16
"Kalau semua orang tahu, kau pasti akan disebut sebagai gadis yang paling bodoh di dunia ini," ucap Ibu Ryena saat mereka sedang dalam perjalanan pulang di malam yang sama.
Ryena memilih mengabaikan ucapan ibunya yang sebenarnya tidak terlalu berefek terhadapnya. Yang gadis itu pikirkan hanyalah satu, dia bebas melakukan apapun dan dia telah menggunakan permintaannya untuk emas, perhiasan dan bahkan kereta kencana beserta kuda-kudanya.
"Mengapa kau tidak mencoba menghargai keputusan Ryena?" tanya ayahnya yang duduk di depan untuk memberi arahan kepada kuda-kuda itu.
Kebetulan yang dilakukan oleh ayahnya selama di kerajaan adalah melihat peternakan kuda dan berbincang dengan kusir yang memang sudah ahli. Berkat beberapa harinya mempelajari hal yang memang disenanginya itu, kini ayah Ryena bisa mengendalikan kuda-kuda itu dengan baik.
"Tapi, aku yakin anak kecil sekali pun pasti tahu apa yang harus mereka pilih," ucap Ibu Ryena tidak terima.
Ryena hanya diam.
"Kau bayangkan saja. Diberi dua hadiah, dia hanya meminta harta dan pemerataan kesejahteraan desa! Padahal kau bisa memilih menjadi permaisuri pangeran dan menjadi calon ratu, lalu kau tinggal menggunakan kekuasaanmu untuk pemerataan kesejahteraan yang kau agung-agungkan itu."
Ryena menggelengkan kepalanya kali ini, "Kurasa bukan itu tujuan utama Dewi Penyembuh memberikanku kekuatan ini."
"Lalu apa yang kau mau? Mencoba mencari tahu apa tujuannya sebenarnya? Sudah Ibu katakan kepadamu, Ryena. Kita ini sudah terlalu menderita sampai-sampai Dewi Penyembuh merasa iba kepada keluarga kita. Mungkin beliau sedang kecewa karena kau tidak memanfaatkan kekuatan yang dianugerahkannya baik-baik."
"Bisa tidak, Ibu tidak membicarakan hal yang sudah berlalu? Mengomel panjang begini juga tidak akan mengembalikan kita ke masa lalu, kan?"
Ryena mengatakan hal itu untuk menenangkan ibunya, walaupun sebenarnya dia sama sekali tidak menyesal karena telah memilih apa yang dipilihnya sebagai hadiah.
Dan karena Ryena tahu persis bahwa ibunya akan marah besar jika mengetahui bahwa dia baru saja menolak pangeran secara langsung, maka dia memutuskan untuk menutup rapat rahasia itu seorang diri.
Suara jangkrik dari luar membuatnya merasa nyaman. Tiga malam di dalam Kerajaan Cahaya membuatnya tidak berkesempatan mendengarkan nyanyian jangkrik yang selalu disukainya.
Bulan yang nyaris purnama itu membuatnya teringat ulang tahunnya dan ulang tahun pangeran yamg secara kebetulan jatuh pada hari yang sama. Ryena teringat kembali dengan tabib-tabib yang disembuhkannya sebelum kembali, tadi.
Sekarang, hatinya benar-benar gundah. Seperti tertekan oleh sesuatu yang berat di satu bilik dalam hatinya. Perasaannya tidak enak.
Ryena memejamkan matanya, mencoba menyimak lebih jelas nyanyian para jangkrik dan mengabaikan omelan ibunya yang tidak kunjung berakhir.
Kekuatannya utamanya adalah penyembuh.
Kekuatan keduanya mungkin adalah mengendalikan orang lain...?
Dan kekuatan ketiganya mungkin adalah penghapusan kepingan kekuatan ....
Ryena tidak bisa berkonsentrasi untuk memikirkan dua kekuatan lainnya dan kekuatan manakah yang hanya memiliki satu kesempatan dan dua kesempatan. Sebenarnya Ryena ingin mencobanya kepada ibunya agar beliau melupakan fakta bahwa Ryena memilih hadiah kecil agar omelannya berhenti, tetapi jika ternyata di kekuatan itu dia memiliki tiga kesempatan dan dia menggunakannya, maka itu menyisakan satu kali penggunaan.
