Chapter 19

Nike bersama Renge berjalan menyusuri jalanan kota untuk menuju ke salah satu tempat dimana mereka berdua akan bertemu seseorang. Tempat yang menjadi lokasi pertemuan berada tidak jauh dari distrik terpenting kota Seliantraea yaitu, distrik sentral dimana terdapat kastil pemimpin kota Seliantraea.

Sesosok lagi laki-laki tampak sudah menunggu kedatangan Nike yang membawa senjata yang ia pesan secara khusus. Laki-laki tersebut memakai baju zirah berwarna putih gading dengan beberapa bagian berwarna hitam dan sedikit aksen emas. Terdapat sebuah lambang pada bagian bahu kanan yang terlihat tidak asing bagi Nike dan Renge.

"Akhirnya kamu datang juga, aku sudah menunggumu untuk sampai ke tempat ini."

"Maaf membuatmu menunggu, Hikaru. Aku sudah bawakan senjata yang kamu pesan." Nike memberikan kedua senjata yang dipegangnya kepada Hikaru.

Laki-laki tersebut bernama Shindou Hikaru, salah satu anggota sekaligus komandan Crest Guardian yang masih aktif. Dia menjadi komandan karena menggantikan posisi yang pernah ditinggalkan oleh Renge saat meninggalkan Crest Guardian bersama Nike dan Itsuki.

"Lama tidak berjumpa kembali, Hikaru. Aku senang kamu masih mengisi posisi yang sudah lama aku tinggalkan." Renge tersenyum kecil saat melihat Hikaru kembali setelah sekian lama.

"Begitupun denganku. Terlebih lagi rumor mengenai dirimu yang hidup kembali ternyata benar adanya." Hikaru tampak senang sambil menunjukan senyumannya lalu mengalihkan perhatiannya ke Nike. "Apakah kamu sudah mengujicobakannya?"

"Tentu saja. Keduanya bekerja dengan baik dengan hasil yang memuaskan bagiku. Meskipun begitu, aku ingin kamu mencobanya secara langsung agar aku tahu pendapatmu soal keduanya."

"Begitu ya."

Hikaru segera memperhatikan kedua senjata yang berupa pistol tersebut secara seksama lalu mencoba menembakannya meski dalam keadaan kosong dari peluru. Setelah dirasa cukup, dia segera menyimpannya kedalam sarung pistol yang berada di pinggangnya.

"Bagaimana?? Apakah ada sesuatu yang kurang dari keduanya?"

"Keduanya sesuai dengan apa yang aku minta kepadamu, Nike. Soal kekurangan, aku rasa tidak ada."

"Syukurlah, aku senang kamu menyukai hasil kerja kerasku tersebut. Bahkan, aku membuatnya dengan bahan terbaik yang aku miliki dan waktu yang terbilang tidak singkat." Nike merasa lega setelah mendengar pendapat Hikaru tersebut.

"Apakah semua anggota Crest Guardian yang pernah aku pimpin masih baik-baik saja, Hikaru?"

"Mereka baik-baik saja, Renge. Meski pada awalnya moral mereka cukup menurun setelah kabar mengenai dirimu yang meninggal karena melindungi pohon Elder Fraxinus dari sekelompok orang yang berusaha untuk menghancurkannya. Saat mengetahui kabar mengenainya kembalinya dirimu setelah seseorang membangkitkanmu kembali, moral mereka langsung meningkat tajam."

"Mereka benar-benar tidak bisa melupakan pengaruhku selama masa kepemimpinanku sebagai komandan." Renge hanya bisa tertawa kecil mengingat anggota yang pernah dipimpinnya ternyata masih mengingat pengaruh dirinya.

Karena tidak ingin berlama-lama, Hikaru segera pergi meninggalkan Renge dan Nike setelah mendapatkan senjata pesanannya. Nike dan Renge juga memutuskan untuk beralih ke suatu tempat ketika Hikaru sudah pergi cukup jauh dari tempat pertemuan mereka.

****

Di sebuah jurang dalam yang berada di luar area hutan, tampak seseorang berjubah hitam tengah berjalan menghampiri seekor naga besar berwarna merah yang masih tertidur pulas. Dia berjalan dengan sangat hati-hati sehingga tidak menimbulkan bunyi yang dapat membangunkan naga tersebut.

"Sudah saat untuk menciptakan kekacauan yang cukup besar." Sebuah kristal langsung dikeluarkannya dari dalam kantung yang dibawanya dan ia tempelkan di kepala naga tersebut.

