23

.

.

.

"Pangeran, Yang Mulia memanggil Anda."

Panggilan itu membuat Pangeran Zephran terdiam selama beberapa saat. Ryena masih ada di dalam tempat Peramal Zhang. Apakah tidak apa-apa membiarkan Ryena sendirian di sana?

"Ini sangat penting," lapor orang itu yang akhirnya membuat pangeran luluh juga.

"Sebentar," izinnya pada sang prajurit yang memanggil.

Pangeran Zephran masuk ke lorong pintu depan, tangannya terulur hendak menyibak tirai, sebelum akhirnya dia mendengarkan perbincangan Ryena dan Peramal Zhang dari luar.

"Jadi, masa penggunaan kekuatan pertama dan kedua itu memang berjarak?" Suara Ryena terdengar.

"Iya, mungkin itu alasan mengapa kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu malam itu. Jika ingin rencanamu berhasil, kau harus memikirkan matang-matang kapan kau harus menggunakan kekuatan selanjutnya," terang peramal.

Ryena terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya melanjutkan lagi, "Dan intinya, untuk menyelesaikan semua perkara penyakit itu, sang penyembuh harus lenyap dari muka bumi ini, kan?"

"Ya, lenyap sepenuhnya tanpa sisa."

Pangeran Zephran terbungkam kali ini. Apa dirinya tidak salah mendengar tentang hal yang barusan didengarnya?

"Kau sanggup?" tanya Peramal Zhang.

"Saya rasa ... ini terlalu berat. Saya benar-benar harus melakukan itu? Tidak ada pilihan lain?"

"Tidak ada."

Pangeran Zephran menyibak kain yang menghubungkan lorong dan ruangan pribadi milik Peramal Zhang. Pangeran Zephran sedikit berdebar karena takut bila ada orang lain yang mengetahui keberadaan Ryena, tetapi sepertinya dia tidak perlu khawatir, mengingat kastil kecil di utara ini memang diberikan untuk Peramal Zhang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melayani Kerajaan Cahaya.

"Aku harus kembali. Apakah kalian sudah selesai?" Pangeran Zephran sudah tahu bahwa Ryena adalah penyembuh, sehingga Peramal Zhang yang semula terlihat sakit-sakitan langsung kembali bugar. "Peramal Zhang, bagaimana keadaanmu?"

"Saya baik, pangeran. Terima kasih sudah mengantar Ryena kemari," ucapnya. "Kami sudah selesai."

Ryena hanya diam saat Pangeran memberinya tatapan ingin tahu, meminta penjelasan.

Setelah menyampaikan salam kepada sang peramal, mereka meninggalkan kediaman Peramal Zhang. Pangeran Zephran terus menunggu Ryena menjelaskan, tetapi tampaknya gadis itu tidak memiliki niat untuk berbagi cerita sama sekali.

"Nona Shin, aku akan menghadap raja. Kau mau ikut?"

"Aku di sini saja," jawab Ryena, mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menyaksikan tembok yang sama sekali tidak menarik.

"Ya sudah. Kalau butuh apa-apa, tunggu aku kembali, ya?"

"Hmm."

Berat sekali rasanya bagi pangeran untuk menutup pintunya, karena entah mengapa dia merasa bahwa Ryena akan pergi tanpa jejak begitu dia kehilangan punggung gadis itu.

"Kau tidak akan pergi, kan?"

Ryena membalikkan seperempat kepalanya, menatap ke arah Pangeran Zephran. "Aku harus pergi. Di sini bukan tempatku."

"Tapi ... tidak hari ini, kan?"

"Tidak tahu," jawab Ryena lagi. "Bukankah pangeran harus menghadap raja?"

Pangeran mengangguk, lalu menutup pintu itu pelan-pelan.

Ryena, setelah mendengar langkah kaki pangeran yang semakin menjauh, pelan-pelan dia menghela napasnya.

"Apakah malam ini...?" gumamnya seorang diri, sambil meratapi bulan yang masih bersedia menggantung di langit biru.

*

Hal yang buruk sudah terjadi, Pangeran Zephran juga menyadari akan hal itu.

Barusan, raja menjelaskan bahwa Fercie berhasil meloloskan diri dari lubang neraka. Namun berada di lubang neraka selama 9 bulan tentu saja membuat gadis itu terlahir sebagai monster baru yang mungkin akan mengancam kehidupan mereka.

Fercie akan menularkan kekuatannya kepada Pangeran, dan Ryena akan menyembuhkannya lagi tiga bulan ke depan. Pangeran Zephran merasa, dia tidak perlu menakuti apapun, karena seseorang dari masa depan telah datang memberikannya peringatan.

Pangeran Zephran tidak ingat bagaimana dia dan Fercie bertemu, tetapi Fercie telah menjadi adiknya jauh sebelum dia bisa memahami aksara tulisan kerajaan dengan benar. Fercie senang menghabiskan waktu bersama pangeran walaupun harus memakai penutup hanya di depan pangeran. Tahun lalu pasti adalah mimpi buruk untuk Fercie, saat Peramal Zhang menunjuk Fercie di antara para kandidat calon persembahan yang berbaris.

Fercie yang mengetahui bahwa Peramal Zhang selalu menunjuk calon persembahan yang diinginkan Raja Neraka dengan benar, langsung panik dan mengumbarkan segalanya terang-terangan; perasaannya terhadap pangeran, hingga ketakutannya sendirian dan terlupakan di dunia ini. Kerajaan Cahaya terlalu merahasiakan banyak hal. Persembahan, nama pangeran, hingga apa yang ada dibalik kokohnya kerajaan itu.

