perlahan melenyapkan pelindung yang sedari tadi melingkupinya. "Baiklah! Ayo kita mulai lagi kegilaan ini!"

++++

Ledakan-ledakan makin terdengar dari berbagai arah. Iri tidak menduga Ima akan menambah bola apinya hingga bisa menyerang Era secara beruntun. Pelindung itu muulai rapuh, Iri bisa melihatnya dari retakan yang ada di beberapa sisi pelindung ratu itu. Iri juga bisa menebaknya dari raut cemas Era.

Ini kesempatan emasnya! Hanya tingal beberapa kali lagi serangan beruntun Ima luncurkan, maka pelndung Era akan hancur. Gadis itu benar-benar bersyukur kekuatan Era sudah setengah lebih terkuras hingga tidak punya sisa untuk memperbaiki perisai dari kekuatan Permata Masa. Ratu segala Masa itu lebih memilih menggunakan kekuatannya untuk menyerang balik dibanding bertahan.

Iri berhenti berlari saat jaraknya sudah cukup dekat dengan sang ratu. Ia mengangkat busur dan membidik Permata yang tak mau berhenti berputar mengelilingi tubuh Era. Ia sempat tak yakin bisa mengenai permata itu dalam sekali tembak. Tapi, apapun hasilnya, hanya ini waktu yang ia punya. Iri tak boleh menunda-nunda lagi.

Tepat saat serangan terkahir Ima telak memecahkan perlindungan Era sepenuhnya, Iri berteriak, "Hancurlah!" Satu anak panah dengan keuatan penuh pun meluncur dan tepat mengenai Permata Masa Lalu yang kebetulah lewat di depan tubuh Era di mana Iri membidiknya. Benda indah itu seketika pecah menjadi pecahan-pecahan kaca dan jatuh ke atas tanah. Kerlipan-kerlipan merah dan perak sisa dari benturan dua benda tadi terliha di iris pelangi Era yang mengecil dari biasanya. Kelopak mata bermanik indah itu sukses terbuka lebar dengan serangan tak terduga Iri.

Tak menunggu waktu lama, Iri kembali membidik Permata satunya. Tapi, sialnya, tembakan pertama sempat meleset dan memberi kesempatan Era untuk menyerang balik.

Lengan Iri yang menggenggam busur tersabet tombak cahaya Era. Ugh! Kenapa tidak ada gambaran Masa Depan yang terlihat? Apa kekuatan yang diberikan MIrai hanya aktif di saat tertentu saja?

Kako langsung bergerak cepat dan memanipulasi waktu yang Iri punya. Luka itu pun menutup, lalu Iri dengan cepat memasang kembali anak panah dan menembak Permata Masa Depan. Akhirnya, gadis itu pun berhasil mengenainya dan bersorak kegirangan.

Ren beserta Anak Waktu yang terperangkap dalam Gelembung Ilusi akhirnya terbebas. Perangkap itu pecah dan menyadarkan makhluk-makhluk yang di dalamnya.

"Ti—Tidak!" teriaknya. "Kurang ajar kau, Gadis Waktu! Kau benar-benar tidak mengerti betapa berharganya benda itu untuk keberlangsungan dunia ini!?"

"Tentu saja aku tahu. Tapi, aku tidak peduli dengan itu." Era melihat Ren sudah berdiri dan berlari ke arahnya.

"Iri! Apa ... apa yang terjadi!?" tanya Ren buru-buru.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Yang jelas kita harus menghancurkan satu lagi Permata Masa yang ada di tangan Era!"

Ren terkejut bukan main. "Me—menghancurkan Permata Masa—!?" Ren tak sempat bertanya lebih lanjut karena hentakan kuat hampir menerbangkan tubuhnya. Ia melihat Era yang auranya terasa semakin menyeramkan. Ratu itu mengeluarkan semua kekuatannya.Wania itu sudah termakan dengan amarahnya sendiri hingga menggunakan sihir terakhir yan harusnya ia pakai untuk melakukan rencananya.

