Chapter 24

Gadis yang mulai frustasi itu mendengar suara di belakangnya. "Tapi, mungkkin kami bisa membantumu, Iri," kata orang itu.

"Ten?" Iri melihat anak itu tersenyum padanya.

"Jangan kau kira kami sudah sepenuhnya berubah pikiran untuk melawanmu, Gadis Waktu. Hanya saja, wanita ini sudah membunuh teman-teman kami! Kita tidak akan diam saja dan membuat korban Anak Waktu semkain bertambah banyak."

Seorang anak kecil perempuan dengan rambut pony-tail merah jambu muncul dari atas dan mendarat di antara Ten dan Anak Waktu yang lain.

"Terima kasih, Kay. Sihir pengalihanmu memang sangat berguna."

"Itu bukan apa-apa, Ten. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan dengan seluruh kemampuan yang kupunya," sahut anak bernama Kay itu dengan lembut. Ia menggenggam tongkat mini yang masih memunculkan letupan cahaya kecil seperti kembang api.

Ten balas tersenyum lembut. Ia kemudian bertanya lagi kepada Iri, "Bagaimana? Mau bergabung untuk mengalahkan Ratu Palsu itu? Ini juga demi membalaskan dendam Anak Waktumu—Ren."

Mata beriris hazel itu sempat berkedip beberapa kali. Ren, Ten, Kay, dan Anak Waktu lainnya terlihat tak memiliki perbedaan satu sama lain. Mereka saling mendukung dari belakang dan depan. Walau pertengkaran terjadi di antaras mereka, tapi ikatan persaudaraan tak pernah berhenti mengalir dalam darah mereka.

Iri terkekeh sambil tersenyum miring. Ten, dan Kay memandangnya aneh sambil menelengkan kepala. Sang gadis tak menjawab ajakan Ten, namun langsung menghadap kembali ratu yang sudah diliputi sisi kegelapan.

"Era!" seurnya lantang. "Kami mugkin tak akan bisa mengalahkanmu—" Busur yang tergeletak jauh darinya lenyap menjadi percikan cahaya, dan tiba-tiba muncul dalam genggaman. Iri mengasongkan senjata itu dengan tatapan penuh semangat dan keyakinan.

"—tapi bersiaplah untuk menerima kenakalan dari Gadis Waktu dan Anak-anakmu ini!"

++++

Permata Masa Lalu dan Permata Masa Depan bersinar dengan indahnya di dalam ruangan yang suram itu. Sayang, kedua Permata Masa itu bukan tengah memberi kekuatan pada Iri dan lainnya, melainkan sedang mengitari Era sambil terus memasok energy yang seakan tak terbatas.

Tembakan-tembakan bola cahaya terus dilontarkan anak-anak waktu, bersama dengan anak panah Iri dan hantaman tombak Ten dari jarak dekat. Namun, taka da satupun dari serangan mereka yang berhasil mengenai sang Ratu. Permata itu membuat perisai tak kasat mata yang melindungi Era. Setiap tembakan yang tinggal setengah meter lagi mengenai wanita itu, tiba-tiba saja menguap ke udara dan lenyap tanpa jejak.

"Sial!" umpat Iri. Berbagai macam serangan yang ia coba, terus berhasil dihindari Era. Anak-anak waktu yang menyerangnya dari beberapa arah mulai kehilangan kepercayadirian dari wajah-wajah lelah tersebut.

Saat Iri masih berusaha mengumpulkan kembali oksigen ke paru-parunya, Era melakukan serangan balik. Dua permata itu mempercepat putarannya, dan membuat jejak cahaya berbentuk lingkaran. Kedua tangan Era mengangkat sedikit benda ajaib itu, lalu menghempaskannya. Cincin cahaya terbesit kea rah Anak-Anak waktu dan mementalkan mereka bagai serangga-serangga kecil. Tak berhenti dari situ, Era mengeluarkan serpihan-serpihan kaca dengan pantulan cahaya pelangi, yang ujung tajamnya mengarah pada mereka.

