24

.

.

.

Tidak ada yang bisa meredam kemarahan Fercie saat ini, tidak juga Pangeran Zephran yang langsung berinisiatif berdiri di belakang Ryena yang masih duduk di tempatnya karena sangat menyadari bahwa adik angkatnya itu bukan lagi manusia seperti dulu. Penjaga gerbang pasti mengikuti raga Fercie sampai kemari untuk membawanya kembali.

"Fercie...?" panggil Pangeran Zephran.

"Siapa dia?" tanya Fercie.

Ryena mengerjap selama beberapa kali, sebelum akhirnya menyadari bahwa Fercie saat ini sedang menargetkan dirinya. Pangeran Zephran juga menyadari hal itu, yang membuatnya sudah berdiri di depan Ryena.

Pangeran Zephran tidak menjawab, tangannya bersiap-siap dengan pedang di punggungnya. Tadinya dia memakai pakaian formal lengkap karena dikiranya hanya menghadap raja, ternyata juga mendiskusikan tentang Fercie, yang membuatnya harus membawa pedang berat beserta sarung besi itu kemana-mana. 

"Aku akan membunuhnya ..." gumam Fercie.

Ryena berdiri dan langsung melangkah berdiri di depan pangeran. "Sayangnya, kau tidak akan pernah bisa membunuhku," jawabnya menantang.

"Jangan dekat-dekat pangeran! Pangeran Zephran milikku!" aum Fercie dengan geram. "Menyingkir atau kubunuh kau?!"

Ryena menaikkan sebelah alisnya, "Milikmu, huh?"

Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu melangkah mundur dengan sengajanya agar semakin dekat dengan pangeran.

"Nona Shi--"

"Bukankah pangeran menyukai saya?" potong Ryena, bertanya kepada pangeran, membuat lelaki itu terbungkam.

"A-apa yang kau lakukan? Fercie sedang dikuasai oleh monster itu! Jangan membuatnya marah," ucap Pangeran Zephran tergagap. Ryena yang beberapa saat yang lalu menolaknya terang-terangan, tiba-tiba saja berubah sedrastis ini.

Ryena membalikkan seperempat kepalanya, "Tugas saya adalah membuatnya tidak menularkan penyakit itu ke pangeran. Kalau saya berhasil, maka kerajaan ini tidak akan mengundang para tabib kemari."

Dan tidak mengundang tabib kemari artinya ... Ryena juga tidak akan pernah datang.

"Kau berniat mengubah masa depan?" tanya pangeran.

Ryena diam, tak langsung menjawab. Dihampirinya Fercie yang menatapnya ganas, seperti ingin menyobek semua tubuh Ryena hingga tak bersisa. Tetapi, Ryena sama sekali tidak terlihat ketakutan. Lagipula, bagi gadis itu, melihat hal semacam itu satu atau dua kali bukanlah yang pertama kalinya.

Fercie melukai Ryena dengan mencakarnya. Gadis itu meringis sejenak, sebelum akhirnya menatap tajam ke arah Fercie saat pelan-pelan kulitnya kembali menyatu seolah tidak ada apapun yang terjadi di sana.

"Tidak mungkin," geram Fercie, kali ini dengan suara yang lebih bergema.

"Apanya yang tidak mungkin? Tidak mungkin aku punya kekuatan? Kau juga punya kekuatan!" balas Ryena dengan kesal.

Sekali, dua kali, tiga kali Fercie mencoba melukainya kembali, dan Fercie gagal dengan jumlah yang sama.

Tampaknya, Ryena harus berhadapan dengan penyesalan lagi, sekali lagi. Karena tiba-tiba saja Fercie kalap dan kali ini membelokkan serangannya dengan sangat tajam. Ryena sama sekali tak menduga hal itu. Dia pikir, dialah target Fercie.

Menyadari bahwa mata Fercie mengeluarkan sinar biru seluruhnya begitu melewatinya, Ryena baru sadar bahwa dia telah dikendalikan oleh sang penjaga gerbang. Dan tentu saja Fercie tidak dalam kesadaran penuh. Kali ini target Fercie menjadi Pangeran Zephran. Ryena tiba-tiba merasa ngeri kalau saja dia langsung menewaskan pangeran dalam sekali gerakan.