Kristal tersebut langsung meleburkan diri kedalam kepala naga tersebut hingga menghilang dari pandangan. Seketika itu, naga itu langsung terbangun dan meraung dengan cukup keras hingga dapat membengkakan telinga jika terdengar terlalu lama. Kedua mata naga tersebut yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi merah membara karena efek kristal tadi yang dapat mengendalikan pikiran targetnya.

"Akhirnya... Safi'jii, salah satu naga legendaris yang hidup di tempat ini, berhasil aku kendalikan dengan kristal Chaos Amethyst. Sebentar lagi, aku dapat menciptakan kekacauan yang cukup besar termasuk membunuh legenda-legenda yang dapat menhancurkan rencana jahatku ini." Sosok tersebut membuka tudung jubah hitamnya dan menunjukkan sesosok perempuan berambuh putih keabu-abuan dengan mata merah rubi.

"Nona Iris, semua pasukan kegelapan sudah siap menunggu perintah anda." Seorang komandan datang dari arah belakang dan menunduk hormat kepada gadis bernama Iris Kurayami tersebut.

"Perintahkan mereka untuk mempersiapkan diri karena malam ini kita akan menciptakan kekacauan yang cukup besar. Terlebih lagi, kita akan melenyapkan siapapun baik itu orang biasa maupun legenda sekalipun yang menghalangi rencana besar kita." Iris memperhatikan komandan tersebut dengan tatapan yang sangat tajam dan serius.

"Siap, saya akan laksanakan perintah anda."

Komandan pergi menemui semua pasukannya yang berada di suatu tempat yang tidak jauh. Melihat komandan tadi sudah menghilang dari pandangannya, Iris segera melihat kembali naga Safi'jii yang berhasil ia kendalikan. Raut wajah Iris menunjukkan ekspresi senang dengan senyuman sinis seakan-akan dia memiliki sebuah dendam yang luar biasa besar terhadap seseorang yang dibencinya.

"Dengan ini, aku pasti dapat membunuhnya. Seorang legenda yang pernah membunuhku sekali saat aku hampir berhasil menghancurkan pohon arwah suci Elder Fraxinus. Tunggu saja pembalasanku yang manis ini, Amasaki Renge."

Sementara itu, Morihime yang berhasil menemukan cara untuk keluar dari area hutan yang dia lindungi meski hanya sementara waktu, langsung tercengang melihat apa yang disaksikannya kali ini. Lonjakan energi yang ia rasakan belakangan ini berasal dari naga Safi'jii yang mendiami jurang tersebut dan saat ini skala energi murni yang dipancarkan jauh lebih besar dari sebelumnya.

"Ya ampun, aku tidak menyangka akan menyaksikan hal yang tidak terduga semacam ini. Bahkan apa yang Yuuna pikirkan waktu itu ternyata benar adanya. Sesuatu yang buruk akan segera terjadi." Morihime merasa sangat terkejut dan ketakutan dengan apa yang dia lihat dengan kedua matanya sendiri.

Meski merasakan ketakutan yang luar biasa hebatnya, Morihime berusaha untuk tetap tenang agar dapat berpikir jernih untuk mengambil keputusan dan hawa keberadaannya tetap tersembunyi dari orang lain yang dapat merasakannya. Terlebih lagi, dia dapat melihat dengan jelas siapa pemimpin utama dari pasukan musuh yang siap menyerang nantinya.

"Apakah sebaiknya aku memberitahukan Renge dan lainnya soal ini? Meskipun begitu, aku kurang yakin dengan waktu dimana mereka akan mulai meluncurkan serangan untuk memulai kekacauan yang mereka inginkan." ucap Morihime di dalam hatinya sambil berusaha menjaga ketenangan jiwanya agar tidak membuatnya panik.

Morihime langsung memutar otak sambil berusaha tetap tenang agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Setelah beberapa menit berlalu dan informasi yang didapatkan sudah cukup, dia segera pergi dari posisinya secara diam-diam demi tidak menimbulkan sesuatu yang dapat membuatnya terdeteksi oleh musuh yang dilihatnya tadi. Dia sudah menentukan keputusannya setelah mengolah informasi yang didapatkannya secara baik-baik tanpa melewatkan detil sekecil apapun karena dapat berpengaruh dengan apa yang akan dia sampaikan nantinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top