"Ren, aku butuh bantuanmu!" Iri mencengkram pundak si bocah pirang dengan tangannya yang terbebas. "Kita harus menyerang Era bersama-sama."

"Bersama-sama ... maksudnya?" tanya Ren tak paam.

Iri pun menjawab, "Kau dan aku menyatukan kekuatan. Aku tahu kau bisa mendapatkan kekuatan yang lebih dengan memanfaatkan ikatan manusia dengan Anak Waktunya, aku benar kan?"

Ren mengangguk. Ia mengeluarkan senjatanya dan Iri memasang posisi membidiknya. Keduanya sama-sama memasang fokus apda lawa yang ada di depan.

"Teman-teman, pinjamkan aku semua sisa kekuatan yang kalian punya! Kita harus menolong Iri dan Ren untuk menyelesaikan ini semua!" seru Ten dari arah belakang. Anak-anak waktu yang menurutinya lantas berbaris rapid an mengangkat senjata tinggi-tinggi. Mereka menunggu Ten yang juga menanti Iri dan Ren bergerak.

Melihat Era mulai memsang ancang-ancang, dengan sigap Iri berteriak, "SEKARANG!"

Anak panah dengan ukuran lebih besar dan aliran sihir yang lebih banyak melesat dengan kencang. Bersamaan dengan itu, Ren menembakkan sihir dari pedangnya dan membatu mendorong panah Iri. Anak-anak Waktu lainnya pun tak mau kalah. Ten berteriak lantang dan mereka pun mengeluarkan sihir mereka masing-masing.

Melihat penyerbuan itu, Era dengan tergesa ikut mengerahkan seluruh sisa tenaga yang ia miliki. Namun, akibat gerakannya yang terlalu terburu-buru, sihir Era menjadi tak stabil. Serangan baliknya tak mampu menyaingi kekuatan dari Anak-Anak lemah di bawah sana.

"Ti—tidak mungkin!" Era berteriak. "Aku tidak mungkin kalah dari kalian anak-anak waktu tak berguna!" Namun, kekuatan gabungan Iri sudah melampaui batas pertahanannya, anak panah Iri pun semakin mendekat ke tubuhnya. Suara lengking kesakitan terdengar sesaat sebelum ledakan cahaya menusuk penglihatan Iri dan yang lain.

Setelah cahaya menyilaukan itu lenyap, taka da lagi sosok wanita berbalut pakaian hitam nampak di tempat asalnya. Yang bisa Iri lihat hanyalah debu-debu kehitaman dan sedikit percikan cahaya berterbangan. Benda kecil itu kemudian terbang mendekati Inti Waktu yang sudah kembali ke atas Altar. Pecahan-pecahan permata yang tergeletak di atas lantai pun berubah menjadi debu bersinar dan turut masuk ke dalam Inti Waktu bersama debu dan percikan cahaya hasil dari hancurnya sosok Era.

Tubuh Iri iba-tiba berpendar. Sosoknya kemudian kembali lagi menjadi gadis biasa ber-sweater coklat dan bersurai hitam gradasi kemerahan. Gadis itu jatuh ke atas tanah dengan tubuhnya yang sudah tak bertenaga. Ren memegangina dan bertanya panik, "Iri, kau baik-baik saja!?"

"Y—Ya.... Aku baik-baik saja."

Iri melihat sesuatu lewat dari ekor matanya. Pita-pita transparan, yang sudah beberapa kali ia lihat—di Bumi dan di Kota Nol. "I—Ini ...."

Era masih hidup!?

Sosok wanita kembali muncul di atas Inti Waktu. Namun, sosok sang ratu kali ini kembali berubah 180 derajat dari beberapa menit sebelumnya. Tubuhnya sudah kembali terbalut kain putih tipis denga manik-manik indah sebagai penghias, perhiasan mewah juga terpasang di badannya, sebuah tiara yang indah juga berhasil membuat orang-orang di sana terpana. Kecantikan dan keanggunan Era telah kembali. Aura yang dipancarkannya pun sanagat berbeda dari sebelumnya.

