Chapter 3
Malam sudah semakin larut dan bintang-bintang mulai bersinar terang di langit malam yang cerah kali ini. Yuuna terlihat masih menyusuri jalan yang terlihat sepi untuk menuju ke salah satu kompleks apartemen dimana Mifuyu saat ini tinggal. Dengan kondisi tubuh yang sudah mulai kelelahan setelah berkerja tadi membuat langkah kaki Yuuna mulai sedikit tidak beraturan.
"Untung saja manajer langsung memberitahuku untuk segera pulang setelah shift kerjaku hampir habis. Jika tidak, aku akan ketinggalan jadwal kereta commuter line yang biasa aku gunakan untuk pulang ke rumah." Yuuna mulai mengetik sebuah pesan untuk Mifuyu di ponselnya sambil menyusuri jalan yang sepi. "Semoga saja dia tidak menungguku cukup lama."
Yuuna segera mengirimkan pesan yang ditulisnya tadi kepada Mifuyu untuk memberitahukannya bahwa saat ini dia sedang dalam perjalanan ke apartemennya. Sesaat pesan sudah terkirim, ponsel yang dipegang Yuuna langsung disimpannya kembali ke saku rok seragamnnya.
Setelah berjalan beberapa menit, Yuuna akhirnya sampai di sebuah gedung apartemen yang cukup tinggi dan memiliki kesan yang cukup modern dan mewah. Ia segera masuk ke lobi untuk naik lift ke lantai 6 dimana unit apartemen yang merupakan tempat tinggal Mifuyu berada. Sesaat berada di lantai 6, dia segera bergerak menuju unit apartemen dengan nomor 606 lalu menekan tombol bel pintu.
PIN PON!! PIN PON!!
Suara langkah kaki mulai terdengar dari dalam apartemen dan bergerak ke arah pintu. Suara tersebut perlahan mulai terdengar keras seiring perubahan posisi orang di dalam apartemen. Pintu apartemen langsung terbuka dan menampakan sosok Mifuyu yang tengah mengunakan pakaian santai dan apron putih.
"Aa.. Yuuna, akhirnya kamu sudah sampai." Mifuyu tampak cukup senang melihat Yuuna sudah datang seperti yang telah dijanjikannya di pesan yang dikirim tadi.
"Apakah aku membuatmu menunggu lama, Mifuyu?"
"Tidak juga. Masuklah ke dalam. Aku sedang membuatkan makan malam untuk kita berdua." Mifuyu langsung mempersilahkan Yuuna untuk masuk ke apartemennya. Dia juga sudah menyiapkan sepasang sandal khusus dalam ruangan di lantai kayu yang tidak jauh dari pintu.
"Ojamashimasu." ucap Yuuna pelan sambil melangkah masuk ke dalam apartemen Mifuyu lalu mengganti sepatunya dengan sandal yang sudah dipersiapkan.
Tanpa pikir panjang, Yuuna bergegas menuju ruang makan lalu duduk di salah satu kursi sembari menunggu Mifuyu di belakangnya. Mifuyu langsung menutup pintu dan merapikan sepatu milik Yuuna lalu kembali melanjutkan membuat makan malam.
"Jadi, bagaimana shift kerjamu tadi?" tanya Mifuyu sambil memasak makan malam kali ini.
"Lumayan melelahkan. Kondisi kafe tadi cukup ramai karena pelanggan yang datang lumayan banyak. Untung manajer langsung menyuruhku pulang sesaat jam kerjaku hampir selesai."
"Begitu ya." Mifuyu mencicipi sedikit makanan buatannya untuk memastikan rasanya lalu menoleh ke arah Yuuna yang masih menggunakan seragam sekolahnya. "Sebaiknya kamu segera membersihkan dirimu. Akan aku siapkan pakaian ganti untukmu."
"Terima kasih, Mifuyu. Maaf jika harus merepotkanmu."
Yuuna kemudian berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri sebelum berendam di bak mandi berisi air hangat yang masih bersih. Perlahan-lahan tubuh Yuuna mulai terasa rileks setelah lelah bekerja di kafe tadi. Tampak sosok Mifuyu dari balik pintu tengah meletakan baju ganti untuk Yuuna ke dalam sebuah keranjang.
"Yuuna, aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu. Kalau sudah selesai, cepatlah ke ruang makan karena makan malam sudah siap." Sosok Mifuyu langsung menghilang dengan cepat dari balik pintu kaca tersebut.