Ryena tidak boleh gegabah. Ya. Itu dia.
Salah menggunakan kekuatannya sekali saja mungkin bisa berdampak terhadap orang lain.
Suara sepatu kuda menemani suara jangkrik berbunyi. Desiran angin yang lembut menerpa wajah Ayah Ryena yang sedang menuntun sang kuda untuk membawa mereka kembali pulang ke tempat tinggal mereka.
Dari kejauhan, berkat sedikit cahaya dari rembulan, Ayah Ryena bisa melihat bayangan sekelompok orang-orang tengah menunggu di sana.
Perasaan sang Ayah mengatakan bahwa ini bukan hal yang bagus. Dihentikannya sejenak kuda kencana yang dibawanya, membuat istrinya mengeluarkan kepalany untuk mengintip keadaan di luar.
"Kenapa berhenti?" tanyanya.
Ayah Ryena menunjuk keberadaan bayangan orang-orang yang mulai berjalan mendekat setelah menyadari keberadaan kuda kencana milik keluarga Ryena yang cukup mencolok.
Ibu Ryena juga memiliki firasat yang sama.
"Putar arah."
Kabar tentang perampok yang menunggu di dalam hutan waktu tengah malam memang bukan lagi kabar yang baru. Masalahnya, cerita itu sudah lama tidak pernah dibicarakan dan sudah nyaris hilang dari semua pemikiran semua orang.
Kuda berputar balik dengan cepat, menimbulkan gerakan yang cukup tajam dari dalam kencana. Ryena yang tadinya hampir tertidur langsung terbangun di saat yang sama.
"Uh ... ada apa?" tanya Ryena.
"Kita kembali ke istana," ucap Ibu Ryena yang membuat Ryena melotot.
"Mengapa? Padahal kita sudah berusaha membuat seribu satu alasan untuk bisa keluar dari sana," protes Ryena sambil melipat kedua tangannya, kesal.
"Mereka juga naik kuda," ucap Ayah Ryena yang membuat semua kekesalan Ryena meredup dengan sangat cepat.
Kuda yang menarik mereka, berlari dengan cepat, mengabaikan kerikil-kerikil kecil yang membuat pergerakan di dalam kereta. Guncangan-guncangan yang seharusnya sanggup membuat Ryena merasa mual tidak lagi datang, karena kegugupanlah yang kini dirasakan oleh gadis itu.
Ryena menajamkan telinga dan berhasil mendengar banyak suara tapak kuda yang menyusul dari belakang. Ryena tahu ini bukan hal yang baik, karena saat Ryena menyibak sedikit gorden di belakang, dia bisa melihat mereka semua membawa sebuah parang besar di tangan mereka masing-masing.
"S-siapa mereka?" bisik Ryena dengan perasaan ngeri.
"Lemparkan saja peti emas yang diberikan raja!" pinta Ayah Ryena.
Ryena pikir ibunya akan berbincang kembali tentang satu-satunya hadiah fisik yang bisa didapatkannya, ternyata Ibunya menurut dan segera mengangkat satu peti, melemparkannya ke arah mereka.
Hanya ada satu orang dari banyaknya orang-orang di sana yang berhenti bersama kudanya untuk memeriksa isi peti. Sisanya, tetap mengejar mereka, membuat Ibu Ryena kembali melemparkan benda-benda, kali ini dalam keadaan berceceran agar mereka lebih sibuk.
Ryena tidak bodoh untuk segera menyadari bahwa mereka ada dalam kekalahan yang besar. Pertama, mereka sudah setengah perjalanan dari istana Cahaya ke rumah mereka, jarak mereka masih sangat jauh. Kedua, Kuda-kuda yang kini berlari membawa kencana mereka memang berjumlah empat dan irama lari mereka juga seimbang, tetapi kencana mereka membawa lebih dari sepuluh peti emas besar dan belasan peti emas kecil dan perhiasan yang sangat berat. Kaki mereka mungkin juga saling bersenggolan, membuat lari mereka sedikit terganggu.
Ibu Ryena tidak sanggup mengangkat peti besar sendirian, karena itu dia hanya melemparkan peti-peti kecil.
