Episode 7

CURIOUSITY KILLED THE CAT

|15/12/27|


"Hey!"

Teriak seseorang. Aku melirik ke arah suara berasal lalu mendapati seorang penjaga sekolah berjalan ke arahku. Tubuhku masih bergelung di lantai dengan tangan yang memegangi perut guna meredakan sakitnya.

"Kau kenapa?" tanyanya padaku setelah berada sangat dekat. Ia mengulurkan tangan ke arahku guna membantuku bangun.

"Apa yang terjadi padamu?" tanyanya setelah aku berhasil bangkit dan berdiri tegap di hadapannya.

"Tak ada, pak," jawabku lirih dan menunduk.

"Kau yakin? Lalu kenapa kau tampak kesakitan? Dan untuk apa kau berada di sini? Bukannya saat ini tengah ada jam pelajaran?" Dia bertanya tanpa memberikan jeda pada setiap kalimat.

"Maaf pak, saya pergi dulu."

Aku meninggalkan pria paruh baya itu dengan langkah cepat yang hampir bisa dikatakan lari. Aku tak mau meladeni pertanyaanya, karena akan panjang urusannya jika aku memberitahu kejadian sebenarnya.

Aku menoleh ke belakang, memastikan apakah pak penjaga sekolah itu mengikutiku atau tidak. Untung saja ia tak mengejar untuk memaksaku menjawab pertanyaanya. Kurasa dia tak begitu penasaran dengan apa yang baru saja ia lihat.

Aku berjalan lirih. Sambil memegangi perutku yang rasanya masih lumayan nyeri. Dengan langkah perlahan, aku menelusuri tangga lalu berjalan menuju loker. Jaraknya masih lumayan jauh karena kini aku masih berada di gedung B.

Pikiranku bergelut dengan rasa penasaran, untuk apa pria itu datang ke sekolah ini? Dan untuk apa juga ia membawa senjata? Apakah dia hanya datang untuk memasukan sebuah benda ke lokerku. Atau ... jangan-jangan dia meletakan sebuah bom di sana? Tapi kurasa itu pikiran yang terlalu berlebihan. Mengingat dari yang kulihat tadi, ia memasukan benda yang tampak seperti kertas, bukan benda padat yang mirip bom.

Aku bahkan lupa satu hal, apa pria itu tertangkap CCTV tadi? Aku harus mengeceknya setelah ini. Jika iya, aku bisa melaporkan kejadian ini pada polisi. Pria itu bisa terkena pasal kekerasan pada anak dan kepemilikan senjata yang ... Ummm ... sebenarnya aku tak tahu apakah itu legal atau ilegal.

Aku sampai di depan lokerku yang rusak akibat ulah pria aneh itu. Membukanya perlahan dan mendapati sebuah amplop coklat berukuran kira-kira 10 x 5 cm. Cukup kecil dan tampak sedikit menggelembung. Aku mengambilnya, melihat-lihat ke arah amplop itu dan tanpa pikir panjang langsung membukanya. Aku mendapati sebuah flashdisk dengan warna hitam pekat bertuliskan namaku dengan huruf kapital yang berwarna silver. Tak ada apapun lagi di dalam amplop, hanya benda ini.

Kenapa ada namaku?

Aku kembali menutup pintu loker lalu memasukan flashdisk ke saku bajuku. Sepertinya aku harus mengubur rasa penasaranku sementara mengenai isi dari flashdisk ini, tak mungkin membukanya di laboratorium komputer karena seluruh komputer diawasi oleh tim IT sekolah. Dan aku yakin jika sesuatu yang ada di dalam flashdisk itu hanya ditujukan untukku. Bisa saja ini ada hubungannya dengan kematian zio. Entahlah.

Aku menoleh ke arah jam di tanganku, masih setengah jam lagi sebelum kelas berakhir. Cukup untukku menyusup ke ruang CCTV.

Di jam-jam saat ini biasanya tak ada staf yang menjaga. Aku mengetahuinya karena pernah menyabotase ruang CCTV beberapa kali dengan teman-temanku. Aku tahu itu tak benar. Tapi, bagaimana lagi. Aku membutuhkannya dulu. Lagi pula tak berdampak buruk untuk sekolah. Hanya saja aku dan teman-temanku bisa lolos dari hukuman.

