4
"Aku akan membantumu."
Hal pertama yang Ryena lakukan adalah memeriksa apakah wanita itu menggunakan tali pengaman untuk tetap terbang dalam keadaan seanggun itu. Ryena tentu saja tidak mau repot-repot merasa terkagum lebih dulu sebelum mengetahui apakah hal yang dilihatnya memang asli atau hanya ulah manusia iseng dari atas sana, tetapi apapun itu, Ryena agak lega karena ada yang menemukannya.
Hanya sampai di sana pemikirannya, sebelum akhirnya Ryena tersadar bahwa apa yang ada di depannya bukanlah ilusi, bukan pula hal yang dibuat oleh manusia.
"Siapa Anda?" tanya Ryena lebih dulu.
Tak ingin menunjukkan rasa ketakutan yang menjalar di hatinya, Ryena menatap mata wanita terbang itu dalam-dalam. Dia tak bersayap—jelas bukan siluman unggas. Wanita itu hanya terbang di depannya, menatap tepat di matanya.
"Kau tidak perlu tahu. Yang jelas, aku datang ke sini untuk menolongmu," jawab wanita itu, mengabaikan pertanyaan Ryena.
Wanita itu hanya menggerakkan tangannya ke arah Ryena dan tiba-tiba saja tubuh Ryena menjadi seringan bulu. Dia terbang pelan-pelan hingga akhirnya kakinya menapak di atas tanah yang ada di atas sana.
"Wow!" Ryena berseru dengan kagum. "Apakah Anda adalah dewi yang turun untuk mengawasi desa kami?"
Wanita itu masih melayang, terlihat tidak berminat sedikit pun untuk menjawab pertanyaan dari Ryena, tetapi pada akhirnya dia menjawab juga.
"Anak kecil yang hanya mengeluh setiap saat tentang Dewi Penyembuh yang tidur, tidak perlu tahu apapun," jawabnya agak tidak senang.
Ryena langsung menyimpulkan bahwa wanita di depannya adalah Dewi Penyembuh yang terbangun dan mendengarkan ucapannya. Sedikit merasa bersalah, akhirnya Ryena langsung duduk dalam posisi berlutut.
"Dewi Penyembuh, maafkan saya yang tidak tahu diri ini. Saya tahu kalau Dewi Penyembuh sibuk ...."
Wanita itu menatapnya dengan tatapan dingin, memperhatikannya yang tengah bersipuh di depan dirinya yang tengah melayang.
Wanita itu pun mendarat, menginjakkan kakinya yang bersih dan penuh dengan gelang kaki emas yang berhiaskan berlian. Didekatinya Ryena yang masih bersujud, meletakan keningnya di atas tanah. Untuk ukuran rakyat biasa, hal ini sebenarnya terkesan biasa saja, tetapi untuk Ryena yang sejak dulu tidak ingin menyembah raja dan golongan di atasnya, sesuatu seperti ini mungkin bukan hal yang biasa.
"Apa yang kau inginkan?" tanya wanita itu sembari menaikkan kepala Ryena.
"Saya ingin Dewi Penyembuh datang ke rumah saya untuk menyembuhkan—maksud saya, bisakah Anda tetap di sini? Saya akan datang lagi untuk membawa Ibu saya kemari," lirih Ryena saat mengingat bahwa membawa seorang dewi ke rumahnya yang bahkan tak pantas disebut rumah itu adalah hal yang salah.
"Aku tidak punya banyak waktu," ucap wanita itu.
Ryena menunduk, menyayangkan kesempatannya yang hanya datang sekali saja. Semuanya akan sirna. Harapannya untuk menyembuhkan ibunya dan juga keinginannya untuk mempelajari semua hal yang terkait dengan obat-obatan yang lebih ampuh.
"Aku akan memberikanmu kekuatanku," ucap Dewi Penyembuh itu, membuat Ryena menatap ke arahnya dengan tatapan bingung. "Aku akan memberikanmu kekuatan penyembuh dan empat kekuatan pendukung lain."
"M-maksudnya?"
"Kau akan memiliki lima kekuatan. Untuk kekuatan penyembuh, kau bisa menggunakannya berapa kalipun, sesuka hatimu," terang Dewi Penyembuh. "Lalu, sisanya, kau hanya bisa menggunakannya selama tiga kali."
"Tunggu, saya benar-benar tidak mengerti," ucap Ryena dengan suara pelan.
"Kau akan mengerti, nanti."
Sang Dewi Penyembuh mendekatkan jemari rampingnya ke kening Ryena, lalu memejamkan matanya. Cahaya biru muda yang menyilaukan keluar dari tangan Dewi Penyembuh, yang membuat Ryena ikut memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian, saat Ryena merasa bahwa cahaya itu telah hilang, dia membuka matanya kembali.
"Ingat, kau punya batas tiga kali untuk kekuatan lain. Kuharap kau bisa memanfaatkannya dengan baik," ucap Dewi Penyembuh.