"Ah, benar. Kekuatanku," lirih Ryena yang kemudian menyibak kembali gordan.
Dia berencana menggunakan kekuatan keduanya untuk mengendalikan semua orang di sana, tetapi alih-alih berhasil melakukan itu, dia tidak berhasil mengendalikannya, walau hanya satu orang. Kekuatannya tidak bekerja dan Ryena tidak mengerti mengapa.
Apakah ini kekuatannya yang hanya bisa digunakannya satu kali?
Puncaknya adalah saat salah satu dari mereka memanah perut dan punggung kuda, membuat beban bertambah. Ryena tidak menyadari bahwa ada dari mereka yang membawa panah. Ayah Ryena ditarik masuk ke dalam kencana oleh Ibu Ryena karena anak-anak panah yang meluncur tak mengenal arah.
Berdekam dalam kencana dengan penuh kecemasan, kuda-kuda itu akhirnya berhenti berlari.
Ketiga orang di dalam kencana berdiskusi cepat.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Mereka hanya perampok yang mengincar harta benda, kan?"
Sementara Ayah dan ibunya mendiskusikan apa yang harus dilakukan mereka, pikiran Ryena mendadak kosong.
Semua ini adalah salahnya, terlalu keras kepala untuk meninggalkan Kerajaan Cahaya di waktu yang sama.
Pintu kain mereka tiba-tiba saja tersibak.
Di sana, ada banyak orang-orang berpenampilan mengerikan yang tersenyum sinis menatap satu persatu keluarga Shin.
"Akhirnya kalian datang juga. Kami sudah menunggu kalian."
Dan dari kalimat itu, Ryena tersadar. Mereka tidak hanya sekadar mengincar harta benda mereka.
Tbc
5 Agustus 2018
a/n
Bom! Fakta menarik tentang Another Dimension Kingdom, semua part 16-nya itu kayak bom atom di siang bolong wkwkwkwk.
Ya, walaupun untuk Zemblanity emang sudah diketahui sejak awal dari BLURB.
Aku tahu, setelah ini kalian mungkin tidak mendapat gambaran karena blurb memang hanya bercerita sampai di sini saja, tetapi aku tahu kalian ini sangat kreatif dan sudah memikirkan banyak asumsi untuk cerita ini. Jika iya, ayo komen apa asumsi dan pemikiran kalian tentang cerita ini~!
Another news buat kalian, sepertinya aku nggak bisa namatin cerita ini sampai dengan chapter 25 karena rasanya konflik gedenya baru dimulai. Hm, mungkin aku bisa, tetapi aku nggak mau dengan sistem cerita sekali lewat dan tanpa meninggalkan kesan.
Mungkin kalian seneng, tapi aku enggak. Soalnya aku nggak bisa jadi author yang baik dan memprediksikan umur anakku wkwkwk.
Bercanda deng. Sebenarnya rasanya sayang banget harus menamatkan Zemblanity. Aku beneran suka sama konsep nomor tiga ini wkwkwkkwkwkwk. Sayang banget harus tamat cepet /lalu paus disepak karena ini sudah bulan kedua lewat lima hari/
Tapi aku harus namatin, atau enggak kalian nggak akan pernah ketemu dengan mode malaikat paus. Iya, jadi pertengahan agustus nanti, aku bakal munculin work baru lagi. Bukan ADK series lagi, tapi nanti ceritanya juga akan aku update secara berskala dan rutin kayak ADK series.
Genrenya teenfict. Covernya baru selesai dibuat tadi sama bestie-ku eheh.
DIJAMIN BAKAL MANIES, karena aku personal juga bilang ini gula banget.
Thats why aku bilang aku bakal ada dalam mode malaikat ehehee.
Dan BTW, Zemblanity sudah sejauh ini. Apakah kalian suka dengan konsep ceritanya?
Lalu, bagaimana dengan VIBE Zemblanity kalau dibandingin sama dua kakaknya (MIZPAH & APPETENCE)? Apakah berbeda dan sesuai dengan ekspetasi kalian?
Maaf pertanyaanku banyak banget, tapi aku butuh energi buat ngetik cepat wkwkwkkw. GANBA ME.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top