Chapter 21

"E—Era!?"

"Yang Mulia!?"

Sosok itu melayang-layang di udara. Wajah baby-face-nya terlihat imut, namun dengan tatapan tajam itu, Iri malah meneguk ludahnya sedniri karena takut. Kenapa ratu itu ada di sini? Oh, ya. Ini memang kastilnya. Tapi, kenapa baru muncul sekarang!?

Tak hanya Iri dan Ren yang keheranan. Tapi, anak-anak penghianat itu juga sama–sama tak menduga sang ratu akan datang. Namun, di antara semuanya, keterkejutan Tenlah yang paling kentara. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Sebagai otak dan pemimpin dari rekan-rekannya, ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi dan menimpa mereka semua.

Tapi, ini sungguh aneh. Dunia ini—tempat ini—bukanlah Kastil Era sungguhan. Ini adalah dunia yang ia ciptakan dari hasil mengambil sedikit kekuatan Inti Waktu. Seharusnya, ia yang berkuasa di sini—dengan anak waktu yang bersamanya. Seharusnya penguasa di luar dunia ini tak bisa menampakkan kekuatan aslinya. Tapi ... kenapa!? Seharusnya hanya dirinya dan satu orang khusus yang bisa mengeluarkan kekuatannya ...

Atau jangan-jangan!?

"Yang Mulia! Terima kasih sudah datang, Yang Mulia Era. Kau benar-benar menolong kami." Ren memberi hormat. Namun, Iri tetap diam. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh dari wanita cantik itu.

Era tak memberi reaksi pada anak berambut pirang itu. Ia hanya memincingkan matanya sedikit, lalu mengalihkannya kembali. "Tugas kalian telah selesai, Ren, Iri. Kalian sudah bisa pergi dari sini."

Iri terkejut dan refleks menjawab, "Apa!? Tunggu! Apa maksudmu dengan mengusir kami tiba-tiba seperti itu? Kami bahkan belum merebut Inti Waktunya!" Iri menunjuk-nunjuk jam berpasir emas itu.

"Tugasmu hanya mencari Inti Waktu yang hilang, Iri—bukan merebutnya," ucap Era dingin. "Jangan kau tinggi hati hanya karena mendapat tanggung jawab besar, hingga merasa bisa menyelesiakan semua ini sendiri."

"Ap—"

"Kau bukan Era."

Seseorang yang berucap di belakang Iri mengejutkan mereka semua. Anak bersurai coklat itu mengeluarkan sebuah senjata dengan bentuk aneh mirip seperti milik Ren—hanya saja lebih panjang hingga menyerupai tombak. Dengan tajam Ten menatap Era dan berkata, "Maafkan saya lancang, Yang Mulia. Tapi, di dunia yang kami buat sendiri ini, taka da yang bisa memasukinya selain kami—dan seseorang yang telah memberi bantuan kepada kami."

Seseorang? Membantu mereka? Iri kebingungan. Jadi, sebenarnya dalang di balik semua ini bukan hanya dari anak waktu saja, tetapi uga dari tangan orang asing misterius di luar sana!? Ah! Gadis itu baru ingat. Sebelumnya Ten memang menyinggung bahwa ia bertemu seseorang yang memberi merkea jalan dan kekuatan.

"Katakan, siapa kau?" serunya sambil menodongkan tombaknya.

Mendengar Ten berkata begitu, Iri bergidik. Hawa di belakangnya berubah. Sensasi dingin menusuk kulit dan membuatnya terpaku di tempat. Ren tak kalah melongonya dengan sikap Ten yang berani menantang wanita yang jelas-jelas adalah ratunya.

"Kau tidak mempercayaiku, Anak Waktu?" Ten mengangguk tegas. Senjatanya ia naikkan sedikit yang semakin menujukkan kesan menantang. "Lalu, bagaimana jika aku mengatakan, bahwa orang yang memberimu kekuatan dan membukakan jalan untuk mencuri Inti Waktu—adalah aku."

Para penghianat itu memasang raut tak paham. Seorang anak berambut tipis di samping Ten tiba-tiba berseru, "Itu tidak akan mungkin! Orang itu tidak punya sedikitpun hubungan denganmu!"

"Ya, itu benar!" sahut anak yang lain. "Kalau memang kau sang Penyelamat itu, lalu kenapa kau malah memihak mereka dan bukannya kami!?"

Sahutan-sahutan lain yang mulai memprotes perlakuan Era yang mengaku-ngaku sebagai penyelamat mereka, meramaikan seisi ruangan. Kelompok anak-anak itu ada yang beberapa mengeluarkan senjatanya, sebagian mencipatakan sihir di kedua telapak tangan, sedangkan Ten, ia terdiam di belakang beberapa saat sebelum sadar dan berteriak, "Tunggu! Teman-teman, apa yang mau kalian lakukan!?"

"Berikan kami perintah, Ten!" ucapnya sambil melangkah ke depan Kau kan pemimpin kami."

"Apa maksdumu? Kau mau menyerang Era?! Jangan gegabah, El!" tolak Ten keras-keras.

"Kita tidak bisa terus-terusan diam! Sebagian dari ita harus bertindak dan sebagian lagi melakukan apa yang direncanakan. Dan, akulah yang aka—GAH!!!"

Ten terbeliak. Iri dan Ren menganga lebar-lebar, kala sebuah bilah panjang menusuk perut bocah berambut tipis itu dari tanah. Anak yang dipanggil El itu terbatuk-batuk. Darah segar menetes dari luka yang terbuka lebar.

Lelaki bersurai coklat itu menyerukan nama temannya, berselang sedetik kemudian, teriakan melengking dari beberapa orang bergema di tempat itu. Ten melihat beberapa temannya yang lain juga bernasib sama seperti El. Tergolek lemas dengan tubuh tertancap di bilah runcing nan panjang seperti kaca.

Lututnya bergetar lemas. Bibirnya bergetar, dengan suara yang enggan melewati tenggorokan dan keluar dari mulutnya. Melihat rekannya yang tak bisa bertindak, Ren mengambil alih bertanya. "Yang Mulia! Kena—Kenapa kau membunuh anak-anak waktumu!?"

"Aku tidak membutuhkan mereka."

"Maksudmu?" Iri bertanya.

"Aku tidak lagi membutuhkan makhluk yang sudah tidak berguna," kata Era. "Aku sudah mendapatkan apa yang aku butuhkan, dan aku tidak membutuhkan pengganngu seperti kalian."

++++

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top