Aku sampai di depan ruangan CCTV. Lalu membukanya dengan santai karena memiliki kunci serepnya. Aku sebenarnya sedikit was-was karena sudah beberapa kali menyabotase ruangan ini. Bukan tak mungkin jika kali ini aku akan tertangkap.

Setelah menoleh ke sekeliling, aku memasuki ruangan gelap ini. Aku segera beringsut ke arah beberapa monitor yang menampilkan setiap CCTV yang aktif. Dan anehnya CCTV yang menampilkan area loker mati. Begitu juga beberapa CCTV lainnya. Hanya ada beberapa saja yang hidup dan CCTV yang seharusnya menangkap kegiatanku tadi mengejar pria itu malah mati.

Aneh.

Indra penderanganku mendengar suara orang yang mendekati ruangan ini. Suara percakapan mereka terdengar cukup nyaring dari dalam sini.

Apa itu staf penjaga CCTV sekolah?

Aku beringsut mencari tempat bersembunyi, tapi tak kutemukan. Seluruh area ruang ini terbuka dan hanya ada sebuah meja untuk bersembunyi di bawahnya. Tapi jika aku bersembunyi di sana, kemungkinan untuk tertangkap sangatlah besar. Aku tak mau dihukum hanya karena menyusup ke ruangan ini, apalagi jika mereka menggeledahku dan menemukan kunci serep yang kumiliki, itu akan menambah poin burukku. Belum lagi dengan flashdisk yang kubawa bisa saja mereka membuka isinya.

Baiklah, satu-satunya jalan adalah jendela. Aku berjalan ke arah jendela dengan cepat, menggeser kuncinya lalu membukanya. Aku menatap ke bawah, seketika perasaan  was-was menghinggapiku.

Astaga, ini gila. Aku bisa mati jika jatuh dari ketinggian ini.

Suara kenop pintu yang ditekan terdengar, sedetik kemudian pintu terbuka. Untung saja aku berhasil keluar. Meskipun lupa untuk menutup jendela, ditambah lagi posisiku yang cukup sulit saat ini. Pijakanku hanya setengah dari ukuran telapak kakiku. Aku hanya berharap jika mereka tak mengecek keluar sini.

"Pertandingan semalam benar-benar keren. Tebakaanku benar jika pemain baru itu pasti akann membawa keberuntungan." Terdengar suara seorang pria dari dalam ruangan.

"Tentu, tak sia-sia mereka mengeluarkan banyak uang untuk mendatangkan pemain baru," jawab rekannya. Entah apa yang bereka bicarakan, aku hanya fokus pada bagaimana aku bisa melewati ini.

"Tunggu!"

"Ada apa?"

"Kau lupa menguncinya kemarin?"

Tiba-tiba sebuah tangan keluar dari jendela, lalu perlahan menarik jendela hingga tertutup. Syukurlah, mereka tak mengecek kenapa jendela itu bisa terbuka. Jantungku berdetak kencang, berharap jika aku tak salah dalam melangkah. Karena, tentu saja akan fatal akibatnya jika aku sampai terpeleset.

Aku melangkah perlahan ke samping, tubuhku menempel menghadap dinding dengan kaki yang menelusuri pijakan untuk sampai di jendela berikutnya. Tanganku memegang erat celah tembok yang bisa kujadikan pegangan. Perlahan namun pasti, akhirnya aku sampai di jendela berikutnya. Aku membukanya dengan susah payah hingga akhirnya terbuka. Untung saja jendela ini tak terkunci, dan terdapat bagaian menonjol yang dapat kutarik.

Aku menaiki jendela lalu masuk. Udara pengap khas gudang langsung menyambutku. Ruangan ini juga cukup gelap, hanya ada cahaya yang berasal dari jendela yang baru saja kulewati.


TBC

---------------

Thanks for waiting this episode, hope you enjoy and willing to vote and comment.

If you find a mistakes grammar or typo, please inform the author.

Love you guys.
💕Vee Corvield💕


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top