"Ya—Yang Mulia Era ...." Bahkan Ten pun kembali memanggilnya dengan nama kehormatan.

Iri masih memperhatikan wanita itu. Sesuatu yang berbeda tertangkap di iris Hazelnya. Manik itu ... kedua manik Era sudah tidak berwarna pelangi, melainkan berwarna biru di sisi kanan dan warna emas di sisi lainnya. "Ratu Era ... ke—kenapa kau masih hidup?"

"Aku bukanlah Era yang kau bunuh tadi, Iri," katanya. "Dia adalah sosok gelap yang selama ini bersembunyi di dalam diriku, dan baru menampakkan dirinya saat kondisiku benar-benar lemah."

"Tapi, aku berterima kasih padamu, Gadis Waktu. Kau telah menyelamatkanku dari sisi gelap yang hampir menguasai dunia ini—walau pada nyatanya masalah-masalah yang dia permasalahkan benar adanya. Manusialah yang membuatku lemah dan malah membangkitkan Era palsu yang sudah muak dengan dunia ini."

Ten masih terpana dengan sosok ratu yang rasanya ia rindukan selama ini. Lantas, tiba-tiba, ia teringat seseorang. "Yang Mulia ... Apa mungkin kau ...?"

Era tersenyum. "Ya. Akulah wanita yang meberi kalian jalan dan kekuatan unuk mencuri Inti Waktu."

"Mengapa,Yang Mulia? Apa tujuan Anda melakukan hal itu?" tanya Ren.

Era pun menjelaskan. "Saat aku menyadari diriku yang lain mulai tak terkendali, aku harus melakukan sesuatu sebagai pencegahan. Aku pun memanfaatkan kebencian kalian kepada Era untuk membantuku mengamankan Inti Waktu dan membawanya ke tempat yang taka da seorang pun tahu."

Inti waktu bercahaya terang. SAmbil melayang-layang, jam pasir itu berputar pelan dan menggerakkan pasir emas di dalamnya. Fokus Iri berpindah pada gerakan Inti Waktu tersebut, kemudian tersadar saat tubuhnya mulai menjadi transparan dengan kerlap-kerlip emas berterbangan dari dalam dirinya. "Apa ini? Apa yang terjadi pada tubuhku?"

"Sudah waktunya." Era melayang mendekat. "Dimensi Masa sudah kembali normal. Makhluk selain penghuni tempat ini harus kembali ke dunia asalnya, karena eksistensinya tak dapat diterima di tempat yang bukan dunianya."

Iri mengernyit. "Maksudmu ... aku akan kembali ke Bumi sekarag juga?" Era pun mejawab dengan anggukan.

Gadis Waktu itu berbalik dan menghadap Anak Waktu yang tersenyum padanya. Walau samar, tapi Iri bisa melihat ren tengah berusaha menyembunyikan kesedihannya. "Terima kasih untuk semua usahamu, Iri. Dan, ini saatnya kita untuk berpisah."

"Ren—"

"Jangan khawatir. Walaupun kau tidak bisa melihatku, tapi tanpa kau sadari aku akan terus berada di dekatmu. Mengawasimu dan menjagamu beserta seluruh waktu yang kau punya. Kita akan terus bersama, sampai jarum pada hidupmu berhenti berputar dan menunjuk kepada angka nol."

"Angka yang tidak tertuliskan, namun nyata adanya. Nilai yang tak dapat diperhitungkan, namun bukan berarti tidak ada."

"Nol. itulah yang akan manjadi akhir dari hidupmu. Sampai saat itu tiba, kau dan aku akan tetap berada dalam satu ikatan sama yang tak terpisahkan oleh waktu yang berputar."

Sosok Iri semakin menghilang. Gadis itu tidak bisa berkata apa-apa selain mendengar kata terakhir Ren sebelum semunya menghilang.

"Sekali lagi, terima kasih, Iri. Kuharap takdir bsia mempertemukan kita kembali dalam situasi yang lebih menyenangkan."

~~FIN~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top