Ryena punya trauma yang mendalam tentang kematian, karena tidak ada yang bisa menyembuhkan kematian. Dan bukannya tak mempercayai masa yang akan datang, tetapi Ryena dengan logika penuh teramat menyadari bahwa satu saja kesalahannya bisa mengubah masa depan.

Dan satu saja masa depan yang berubah, mempengaruhi segalanya.

"Pangeran!" seru Ryena.

PRANG! Cakar panjang Fercie tertahan pedang pangeran. Ryena mungkin boleh merasa lega untuk beberapa saat, tetapi saat melihat tangannya yang lain mulai mencoba melukai pangeran lagi, kali ini Ryena menghentikannya.

"Apa yang kau pikirkan? Bukankah seharusnya kau melukaiku?" tanya Ryena agak kesal.

"Membawa pangeran ke lubang Neraka, lalu menjadikannya bagian dari tumbal juga sebuah keuntungan," desis Fercie sambil menatap tajam ke arah Ryena. "Dengan begitu, kami bisa bersama, selamanya."

"Bersama selamanya? Apakah kau pikir dunia Neraka sekecil dongeng pengantar tidurmu?" tanya Ryena dengan kesal--itu yang hampir dirasakannya setiap waktu belakangan ini.

Ryena mengabaikan cakar panjang yang kini sedang berlaga dengan pedang platinum milik pangeran. Disentuhnya bahu Fercie, mencengkramnya tak begitu kuat, tetapi berhasil membuat Fercie mengeluarkan suara tinggi.

Bukan pertama kalinya bagi Ryena untuk menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Z. Mereka akan merasa seperti dibungkus oleh timah panas dengan suhu yang tinggi.

"Kurasa jangan terlalu menyakitinya, Fercie--"

"Aku sedang dalam tahap menyembuhkannya," jawab Ryena, yang dari dalam lubuk hatinya sedikit kesal dengan sikap pangeran yang dinilainya terlalu lembut terhadap ancaman.

Tak terpikir olehnya jika nanti Pangeran Zephran naik taktha menjadi seorang raja yang penyayang dan peduli sesama. Ah, dunia pasti akan lebih baik daripada saat Raja Zeolard yang memimpin.

Bukan sedang ingin menjelekkan Ayah dari Pangeran Zephran, tetapi dia sendiri menilai bahwa Raja Zeolard masih belum maksimal dalam melayani rakyatnya.

Pelan-pelan dan pasti, Fercie kembali ke wujud normalnya. Kulit mulusnya kembali, wajah cantiknya, semuanya kembali. Pangeran Zephran dan Ryena memperhatikannya, sembari menunggunya membuka matanya pelan-pelan.

"...Fercie? Kau sudah bangun?"

"Pangeran?"

Fercie langsung mengganti posisinya menjadi posisi duduk, lalu mengulurkan tangannya pada leher pangeran yang kebetulan memang mudah dijangkau, karena pangeran dalam posisi berjongkok.

Ryena memperhatikan bagaimana Fercie langsung menangis sekeras-kerasnya. Sepertinya Fercie juga melupakan fakta bahwa pakaiannya compang-camping, atau fakta bahwa dia tidak menggunakan kain penutup wajahnya.

"Maafkan aku, Pangeran Zephran," isaknya.

"Yang penting sekarang kau tidak apa-apa," balas Pangeran Zephran sambil menepuk bahu Fercie.

Fercie melepaskan pelukannya dan membiarkan Pangeran Zephran menghapus air matanya.

"Berterimakasihlah kepada Nona Shin, karena dia yang telah membuatmu kembali."

Fercie menolehkan kepalanya, menatap Ryena. "Terima kasih ...."

"Kalau begitu, ayo kita segera menghadap raja." Pangeran Zephran membantu Fercie berdiri, sementara Ryena memutuskan untuk berjalan ke arah pintu agar dia bisa keluar lebih dulu.