Beberapa menit berlalu, Yuuna bergegas mengeringkan diri dan mengenakan pakaian ganti yang sudah dipersiapkan Mifuyu sebelum menuju ruang makan untuk menyantap makan malam kali ini. Yuuna melihat Mifuyu sudah duduk menunggunya di meja makan dengan dua porsi makan malam yang masih cukup hangat. Tanpa berlama-lama, Yuuna langsung duduk di kursi.
"Selamat makan." ucap mereka berdua bersamaan untuk mulai menyantap menu makan malam kali ini.
Di saat Yuuna dan Mifuyu tengah menyantap makan malam, terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras sehingga perhatian mereka berdua beralih ke arah pintu tersebut.
"Ada yang mengetuk, sebaiknya aku segera melihat siapa yang mengetuk malam-malam begini." Mifuyu berdiri dari kursi lalu berjalan menuju pintu masuk untuk mengintip siapa yang mengetuk kali ini melalui lubang kecil di pintu.
Yuuna berinisiatif mengikuti Mifuyu dari belakang dengan jarak beberapa langkah untuk berjaga-jaga jika hal buruk terjadi kepada sahabatnya itu. 'Mifuyu, sebaiknya kamu berhati-hati.' batinnya dalam hati.
Dari lubang kecil tersebut, tampak seseorang berjubah hitam dengan sebagian wajahnya tertutup oleh tudung jubah tersebut. Mifuyu mulai membuka sedikit pintunya yang terpasang rantai pengaman untuk memastikan sosok tersebut.
"Halo...."
Tiba-tiba, rantai pengaman tersebut hancur oleh pemotong besi dan orang tersebut langsung mendobrak masuk kedalam sehingga membuat Mifuyu terpental cukup jauh. Sebuah pisau yang tajam muncul dari balik lengan jubah hitam tersebut hingga membuat Mifuyu ketakutan.
"Kyaa~!!!!!" Mifuyu berteriak cukup keras sesaat pisau itu mengarah ke dirinya.
Melihat hal tersebut, Yuuna langsung berlari menerjang kearah sosok tersebut untuk melawannya demi melindungi Mifuyu yang sepertinya akan dibunuh.
"Hyaaa~!!!!" Yuuna lemparkan pukulan yang cukup keras hingga membuat sosok tersebut terdorong ke belakang.
Sosok tersebut pun tidak tinggal diam dan mulai melawan balik Yuuna. Serangan demi serangan diluncurkan oleh mereka berdua demi mengenai satu sama lain. Salah satu serangan pisau tersebut langsung mengenai kaki Yuuna hingga menciptakan luka yang cukup dalam dan membuatnya tidak bisa berdiri lagi.
"Hehe~ kena kau." Sosok berjubah itu langsung menghunuskan pisaunya kearah dada Yuuna.
"Shimatta..." Yuuna memejamkan kedua matanya karena dirinya sudah tidak berdaya melawannya lagi.
CRATTT!!!
"AAAGGHHHH!!" Mata Mifuyu mulai membulat tatkala dirinya tertusuk dari belakang demi menyelamatkan Yuuna dari hunusan pisau tersebut. Dirinya langsung memuntahkan sedikit darah dari mulutnya dan sebagian dari darah tersebut mengenai wajah Yuuna.
"Mifuyu!!!" Yuuna begitu terkejut ketika melihat sahabat baik yang ingin dia lindung malah berbalik melindunginya dari hunusan pisau sosok berjubah hitam tersebut.
"Yuu-...na...maaf-...kan...aku...ka-..rena...harus....melin-..dungi...di-..rimu...yang.. se-.. harus-..nya...me-..lin-..dung..i...diri...ku...ini." Tubuh Mifuyu langsung jatuh terkapar tidak bernyawa ke lantai di sisi kiri Yuuna.
"Mifuyu!!! Bertahanlah!! Tolonglah, jangan mati dihadapanku!!!!" Yuuna berteriak sambil meneteskan air mata karena tidak percaya bahwa sahabat baiknya sudah tidak bernyawa.
ZWOOOSHH!!!
"AAGGGHHHHH!!!" Yuuna langsung membulatkan matanya setelah sosok berjubah hitam tersebut menusuk dada Yuuna tepat di jantung. Mulutnya mulai mengeluarkan banyak darah dan lantai apartemen tersebut mulai tergenang oleh darah dari Mifuyu dan Yuuna.
Hanya dalam beberapa detik, kesadaran Yuuna mulai hilang dengan cepat dan tidak dapat mengerakan lagi badannya. Seketika itu juga, Yuuna kehilangan nyawanya setelah mengalami pendarahan yang cukup parah karena terbunuh secara tragis. Sosok berjubah hitam tersebut langsung menghilang dengan sangat cepat meninggalkan jasad Yuuna dan Mifuyu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top