"Semuanya! Buat pelindung!!" Seruan Ten langsung diikuti oleh teman-temannya. Iri pun melakukan hal yang sama. Ia memusatkan pikiran untuk membuat gelembung yang sama yang melindungiya saat di Memori Masa Depan. Walau memakan waktu cukup lama, tapi gelembung itu berhasil dibuatnya tepat sebelum benda tajam itu meluncur. Iri juga ternyata tanpa sadar telah mendekat kembali ke tempat Ren terduduk lemas dan ikut melindunginya.

Hujan serpihan kaca berlangsung sampai seouluh detik lamanya. Kerlap-kerlip cahaya memenuhi pandangan kala benda itu menghantam lantai dan perlindungan mereka. Iri berusaha bertahan sekuat tenaga. Beberapa kali ia terdorong mundur dan hilang keseimbangan, tapi ia tidak boleh menyerah.

Serangan pun berhenti. Debu-debu yang dihasilkan dari bangunan yang ikut terserang berterbangan cukup banyak. Setelah, semuanya kembali terlihat jelas, Iri lantas menyadari bahwa semua Anak Waktu tergelepak tak berdaya.

"Ten, Kay!" panggil Iri. Kedua anak waktu yang terserukan namanya itu menggeram sedikit.

"Ugh. Tak kusangka kau masih bisa berdiri ... Iri," ucap Ten. "Sepertinya serangan Era berdaya serang lebih besar untuk bawahnnya sendiri, ya?" Anak itu tersenyum sinis kepada Era, namun tidak digubris sang wanita.

"Menyerahlah, Iri. Kau tidak akan mengerti apa yang aku lakukan ini adalah untuk kebaikan seluruh makhluk di dunia," kata Era. "Mengulang waktu kembali dari awal, membuat rencana pada kalian dengan waktu yang telah ditentukan, juga mencegah adanya pencurian waktu dan pembuangan waktu sia-sia yang menjadi penyebab kekacauan di dunia."

Iri menggertakkan gigi. Di kala Ten dan kawan-kawannya berniat menambahkan waktu pada manusia-manusia yang mereka jaga, sang ratu malah berniat menghilangkan waktu mereka semua dan me-restart semuanya dari nol.

"Dasar kau Ratu gila!" Iri berseru. "Apa kau tidak pernah berpikir akan semua kehidupan yang sudah dijalani oleh manusia-manusia yang kau berikan waktu!? Perjalanan mereka, segala pencapaian dan cerita-cerita indah di dalam waktu yang berputar di dunia, apa kau benar-benar berniat menghapus hal-hal berharga itu dari kami semua!?"

"Aku tidak peduli."

Jawaban dingin itu membuat Iri mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tangan kiri yang membawa busur menggenggam senjata itu kuat hingga buku-buu jarinya memutih.

Tidak. Ia tidak rela jika harus membuang segala kenangan dan mem-fomart seluruh hidupnya. Terlalu banyak hal yang belum ia selesaikan, dan ia tidak sudi jika harus mengulangnya. Iri bahkan tidak yakin jika Era benar-benar mejadikan ideologinya nyata, ia bisa memiliki hidup yang sama seperti sekarang di dunia barunya.

Tapi, sekarang bagaimana? Daritadi sejak Iri dan Ten bekerja sama, tak sedikitpun mereka melukai sang ratu—bahkan segores kecilpun mereka tak sanggup. Iri mengecek lagi rekan pertarungannya. Mereka semua masih belum sadar juga. Baru Ten dan Kay yang sudah berusaha untuk bangkit, namun berulang kali juga mereka jatuh karena tubuh yang menolak dan rasa sakit yang menghujam.

"Sekali lagi, Iri. Aku memberimu kesempatan untuk menjatuhkan senjatamu dan pergi dari Dimensi ini—menunggu dimulainya kembali dunia yang baru, bersama teman-temanmu di Bumi. Tapi, kalau kau tetap keras kepala untuk menghalangiku ... " Era mengancam dengan tegas, "maka aku takkan segan melenyapkanmu di sini, bersama yang lainnya."

++++

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top