Ada sebuah perasaan aneh yang menjalar di benak Ryena. Bukan perasaan kehilangan atau cemburu karena perlakuan manis pangeran terhadap Fercie, tetapi ...

Bukankah seharusnya malam ini Pangeran Zephran mendapatkan kutukannya?

Ataukah masa depan berubah, hanya seperti itu?

Ryena membalikkan kepalanya begitu membuka pintu, ingin menanyakan pendapat pangeran.

"Pangeran, apakah menurutmu--"

Di detik yang sama, dia melihat dengan jelas, bagaimana Fercie menjatuhkan tubuhnya dan juga pangeran dari jendela, ke bawah sana.

Jantung Ryena terhantam keras selama satu kali, sebelum tubuhnya refleks berlari memeriksa keadaan di bawah sana.

Ryena melihat keduanya masih belum menyentuh tanah. Tangannya tergerak untuk menggunakan kekuatan keduanya.

BRAK!

Punggung pangeran menghantam batu di bawah sana, sementara tubuh Fercie melayang-layang di udara karena kekuatan Ryena.

Darah mulai menyebar di sepanjang sela bebatuan yang bisa dilewatinya.

... Ini tidak mungkin.

"PANGERAN!" Itu pertama kalinya Ryena menyerukan gelar Pangeran Zephran keras-keras.

Tanpa memikirkan apapun, dia ikut melompat turun. Dan saat bersiap-siap menghadapi sakitnya kakinya karena akan terhantam oleh batu yang keras, tubuhnya malah ikut melayang seperti yang diharapkannya.

Ketakutannya semakin besar saat dia tidak merasakan Pangeran Zephran belum menunjukan tanda-tanda akan tersadar.

"Apa yang kau lakukan?!" seru Ryena, menatap Fercie tak percaya.

Fercie masih melayang dan menangis tersedu-sedu di sana.

"Jangan menangis! Jawab aku! Kenapa kau melakukan itu?! Monster itu sudah tidak lagi menguasai tubuhmu! Apa yang kau pikirkan?!" bentak Ryena sambil mendekatkan Fercie dengan dirinya.

Dia bahkan sudah bersiap-siap mengangkat tangannya, menampar gadis itu, kalau seandainya Fercie tidak langsung menjawab.

"Pangeran sudah melihat sisi terburukku! Buat apa lagi aku hidup?!"

"Dan buat apa kau membawa-bawa Pangeran dalam kematianmu?! Punya hak apa kau?!"

Kali ini Ryena berseru tanpa memikirkan bahwa posisinya saat ini hanyalah orang asing yang kebetulan dapat menyembuhkan dan juga ... hanyalah seorang rakyat jelata yang berbicara dengan adik angkat pangeran.

Namun, dia tidak peduli. Ryena tidak tahan dengan sifat egois Fercie.

"Kau tidak mengerti bagaimana perasaanku terhadap Pangeran! Kau bukan siapa-siapa! Dan seribu kalipun aku menjelaskannya, kau tidak akan mengerti!"

Ryena mengabaikan ucapan Fercie kali ini, bukan karena dia merasa bahwa ucapan Fercie memang benar adanya, tetapi karena dia harus segera menyembuhkan pangeran.

Napas pangeran masih ada, jantungnya juga masih berdetak.

Bagus. Ryena pasti bisa menyembuhkannya.

Ryena mengusap kening pangeran ke atas agar tidak ada rambut-rambut yang mengganggu pandangannya dengan pangeran. Saat melakukan itu, dia bisa mendengar dengan jelas bahwa pangeran berdesis.

"Pangeran tidak apa--?"

"Panas. Singkirkan tanganmu," desisnya dengan suara dingin.

Ryena mengerjap, sebelum akhirnya menyadari adanya luka akibat goresan cakar Fercie di bahu pangeran.

Pangeran Zephran telah terinfeksi penyakit Z.

"Aku akan melenyapkanmu, monster," bisik Ryena sedikit menggeram.

