5
Suara lonceng memenuhi satu desa itu. Ryena dan ayahnya yang sedang menggumpulkan jerami kering, langsung terpanggil untuk menoleh ke sumber suara.
Orang-orang di desa itu berlarian ke rumah Tabib Zuan, karena lonceng tanda darurat itu memang berasal dari sana.
Ayah Ryena yang sedang mengikat jerami langsung menarik gerobak tuanya. Dipintakannya Ryena untuk melanjutkan pekerjaannya, sementara dia akan membawa gerobak itu ke rumah Tabib Zuan. Lagipula lonceng tanda darurat telah dibunyikan, mereka sedang berada dalam masalah.
"Ada apa ini?" tanya salah banyak warga yang berdiri di depan rumah Tabib Zuan.
Ayah Ryena memutuskan untuk meninggalkan gerobaknya dan meminta Ryena untuk berjaga sebentar, sementara dia akan melihat kondisi apakah keluarga Zuan memang memerlukan bantuan.
Ryena menghela napas, lalu menatap ke gerobak di sampingnya. Ada Riuka di sana, sedang membuat anyaman dari irisan bambu tua.
"Ryena!" sapa Riuka sambil menghentikan kegiatannya. "Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" tanyanya kebingungan.
"Kau terlalu seru memainkan irisan bambu sampai-sampai tidak menyadari apapun, ya?" tanya Ryena dengan nada sarkastik.
"Aku benar-benar tidak tahu. Apa yang terjadi?"
Ryena mengendikkan bahu, "Sepertinya keluarga Zuan butuh bantuan. Mereka membunyikan lonceng mereka."
Keadaan ramai yang terjadi saat ini bukanlah hal yang biasa. Karena kebaikan Tuan Zuan untuk mengobati orang susah secara cuma-cuma, warga-warga desa juga dengan senang hati membantu keluarga mereka apabila mereka dalam kesusahan. Seperti saat ini, misalnya.
Padahal Ryena ingat sekali, kemarin saat mereka membunyikan lonceng yang telah berkarat itu, tidak ada yang datang untuk membantu mereka. Ryena membunyikan lonceng itu bukan karena mereka kekurangan makanan atau hal lain, tetapi karena saat itu ibunya batuk berdarah. Ryena dan ayahnya tidak tahu harus berbuat apa saat itu.
Dan satu lagi, Ryena tidak tahu apakah Tabib Zuan telah kembali atau belum, tetapi Ryena belum melihatnya sampai hari ini.
Kerumunan di depannya terlalu tinggi dan padat, Ryena tidak bisa melihat apapun.
"Pengumuman, semuanya."
Ekspresi wajah Ryena langsung berubah, hanya dalam sedetik.
Suara Nenek Zuan yang terdengar penuh kebanggaan dan keangkuhan itu membuatnya ingin mendatanginya dan menyatukan mulut Nyonya Zuan agar dia tidak bisa berbicara lagi.
"Dia pasti akan menyombongkan sesuatu," ucap Ryena dengan yakin.
Dan benar, beberapa saat kemudian, Nenek Zuan kembali berbicara.
"Barusan aku mendapatkan pesan dari Kerajaan Cahaya, bahwa suamiku telah dinobatkan menjadi tabib istana. Mulai hari ini, dia akan tinggal di Kerajaan Cahaya. Jadi, kalian semua berhentilah mengetuk pintu rumah ini dan menyusahkanku. Aku tidak tahu apapun soal obat herbal."
Ryena bisa mendengarkan banyak warga yang mengeluh dengan ucapan Nyonya Zuan. Tabib Zuan yang menjadi tabib istana mungkin adalah kabar yang baik, tetapi sesungguhnya, itu adalah kabar buruk bagi para warga sekitar.
"Kalau Tabib Zuan menjadi tabib istana, bagaimana dengan kami?"
Ryena ingin sekali menepuk kepalanya sendiri atas pertanyaan semacam itu. Tentu saja Nyonya Zuan yang angkuh itu tidak akan memedulikan apapun selain memamerkan kesuksesan suaminya itu.
"Memangnya di desa ini hanya ada satu tabib?" tanya Nyonya Zuan balik dengan kesal.
Mereka semua saling berpandangan bingung. Bingung dengan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya tanpa adanya keberadaan Tabib Zuan yang baik hati itu.
"Sudah, aku hanya ingin memberikan pengumuman itu. Jadi sekarang, pulanglah kembali ke rumah kalian masing-masing atau lanjutkan pekerjaan kalian," ucapnya dengan senyum lebar, bangga.
Belum juga menyelesaikan sambutan kebanggaannya, dia kembali melanjutkan,
"Oh ya, untuk keluarga Shin dan putrinya yang tidak sopan itu, kalian tidak perlu lagi datang kemari untuk mencari obat padaku. Aku sudah mengirimkan semua buku obat ke istana."
