15

"Kau tidak apa?" tanya Tabib Zuan kepada Ryena saat melihat Ryena hampir terjatuh setelah menyembuhkan mereka satu persatu.

Ryena memejamkan matanya sejenak, lalu menggeleng sembari mengangkat kepala untuk melihat transformasi monster serigala yang mengganas, meronta karena terikat oleh rantai yang kuat di sekujur tubuh mereka.

Ryena yang memohon permintaan kepada Raja Zeolard untuk menyembuhkan semua tabib di ruang bawah tanah.

Dan mengingat Ryena kepayahan mengurus satu serigala seperti Pangeran Zephran dan terluka, raja mengiyakan, asalkan semua tabib-tabib itu diikat sebelum malam agar Ryena tinggal menyembuhkan mereka saja.

Sekarang, Ryena sudah menyembuhkan hampir semua dari mereka dan banyak dari mereka yang telah terbangun dari mimpi buruk mereka.

Ada banyak hal yang Ryena sesali. Ryena terlambat beberapa malam, hal yang membuat belasan tabib mati sia-sia karena malam sebelumnya, semuanya satu tempat dan semuanya saling berlomba untuk menjadi yang terkuat.

Ryena menyesali semua itu ...

"Aku tidak apa-apa."

Ryena bangkit dan kembali harus beradu debat dengan serigala yang tidak menerima bahwa jiwa mereka akan berakhir sampai di sana.

"Sejujurnya, aku tidak menyangka bahwa seorang anak kecil sepertimu yang akan menjadi jawaban dari semua kesengsaraan ini," ucap Tabib Zuan yang membuat Ryena langsung menolehkan kepalanya dan menatap orang yang cukup diseganinya dengan tatapan tajam.

"Kau ingin terkena api sekali lagi?" tanya Ryena menatapnya tajam.

Barusan, Ryena mengetahui datu hal. Penyakit ini tidak benar-benar bisa disembuhkan.

Satu-satunya hal yang berubah di sini hanyalah fakta bahwa mereka tidak lagi bisa bertransformasi menjadi serigala, tetapi ada kalanya saat malam, mereka bisa berganti sifat dengan monster yang pernah terperangkap dalam tubuh mereka.

"Sekarang, berapa kalipun kau mencoba mengusirku dengan tangan apimu itu, rasanya sudah berubah menjadi dingin. Mungkin akan ada banyak orang yang memintamu menyentuh mereka karena tanganmu yang menyejukkan."

Ryena hampir naik darah, tetapi ada banyak tabib yang mencoba menghentikannya dan meminta Ryena untuk melanjutkan tugasnya saja daripada meladeni Tabib Zuan yang jelas-jelas kehilangan kesadarannya.

"Abaikan ucapannya, ayo dilanjutkan saja, Nona."

Ryena berjalan ke arah pintu dengan napas patah-patah, tidak kuat dengan sesuatu yang tertahan di dalam hatinya.

Ryena amat kaget saat membuka pintu dan menemukan Fercie di sana, menatapnya datar.

"Ada apa?" tanya Ryena sambil bersandar di dinding.

Fercie menyerahkan kain penutup berwarna putih kepada Ryena. Gadis itu menerima kain itu dengan terheran-heran.

"Kenapa ini?"

"Pangeran Zephran ingin bertemu denganmu," ucapnya dingin. Ryena jelas menangkap nada ketidaksukaan dari Fercie.

"Kau jelas tidak ingin aku bertemu pangeran, kan? Mengapa repot-repot mengantarkan ini?" tanya Ryena membalas tatapan datar dan tidak sukanya. "Ngomong-ngomong, tolong sampaikan kepada pangeran bahwa aku sedang sibuk di sini dan sekarang aku perlu istirahat. Pangeran juga butuh istirahat, kan?"

"Mengapa aku harus menjadi penghubung pesan kalian berdua?" tanya Fercie balik dengan marah.

"Kalau begitu, seharusnya kau menolak permintaan pangeran sejak awal," balas Ryena tidak mau kalah.

Padahal saat ini, Ryena merasa seperti hampir kehabisan napas dan tenaga. Sifat keras kepalanya tetap tidak lepas darinya walau dalam keadaan sekritis itu, tetapi Ryena yakin bahwa dia akan segera membaik, mengingat lukanya yang cukup dalam itu bisa sembuh dengan sendirinya.

"Aku hanya melaksanakan tugas," ucap Fercie pada akhirnya. "Pangeran menunggumu di taman, sudah daritadi. Sebaiknya kau minta dia kembali ke kamarnya."

Ryena hampir berdecih andaikata Fercie tidak langsung pergi dari sana. Namun karena Fercie langsung berlalu, kali ini Ryena hanya bisa merasa kesal dalam hati. Manja sekali Pangeran Zephran ini.

Kalau saja dia sudah menemui pangeran dan rupanya dia meminta Ryena hanya untuk menyembuhkan satu luka kecil yang ada di jarinya, Ryena akan menggunakan kekuatannya untuk memasukkan pangeran dari jendela.

Ryena menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia hanya bisa menggunakan kekuatannya tiga kali. Jangan sampai dia menggunakannya dua kali untuk orang yang sama.

Dilewatinya koridor-koridor terbuka yang penuh dengan bunga warna-warni di kiri-kanannya.

Belum pernah sekalipun Ryena berpikir bahwa dia akan melewati tempat seperti ini, bahkan dalam mimpinya. Kerajaan Cahaya ... memang kerajaan terbesar, seperti dugaannya.

Udara malam itu cukup dingin, Ryena memakai pakaian seadanya yang dia temukan dalam lemarinya--tentu saja dia mencari yang paling tertutup dan yang paling panjang--tetapi angin malam masih lebih kuat untuk tidak membuat Ryena merasa kedinginan.

