Chapter 8
Setelah mendapatkan istirahat yang cukup, Yuuna membuat sebuah target latihan dari batang kayu yang masih utuh dan tidak terlalu panjang. Dia segera menggali sebuah lubang yang sedikit dalam dan memiliki lebar yang sama dengan batang kayu yang akan dipakainya. Batang kayu tersebut langsung ditancapkan kedalam lubang tadi lalu menutup sisa lubang dengan tanah hingga rapat agar dapat berdiri dengan kokoh.
"Aku rasa ini sudah cukup kokoh untuk membuat kayu ini tetap berdiri tegak." Yuuna langsung mengambil pedang dan mulai berlatih sembari menunggu paman Kagiru datang.
Ayunan demi ayunan pedang dilakukan Yuuna terhadap batang kayu tersebut seolah-olah sedang berhadapan dengan musuh. Dia melakukan ini untuk melatih teknik berpedangnya agar dapat lebih mahir lagi sekaligus meningkatkan stats sembari menunggu paman Kagiru kembali dari Seliantraea dengan bahan-bahan sisa yang diperlukan untuk menyelesaikan membangun rumah yang akan ditinggalinya nanti. Sedikit demi sedikit Yuuna mulai menemukan tempo permainan pedangnya sehingga membuatnya mulai meningkatkan kecepatan serangan secara perlahan-lahan.
Sementara itu, Morihime yang berada tidak jauh dari Yuuna hanya dapat memperhatikan saja karena tidak ingin mengganggu konsentrasi. Sesekali dia melayang di atas batang kayu yang menjadi target latihan Yuuna untuk memperhatikan latihannya dari dekat.
"Yuuna, bolehkah aku melihat kartu stats-mu? Aku ini melihat perkembangan stats tubuhmu."
Yuuna menghentikan sementara latihannya dan mengambil kartu stats miliknya untuk diberikan kepada Morihime. "Tentu, ini dia." Latihan langsung dilanjutkan kembali setelah memberikan kartu stats kepada Morihime.
"Terima kasih." Morihime langsung melihat stats terbaru Yuuna untuk mengetahui perkembangan selama latihannya kali ini. "Hmm, coba aku lihat stats-mu kali ini."
Ichinose Yuuna - Saint Legend
Strength - B-
Defence - C
Speed - B-
Intelligence - B-
Physical - B
Technique - B++
Summon - B-
Magic - B
Element - Soul
Unique Skill - Soul Drive Alteration
"Sepertinya ada sedikit peningkatan di seluruh statmu walau tidak terlalu banyak."
"Aku rasa beberapa diantara meningkat berkat berburu orcs kemarin. Mereka lumayan sulit untuk dikalahkan karena ada beberapa bagian tubuh yang cukup keras." Yuuna terus mengayunkan pedang secepat mungkin untuk menciptakan serangan sebanyak mungkin ke target latihannya.
Tak lama kemudian, paman Kagiru datang bersama seseorang yang cukup asing sambil membawa sekantong berisi bahan-bahan sisa yang diperlukan.
"Tampaknya kamu sedang berlatih pedang dengan cukup keras, ya."
"Ah, paman Kagiru. Apakah paman sudah mendapatkannya?" Yuuna menoleh kearah datangnya paman Kagiru.
"Tentu saja, biarkan paman dan teman paman ini menyelesaikan sisanya. Kamu tetaplah fokus berlatih."
"Baik, paman."
Yuuna kembali fokus ke latihan teknik berpedang, sementara paman Kagiru yang dibantu temannya menyelesaikan bagian yang kurang dari rumah milik Yuuna. Latihan langsung ia akhir setelah staminanya sudah terkuras banyak.
"Hah~, aku rasa latihan kali ini sudah cuk- AAGGGHHHHH!!!" Yuuna langsung memegang mata kanannya sesaat merasakan sakit yang luar biasa hingga membuatnya terjatuh.
"Hei, nak. Apa kamu baik-baik saja?" Paman Kagiru bersama temannya langsung menghampiri Yuuna setelah mendengar teriakannya yang cukup keras.
"Sepertinya aku tidak baik-baik saja. Mata kananku terasa sakit sekali."
"Coba perlihatkan mata kananmu, nak."
Yuuna memperlihatkan mata kanannya kepada paman Kagiru dan temannya. Sebuah lambang tengkorak dengan api keunguan mengelilinginya. Teman paman Kagiru langsung terkejut ketika melihat hal tersebut.
"Kagiru, sepertinya aku tahu apa yang terjadi kali ini."
"Beritahu aku." Nada paman Kagiru terdengar cukup serius.
"Aku rasa arwah Renge berusaha memanggilnya untuk segera melakukan Soul Resurrection karena kekuatan sihirnya sudah memenuhi persyaratan untuk menggunakannya. Sebaiknya kita bawa ke makam Renge sekarang juga."
"Kalau begitu kita segera bergegas ke sana." Paman Kagiru langsung merangkul Yuuna untuk membantunya berdiri. "Bertahanlah, nak."
Mereka bertiga bergegas pergi menuju Elder Fraxinus dimana makam Renge berada. Morihime langsung mengikuti dari belakang untuk mengawasi apa yang terjadi pada Yuuna. Dia merasa cemas setelah melihat Yuuna yang kesakitan tadi.