Hari telah berganti menjadi malam. Pangeran Zephran hanya berharap bahwa pelayan yang tadi dimintanya meninggalkan nampan berisi makanan di depan pintu ruangannya, mengetuk pintu sehingga Ryena bisa mengetahui keberadaan makanan itu. Jika belum, Ryena pasti kelaparan.

Jadi, saat melihat ada nampan kosong yang tergeletak di depan kamarnya, Pangeran Zephran sedikit lega.

Dibukanya pintu dan mendapati Ryena tertidur di atas sofa dengan selimut yang menyelimutinya. Satu-satunya hal yang membuat jantungnya berpacu cepat adalah saat mendapati kain penutup wajah gadis itu tersikap sedikit dan membuatnya bisa melihat sedikit lekukan wajahnya.

Baru saja hendak memperbaiki posisi selimut Ryena, gadis itu membuka matanya tiba-tiba.

"Oh. Pangeran, rupanya." Gadis itu buru-buru memperbaiki posisi penutup wajahnya dan berganti posisi menjadi duduk. "Kenapa?"

Pangeran Zephran merasakan desiran yang aneh di hatinya, untuk pertama kalinya.

"Kau tidak mau bercerita tentang rencanamu? Mungkin aku bisa membantu," sahut pangeran sambil duduk di sampingnya.

"Tidak, pangeran tidak terlibat dengan ini. Saya bisa menyelesaikan masalah saya sendirian."

Pangeran Zephran yang duduk di sebelahnya pada malam hari, membuat Ryena teringat dengan kejadian malam itu, beberapa saat sebelum dia dan keluarganya meninggalkan istana. Mungkin Ryena hanya terlalu keras kepala, membuatnya menolak pangeran dengan cara sekeras itu. Walau hanya sedikit, terbesit penyesalan oleh Ryena karena memperlakukan pangeran mahkota dengan sekurang-ajar itu.

"Nona Shin, aku ..."

Kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan oleh pangeran, membuat usahanya menahan perasaannya, hilang begitu saja.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu."

Ryena tersenyum tipis, "Tapi, pangeran percaya kepada saya, kan?"

Ryena juga sangat menyadari bahwa pangeran pasti mendengar perbincangannya dengan Peramal Zhang.

"Aku percaya kau pasti bisa, tapi, aku merasa tidak berguna. Mengapa kau harus menyelesaikan hal yang bukan kau yang memulainya?"

"Karena saya ada untuk menyelesaikannya. Terkadang memang ada hal yang kita lakukan tanpa berpikir panjang, terkadang kita menyesal telah memulainya, tapi mau bagaimana lagi? Kita semua tidak bisa memperkirakan masa depan. Percayalah, pangeran, kalau bukan saya, semua ini tidak akan berakhir."

Pangeran Zephran langsung tampak sangat murung. Ryena sedikit terkejut juga karena belum pernah dirinya melihat pangeran semurung itu, walau sejahat apapun responnya terhadap pangeran.

"Harus kau?"

"Iya, harus saya."

Pangeran Zephran bersandar pada bangku di belakangnya, "Tidakkah kau berpikir kalau ini tidak adil?"

"Semua ini memang tidak adil, pangeran. Fercie juga pasti berpikir begitu," sahut Ryena. "Jadi, lupakanlah semuanya. Saya akan menyelesaikannya."

"Aku tidak bisa melupakan ini." Pangeran menggelengkan kepalanya enggan.

"Bisa. Saya bersedia membantu pangeran. Ini akan mudah."

"Ini tidak mudah, Nona Shin. Bagiku, kau--"

"Pangeran," panggil Ryena dengan suara pelan, membuat ucapannya terhenti. "Saya bisa menyembuhkan fisik pangeran yang terluka, tapi tidak hati."

Ucapan keras dan tegas dari Ryena membuatnya terdiam.

"Saya senang kita bisa berteman baik walaupun saya memiliki sifat yang buruk, itu karena pangeran sangat baik. Pangeran sangat pantas berdampingan dengan gadis yang jauh lebih baik dari saya," kata Ryena. "Tunggu saja, saat saya berhasil menyelesaikan semuanya dan pangeran di masa depan telah bebas dari segala penyakit itu. Pangeran pasti akan menemukannya."

Pangeran Zephran bertanya lirih, "Mengapa kau tidak mencoba menerima kenyataan?"

"Semua ini kenyataannya," jawab Ryena tanpa ragu.

"Yang kau lakukan sejak awal hanyalah menghindar."

Ucapan pangeran yang entah mengapa membuat Ryena teringat dengan kejadian yang tidak pernah diketahui pangeran. Bahwa Ryena memang selalu mengelak dengan perasaannya, baik sekarang maupun tiga bulan purnama mendatang nanti.

Dan pangeran benar, Ryena selalu saja menghindar.

"Dalam waktu sepuluh kali putaran jam pasir, semua orang yang ada di kerajaan ini akan melupakan hal yang ingin dilupakannya. Khusus pangeran, saya hanya membuat pangeran melupakanku."

Pangeran Zephran mengerutkan kening, "Apa maksudmu?"

Ryena diam, tak menjawab pertanyaan pangeran.

"Nona Shin, kau--"

BRAK!

Pintu terbuka tiba-tiba.

Di ambang pintu, mereka melihat Fercie dengan bola mata berwarna emas menyala, menatap keduanya dengan tatapan tajam. Tatapannya penuh amarah, kekecewaan dan keputusasaan, menatap Ryena dengan tatapan yang penuh kebencian.

"Kau ... beraninya ...." geram Fercie yang kesadarannya telah diambil alih oleh sang penjaga, serigala.

***TBC***

29 Agustus 2018

a/n

Belum meledak. Ini belum meledak. Aku salah perkiraan. Makin banyak lah ini chapternya -_-

BTW kalian ngerti nggak sih sama alur cerita ini?

Hmmmm....


Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top