Saat menemukan punggung Pangeran Zephran sedang duduk di sebuah kursi putih tempat biasa para keluarga kerajaan menikmati cahaya matahari dan cahataya bulan, Ryena lebih dulu memastikan bahwa posisi kain penutupnya memang sudah benar dan dipastikan tidak akan mengekspos wajahnya walau ada angin sekencang apapun.

"Pangeran," sapa Ryena yang membuat Pangeran Zephran langsung berbalik dengan cepat.

"Nona Shin."

Ryena hampir mengerjap saat menemukan Pangeran Zephran dalam sisi barunya. Jika pertemuan di awal mereka pangeran terlihat seperti tahanan, maka kali ini dia mirip dengan pangeran sungguhan.

Dengan rambut panjangnya, pakaian kebesarannya dan juga tatapan hangatnya.

Pangeran menggeser tempat duduknya, "Silakan duduk."

Sebenarnya Ryena ingin langsung berbicara dengan pangeran dalam keadaan berdiri, tetapi karena dia benar-benar kelelahan, maka dia memutuskan untuk menurut.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pangeran.

"Tidak," balas Ryena.

"Kudengar kau sedang menyembuhkan semua tabib yang tertular di ruang bawah tanah? Apa tidak lebih baik kalau kau melakukannya dalam beberapa malam daripada satu malam?" tanya pangeran sambil menatap pada mata Ryena.

Ryena menunduk, hanya agar pangeran tidak bisa melihat matanya dengan leluasa.

"Tidak bisa, saya ingin pulang besok."

Berikutnya, keadaan di sana menjadi sangat hening.

Ryena pikir, itu adalah hal bagus karena keadaannya pasti akan segera membaik dalam waktu dekat. Semua tenaganya akan kembali dalam beberapa saat lagi.

Dugaannya benar, karena tenaganya mulai berangsur-angsur kembali.

Ryena hampir berpikir untuk kembali karena pangeran masih membisukan dirinya dan tak kunjung mengatakan apa yang diinginkannya walaupun Ryena telah menghabiskan waktunya untuk berjalan jauh dari ruang bawah tanah sampai kemari.

Namun akhirnya, pangeran membuka mulut.

"Apakah kita akan bertemu lagi?"

Ryena mengedipkan matanya berulang kali.

"Mengapa memangnya?" tanya Ryena mulai curiga.

"Hanya ingin tahu. Bagaimana menurutmu?"

Ryena bersandar pada punggung kursi yang didudukinya.

"Entahlah. Kalau pangeran sakit lagi, mungkin saya akan datang lagi," canda Ryena. "Tapi, pangeran, jangan sakit lagi, ya. Yang Mulia dan juga Fercie sangat cemas saat melihat pangeran sakit."

Dan jangan membuatku datang lagi ke sini, tambah Ryena dalam hati.

"Apa permintaanmu kepada raja?"

Ryena memikirkan kembali ucapannya dengan Raja kemarin malam. Memangnya apa lagi yang diminta Ryena jika bukan keping emas yang berlimpah dan harta benda lainnya? Ibunya yang menginginkan itu lebih dari apapun. Tentu saja itu pilihan yang lebih baik daripada apapun.

"Saya meminta emas, perhiasan dan lainnya. Mengapa pangeran bertanya?" tanya Ryena menantang.

"Mengapa kau meminta itu? Padahal kau bisa meminta hal yang lebih. Kau bisa meminta--"

"Itu karena saya tidak tertarik dengan pangeran," ucap Ryena sambil menekan ucapannya.

Pangeran Zephran menahan napasnya saat mendengarkan jawaban Ryena. Gadis itu sepertinya sudah menyadari apapun yang ingin dikatakannya.

"Tapi, terhadapmu, aku--"

"Ini hanya kesalahpahaman saja," ucap Ryena menahan diri untuk tidak membentak sang pangeran yang naif itu. "Pangeran terlalu mempercayai lelucon dan mitos tentang gadis pertama yang pangeran lihat wajahnya."

"Hal seperti ini tidak bisa dijadikan lelucon, Nona Shin." Pangeran Zephran menatap manatanya dalam-dalam, "Aku merenungi ini sejak kemarin. Semua ini nyata. Terimalah."

"Lupakan wajahku dan bangunlah!" seru Ryena sambil berdiri dari duduknya. Dia juga lupa bahwa dia telah mengucapkan kata yang tidak sopan karena tidak menggunakan kata 'saya'.

Cahaya putih muncul sejenak di antara mereka.

Keheningan kembali menguasai mereka berdua. Keduanya berusaha memahami apa yang sedang terjadi ....

"Kau sudah melakukannya. Aku telah melupakan wajahmu," ucap pangeran sambil mengangkat kepalanya, menatap Ryena yang berdiri. "Tapi, aku belum melupakan apa yang kurasakan. Apakah kau pikir ini benar-benar ilusi?"

Ryena hanya diam, mematung di tempatnya. Dengan perasaan campur aduk dan langkah kaki yang berusaha dikendalikannya, dia berbalik memunggungi sang pangeran.

"Saya ingin pulang sekarang," ucapnya tanpa berbalik ke belakang sedikit pun niat untuk memeriksa keadaan pangeran.

Tbc

2 Agustus 2018

a/n

Ternyata yang terlalu peka itu juga berbahaya wkwkwkw.

/slap/

Kekuatan ketiga Ryena sudah muncul. Wkwkwkw.

Kayaknya ini belum masuk konflik utamanya. Entahlah bisa tamat di chp 25 atau tidak.

Big laf

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top