"Kau yakin?" Pangeran Zephran tersenyum miring. "Ini bulan purnama yang cantik. Kalau kau melakukan itu, aku akan mati bersama tubuh ini."

Ryena langsung menjauhkan tangannya dari kepala pangeran, begitu menyadarinya.

"Tidak jadi melakukannya, eh?" Pangeran Zephran tertawa. "Sungguh manusia yang tidak punya harapan. Kalian sangat lucu."

Ryena menatap Pangeran Zephran dengan tatapan tajam. "Jangan mengatakan hal menjijikan seperti itu di tubuh pangeran."

"Dasar makhluk-makhluk lemah yang menyedihkan. Hahaha!"

"Oh ya? Aku akan kembali tiga purnama lagi dan aku akan melemahkanmu," gumam Ryena dengan penuh keyakinan. "Oh. Itupun kalau kau bisa mengingatku. Karena sebentar lagi, semua orang di kerajaan ini akan melupakan hal ini."

"Jangan mengatakan hal basa-basi macam itu, Gadis Kecil."

"Walau berat mengakuinya, aku memang membutuhkanmu untuk tetap tinggal di tubuh pangeran sampai dia benar-benar pulih," sahut Ryena.

Ryena mengusap rambut Pangeran Zephran ke atas, lalu mengecup kening pangeran dengan kilat. Pangeran Zephran mengaduh kesakitan karena segala hal yang berhubungan dengan Ryena memang membuat kulitnya terbakar.

"Itu kecupan terima kasihku untuk monster sepertimu karena Pangeran Zephran bisa bertahan karena itu. Aku tidak akan beromong kosong, aku akan melenyapkanmu dalam tiga purnama!"

"Kalau kau bisa."

"Dan untukmu, Fercie. Sebentar lagi seistana akan melupakan fakta bahwa kau adalah persembahan. Pangeran juga akan melupakan hal yang kau katakan buruk itu. Semuanya hanya akan menganggap bahwa persembahan telah pergi. Mungkin mereka juga terlalu polos sampai mengira kalau persembahan yang kabur itu adalah aku," ucap Ryena panjang lebar. "Aku tahu tanpa kuminta pun, kali ini kau akan menjaga pangeran baik-baik."

Ryena meraih pedang platinum pangeran, lalu memotong rambutnya yang hanya sebahu itu tanpa berpikir panjang.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Fercie.

"Sedang bersumpah. Bukankah kita memotong rambut kalau bersumpah dengan serius?" tanya Ryena.

"Uh ... Iya, tapi, kurasa itu hanya berlaku untuk para lelaki?"

Ryena berceletuk kecil. "Ah, sial."

Padahal niatnya hanya ingin menunjukan bahwa dia bersungguh-sungguh dengan sumpahnya yang tentu saja memang akan dipenuhinya, mengingat semua itu akan terjadi.

"Tapi, ya sudahlah," ucap Ryena saat melihat rambutnya mulai memanjang--mungkin mengira bahwa itu juga efek dari penyembuhan, Ryena tidak terlalu mengerti.

"Sebelum aku melupakanmu seperti katamu, apakah aku boleh tahu namamu?"

Benar. Sepuluh kali putaran jam pasir akan segera datang. Satu istana akan melupakan kejadian yang paling tidak ingin mereka ingat dan Pangeran Zephran akan melupakannya.

"Aku Ryena Shin."

Sinar putih menyelimuti seisi Istana Cahaya setelahnya.

Tbc

9 Oktober 2018

a/n

Sakti sekali aku baru update bulan ini.

Aku lagi senang, karena akhirnya dosen dan prodi menerima topikku buat skipsi //nangis//

Jadi aku kayaknya udah submit 2 topik dan dua-duanya dimerahin a.k.a ditolak. Setelah perjuanganku mencari jurnal, membaca banyak laporan dan karya ilmiah, akhirnya dapatlah aku satu topik yang agak ... Ya ... Begitulah. Tapi diapprove.

Seneng banget, padahal baru topik, bukan judul skripsi.

Semoga semuanya diperlancar, updateanku, ujian kalian, skripsiku dan segalanya <3

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top