Riuka menatap ke arah Ryena yang sudah mendidih dan nyaris ke ubun-ubun. Ryena bersumpah, bila dia punya kekuatan untuk membuat Nyonya Zuan untuk diam, dia pasti akan menggunakannya satu kali—walaupun dia hanya bisa menggunakannya selama tiga kali.
"Sepertinya dia lahir hanya untuk memamerkan apa yang dimilikinya," ucap Riuka, mencoba menghibur Ryena.
"Bukan," sergah Ryena. "Dia lahir hanya untuk mati."
Riuka dalam hati sudah tahu bahwa Ryena bukan hanya kesal setengah mati dengan Nyonya Zuan, tetapi juga menyimpan dendam yang kebencian yang dalam. Hanya saja, Riuka memutuskan untuk tidak mengungkapkannya di depan Ryena, mencegah agar kekesalan sahabatnya tidak lebih dari ini.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula kalian kan sudah tidak membutuhkan obat lagi. Bukankah ibumu sudah sembuh?"
Ryena terdiam merenungi ucapan Riuka.
Beberapa waktu yang lalu, dia mendapatkan lima kekuatan dari seorang wanita yang dipercayainya adalah Dewi Penyembuh. Dewi Penyembuh mengatakan kepadanya bahwa dia bisa menggunakan kekuatan penyembuhnya berapa kalipun yang diinginkannya. Tiga kekuatannya bisa digunakannya selama tiga kali dan satu kekuatannya hanya bisa digunakan sekali.
Ryena telah mencoba kekuatan penyembuhnya untuk menyembuhkan ibunya dan juga bahan-bahan makanan agar bentuknya kembali segar seperti sedia kala. Mereka menggunakan kekuatan Ryena untuk kepentingan keluarganya sendiri.
Dewi Penyembuh tidak mengatakan larangan apapun untuk tidak memberitahu orang lain, tetapi Ayah Ryena mengatakan kepada Ryena agar gadis itu tidak memberitahu siapapun tentang kekuatannya. Itu akan berbahaya untuk Ryena ataupun keluarganya, begitu kata ayahnya.
Beberapa saat kemudian, kerumunan itu membubarkan diri. Ayah Ryena tidak mengatakan apapun kepada Ryena, hanya tersenyum kepada putrinya, mungkin mengira bahwa Ryena tidak mendengar apapun tentang hinaan dari Nyonya Zuan yang ditujukan kepada keluarga mereka.
"Ryena, ayo kita pulang."
Ryena turun dari gerobaknya, menatap lirih ke arah Riuka yang melambaikan tangannya dan menatapnya dengan tatapan turut perihatin. Ryena yang mengerti hanya bisa mengangguk pelan.
Rupanya kabar itu menyebar secepat angin. Tidak sampai sehari, hinaan itu terdengar di telinga Ibu Ryena.
"Apa-apaan dia mengatakan hal seperti itu?"
"Tenanglah," ucap Ayah Ryena mencoba menenangkan.
"Dia tidak tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika putrinya dibicarakan di depan publik seperti itu." Ibu Ryena menatap ke Ryena yang hanya bisa mengunyah makanannya sambil menatap mereka dalam diam.
Ayah Ryena menghela napas.
"Dia tidak punya keturunan, bagaimana mungkin dia tahu?"
"Aku tidak bisa membayangkan kalau dia memiliki seorang putri dan putrinya suka mengumbar kata-kata kasar dan memamerkan harta orangtuanya," timpal Ibu Ryena sambil bersidekap tangan.
Ayah Ryena paham benar darimana sikap Ryena berasal.
"Bagaimana kalau kita membuka jasa penyembuhan di desa ini?" usul istrinya tiba-tiba.
"Eh?" Ryena dan ayahnya sama-sama kebingungan.
"Tabib Zuan sudah tidak ada di sini, dan Tabib Fue menarifkan harga mahal untuk pengobatannya. Kukira ini kesempatan kita untuk membuktikan kepada mereka, selagi Ryena bisa menggunakan kekuatan penyembuh tanpa batas."
Ayahnya menatap Ryena dengan tatapan tidak yakin.
"Dengan begitu, kehidupan kita terjamin. Kita juga tidak perlu lagi bekerja susah payah."
"Tapi, Ryena masih sangat kecil."
Kali ini Ibunya berkacak pinggang, bukti bahwa dia tidak ingin ada yang menentangnya lagi, "Kita buktikan kepada Nyonya Zuan kalau kita tidak membutuhkannya."
Tbc
22 Juli 2018
a/n
Aku beneran udah ngantuk wkwkwkw. Aku tidur dulu yaa. Bubay.
Ditunggu komennya <3
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top