"Saya akan menggunakannya baik-baik, saya janji," janji Ryena sambil membungkukkan badan. Sebenarnya dia sudah nyaris berlutut lagi, tetapi Dewi Penyembuh sudah melayang lagi, seperti bersiap-siap untuk kembali ke atas langit.
"Oh ya, ada satu kekuatan yang hanya bisa kau gunakan satu kali," ucapnya.
"Bagaimana caranya saya mengetahui kekuatan itu?" tanya Ryena lagi, sebelum dia pergi.
"Akan ada seseorang yang memberitahumu, tapi bukan hari ini. Aku kembali dulu. Kau juga, pulanglah. Ayah dan ibumu telah menunggu."
Usai itu, sosok Dewi Penyembuh menghilang tepat di depan matanya, sedangkan Ryena masih mengerjapkan mata, memperhatikan sekeliling untuk memastikan bahwa hal barusan memang benar-benar terjadi.
Dan semoga saja itu bukanlah mimpi.
"T-terima kasih, Dewi," lirihnya.
Lalu, Ryena juga bingung, bagaimana caranya dia membuktikan bahwa dia memang telah memiliki kekuatan untuk menyembuhkan? Lalu bagaimana caranya dia menggunakan kekuatan itu? Ryena tidak sempat bertanya kepada Dewi Penyembuh karena wanita itu sudah kembali ke khayangan.
Ryena melirik ke satu arah. Salah satu tanaman yang akarnya bisa direbus dengan air dan langsung bisa mengenyangkan perut. Keranjang Ryena masih ada di punggungnya. Walaupun hari sudah gelap, Ryena tetap berpikir untuk membawa satu tanaman itu pulang—menambah menu makanan untuk Ibunya.
"Setelah ini aku harus langsung pulang," gumam Ryena, mulai menarik tanaman itu.
Dicabutinya satu tanaman itu dan dirabanya ujung akar itu. Berlubang. Mungkin ada hewan dalam tanah yang telah menjadikannya menu makanan, tetapi Ryena tetap akan membawanya pulang walaupun harus memakan sisa makanan hewan itu.
Ditaruhnya dalam keranjang, lalu mulai berlari untuk pulang.
*
"Kau ini kemana saja? Ayah mencarimu kemana-mana!"
Seperti yang telah Ryena duga, ayahnya marah. Tentu saja, matahari telah tenggelam sepenuhnya. Jarang bagi seorang anak gadis untuk kembali ke rumahnya malam-malam, karena keadaan yang sangat membahayakan. Tidak hanya binatang buas, bisa saja ada yang menculiknya dan menjadikannya budak bangsawan.
Ayah Ryena tidak mengerti apa yang dilakukan oleh anak gadisnya. Dipikirnya Ryena telah membawa pulang banyak kayu kecil untuk dijual besok, tapi yang dibawanya hanyalah sebuah akar tanaman.
"Maaf, Ayah," ucap Ryena dengan penuh penyesalan.
"Kau kemana, tadi?" tanya ayahnya lagi, setelah sudah merasa agak tenang.
Ryena langsung teringat kembali dengan kejadian saat dia bertemu dengan Dewi Penyembuh dan dia menceritakan hal itu kepada ayahnya dengan antusias.
"Dewi Penyembuh menyelamatkanmu dan memberikanmu kekuatan?" ulang ayahnya dengan heran.
Ryena mengangguk, mengiyakan ucapan ayahnya.
"Kekuatan apa tadi?"
"Penyembuh."
Ayahnya menoleh ke arah ibunya yang masih berbaring di tempat tidurnya bersama selimut usang yang sedikit sobek belum terjahit.
"Tapi ibumu belum sembuh."
"Itu karena aku tidak tahu cara menggunakan kekuatan ini," kilah Ryena.
"Jangan-jangan kau dipermaikan orang?"
Ryena nyaris kehabisan kata-kata, "T-tapi dia terbang."
"Mungkin ada tali senar yang tipis, kau tidak melihatnya," ucap ayahnya lagi.
"Tapi dia juga membuatku terbang, Ayah."
Ayahnya mengelus kepalanya, "Kau sudah mengatakan terima kasih dengan baik, kan?"
Ryena mengangguk, "Sudah."
"Nah, kalau begitu tidak apa-apa," ujar ayahnya. "Apapun tujuannya melakukan itu, asalkan dia benar-benar menolongmu, ayah rasa tidak masalah. Sekarang, bantu ayah memasak, yah."
Ryena mengangguk lagi, kali ini dengan anggukan lemas karena tidak mampu meyakinkan ayahnya.
"Ngomong-ngomong, darimana kau mendapatkan akar tanaman ini? Ini sehat sekali, lho, Ryena."
Ryena termenung selama beberapa saat. Seingatnya, akar tanaman yang dibawanya tadi sudah berlubang dan lunak.
Dalam keremangan, Ryena menatap kedua telapak tangannya.
Tbc
22 Juli 2018
a/n
Dah mulai dah mulai.
Ngantuk aduh :')
Why senin cepet banget.
Cindyana(╥_╥)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top