Sesampainya di depan makam Renge, Yuuna langsung berusaha berdiri dengan kekuatannya sendiri. Teman paman Kagiru berdiri tepat dibelakang Yuuna sambil memegang tubuhnya sebagai penopang agar dia dapat berdiri dengan tegak.
"Arahkan kedua tanganmu ke depan dan fokuskan lenergy ke satu titik untuk memulai sihir Soul Resurrection."
Yuuna langsung melakukan arahan teman paman Kagiru tersebut untuk membangkitkan Renge dengan sihir Soul Resurrection. Tubuh Yuuna mulai diselimuti dengan aura ungu cerah seiring semakin terfokusnya lenergy milik dirinya. Perlahan-lahan, energi arwah mulai berkumpul dan membentuk wujud sosok manusia.
"Sekarang katakan 'Soul Resurrection' untuk menyelesaikannya."
"Soul Resurrection!!" Yuuna mengucapkan nama sihir tersebut dengan setengah berteriak.
Kumpulan energi arwah tersebut langsung bersinar sangat terang dan mulai berubah dengan sangat cepat.
SSWOOOOSHH!!!!
Sosok Renge muncul dari balik cahaya tersebut dan mendarat di tanah. Mata kanan Yuuna berangsur-angsur kembali seperti normal dan rasa sakitnya menghilang seketika.
"Hah~ hah~, akhirnya aku berhasil melakukannya....huh?" Kesadaran Yuuna mulai menghilang akibat lenergy miliknya yang terkuras cukup banyak.
"Oh tidak. Yuuna, bertahanlah." Renge melesat secepat mungkin ke arah Yuuna untuk membantunya menyadarkan diri demi melawan kesadaran yang mulai menghilang.
"Suara.. ini... Suara... milik... Renge..."
Yuuna akhirnya tidak sadarkan diri meski sudah berusaha melawannya. Renge tanpa berpikir lama langsung memeriksa keadaan Yuuna saat ini. Paman Kagiru berjalan mendekati Renge untuk melihat kondisi Yuuna saat ini.
"Syukurlah, dia baik-baik saja. Aku rasa dia sangat kelelahan karena menggunakan hampir semua lenergy miliknya untuk melakukan Soul Resurrection." Renge bernafas lega setelah memastikan keadaan Yuuna.
"Selamat datang kembali, Renge. Aku dan Kagiru sudah menantikan momen ini terjadi berkat dia. Aku tidak menyangka dia memiliki kekuatan untuk mengendalikan arwah sama sepertimu."
"Terima kasih, paman Hijikata. Berkat keberadaan Yuuna, aku bisa memberikan sebagian sihirku untuk digunakannya terutama Soul Resurrection." Renge tersenyum senang sambil menatap Yuuna yang masih pingsan karena kelelahan.
"Sebaiknya kita segera kembali ke tempatnya agar dia bisa beristirahat untuk memulihkan lenergy yang terpakai saat proses Soul Resurrection dirimu tadi." Hijikata langsung mengendong tubuh Yuuna yang pingsan menuju ke tempat sebelumnya bersama Renge dan Kagiru.
Beberapa menit berlalu, Yuuna akhirnya mulai sadar dari pingsannya. Dia mendapati dirinya terbaring di tempat yang tidak asing bagi dirinya.
"Ugh... apa yang terjadi tadi? Aku benar-benar tidak ingat sama sekali." Yuuna bangkit sambil memegang salah satu sisi kepalanya.
"Akhirnya kamu sudah sadar, Yuuna." Renge langsung menyapa Yuuna taklama setelah dia sadar.
"Renge!? Bagaimana kamu bisa disini?"
"Aku bangkit kembali setelah kamu melakukan Soul Resurrection di depan makamku tadi."
"Jadi, aku pingsan setelah melakukan Soul Resurrection?"
"Tepat sekali."
Yuuna tidak menyangka kalau dia benar-benar berhasil membangkitkan kembali Renge, sang Saint Spirit Master. Seketika itu juga, Yuuna teringat janjinya dan langsung mengembali pedang yang dipinjamnya.
"Renge, seperti janjiku sebelumnya. Aku kembalikan pedang milikmu ini." Yuuna memberikan pedang itu kepada Renge.
"Laevatinn kah? Ternyata kamu merawatnya dengan cukup baik, Yuuna." Renge melihat setiap sisi pedang Laevatinn miliknya yang masih dalam kondisi yang baik. "Apa kamu masih menyimpan Fraxinus Dual Trigger yang aku berikan?"
"Aku masih menyimpannya kok." Yuuna menunjukkan Dual Trigger yang tersimpan di kartu stats miliknya.
"Baguslah kalau begitu. Senjata itu sudah menjadi milikmu."
"Terima kasih, Renge."
"Jika kamu ingin membuat pedangmu sendiri, sebaiknya temui paman Hijikata dengan membawa bahan-bahan yang akan dijadikan pedang nantinya."
"Jadi nama teman paman Kagiru tadi adalah Hijikata ya? Aku mengerti."
"Kalau begitu, kita segera bantu paman Kagiru dan paman Hijikata menyelesaikan rumahmu."
Yuuna dan Renge langsung menghampiri paman Kagiru dan paman Hijikata untuk membantu menyelesaikan membangun rumah milik Yuuna selama tinggal di hutan tersebut. Sementara itu, Morihime hanya duduk di salah satu dahan pohon sambil melihat mereka berempat dari jauh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top