9. Dream

BAGIAN SEMBILAN

'Setiap orang punya mimpi, jika mereka tidak punya, bagaimana dengan nasib tujuan hidup kita selanjutnya?'

***

Ujian akhir semester sekarang sudah dimulai, ujian ini diadakan selama seminggu. Para siswa semakin semangat mengerjakan ujian untuk menunjukkan apa yang sudah mereka perjuangkan selama ini dengan belajar giat sebelum ujian dimulai.

Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester. Jadwal pelajarannya adalah Biologi. Semua siswa mengerjakan ujian dengan serius meskipun sebenarnya mereka sedikit dilanda khawatir karena ujian akan berakhir 15 menit lagi.

15 menit kemudian.....

Kriiinggg......

Semua siswa bersorak gembira, mereka segera meletakkan lembar soal dan jawaban kepada pengawas ujian lalu keluar dengan perasaan bahagia. Yuna keluar dengan wajah yang berseri-seri lalu meloncat kegirangan, Aria geleng-geleng kepala dengan sifat temannya itu.

"Gue jadi gak sabar pengin lihat hasil ujian," ucap Yuna, wajahnya senyam-senyum sendiri seperti orang gila. Aria mencibir, "Kayak khawatir aja lo takut nilai turun, paling nilainya seratus semua."

"Acieee lo iri ya?" goda Yuna membuat Aria jadi memutar bola matanya malas, "Makanya belajar sama ahlinya, nih," tangan Yuna menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.

"Ogah!" komentar Aria malas sambil menjauhi Yuna dengan segala tingkah absurdnya ataupun tingkah nyelenehnya, sepertinya penyakit cewek itu mulai kambuh, semakin Aria menjauh semakin Yuna mengejar Aria hingga berlari dan tak sadar badannya menubruk seseorang.

Bruk!

"Sori sori gue gak----

"Lo bisa lihat gak ada orang lewat, mata lo masih berfungsi baik, kan? Gunain!" bentak seseorang membuat Yuna dan Aria tertegun. Mereka bertiga jadi pusat perhatian oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Suasana jadi terasa mencekam.

"Ta tapi-- gue gak sengaja," lirih Yuna terbata, Souma menatapnya dengan tajam, bukan tatapan hangat dan jenaka yang dulu sering ia dapatkan.

Mana Souma yang dulu? Sosok yang begitu hangat, ramah, dan cerita penuh lawak dan kekonyolannya. Sekarang? Hanyalah kehampaan dan tatapan dingin yang ia dapatkan. Souma berubah, bukanlah Souma yang dulu. Sekarang dan dulu sudah berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Ya, Souma sudah berubah, ia seperti orang asing atau mungkin orang lain yang Yuna ketahui sekarang.

Mereka bertatap mata dalam waktu yang cukup lama. Yuna yang menatap Souma dengan sendu dan Souma yang masih menatapnya dengan tajam. Tanpa permisi, Souma langsung melenggang pergi dan menabrak bahu Yuna sehingga cewek itu kaget lalu hampir terhuyung ke belakang dan untung saja ada seseorang yang menahan bahu cewek itu.

Yuna hanya diam, aroma yang ia cium sudah cukup untuk mendeskripsikan siapa sosok yang memegang bahunya saat ini. "Koga?" lirihnya.

Koga langsung menatap Yuna, mata cewek itu terlihat memerah, sepertinya Yuna akan menangis dengan air mata yang siap tumpah ruah di mana saja.

"Iya, ini gue. Kenapa? Karena Souma lagi?" tanya Koga lembut. Tak ada jawaban dari cewek itu, melainkan Yuna langsung memeluk Koga hingga membuat cowok itu terkejut.

Koga hanya diam lalu membalas pelukan Yuna. Meskipun ia terus menanyakan penyebab ia menangis, Yuna tidak akan pernah menjawabnya.

Yuna belum terlalu terbuka kepadanya apalagi soal perasaan.

***

Tak lama setelah ujian akhir semester telah dilaksanakan, sekarang adalah pembagian rapot. Kali ini, yang mengambil rapot adalah siswa, bukan orang tua. Yuna juga tidak tahu alasan kenapa mereka sendiri yang mengambil rapot padahal 4 semester belakang hari ini hanya orang tua yang selalu mengambil rapot sekolah.

Yuna berangkat seperti biasa bersama Aria, ia tidak bersama Eden karena pacarnya itu berangkat bersama kakaknya, Sonia.

Mereka berjalan santai  di sepanjang koridor sambil berbincang-bincang. "Yun, gimana kalo liburan akhir semester ini kita ke Kepulauan Seribu? Kita ke pantai." ajak Aria.

Yuna mengangguk antusias. Sudah lama ia tidak ke pantai. "Waaah ide bagus tuh, udah lama gue gak ke pantai."

"Bagaimana?" tanya Aria yang sama antusiasnya dengan Yuna.

"Hmmm oke deh, gue sih ikut-ikut aja, lagian gue udah lama banget gak ke pantai," setuju Yuna.

"Oke deh."

"Eh tapi berangkatnya sama siapa? Masa cuma kita berdua?" tanya Yuna bingung.

"Gue, Eden, lo sama Koga. Cuma berempat." jelasnya.

"Sonia gak ikut?" tanya Yuna kembali.

"Nggak, dia ada urusan sih kata Eden."

"Owh oke," jawab Yuna hingga tanpa mereka sadari jika mereka berdua sampai di kelas lalu duduk secara terpisah. Sekarang Yuna tidak duduk lagi bersama Aria untuk sementara, Aria duduk dengan Keysha sementara Yuna dengan Acha. Ia sudah lama tidak duduk dengan Koga setelah Acha masuk dan sekarang Koga duduk bersama Eden karena daridulu hingga sekarang cowok itu--Eden-- sering duduk sendiri.

Tak lama wali kelas mereka -Bu Kania-- memasuki kelas sehingga kelas yang tadinya berisik menjadi diam.

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat pagi Bu!" sapaan yang sudah monoton!

"Hari ini adalah pembagian rapot untuk semester 5 sekaligus hari pembagian rapot terakhir bagi kalian. Kami dari pihak sekolah sengaja untuk kelas XII mengambil rapot sendiri daripada kelas X dan XI yang mengambil rapot oleh orang tua karena Ibu ingin menanyakan apa yang akan kalian lakukan nanti ketika kalian sudah lulus. Ibu akan tanyakan kepada kalian setelah pembagian rapot." jelas Bu Kania panjang lebar lalu beliau memanggil siswa sesuai absen untuk mengambil rapot.

Semua siswa sudah keluar setelah mengambil rapot dan ditanya oleh Bu Kania dan kini hanya tinggal Yuna yang kedapatan sebagai absen yang paling terakhir. Sedangkan Aria menunggu di luar kelas.

"Yuna Shaquila Shakira?" tanya Bu Kania, Yuna mengacungkan tangan lalu maju dan duduk dihadapan gurunya itu.

Bu Kania menyerahkan rapot itu seraya berkata, "Seperti biasa kamu dapat peringkat pertama. Dan ibu sangat senang akan hal ini setelah melihat hasil ujian akhir semester ini kamu mendapatkan nilai yang jauh lebih sempurna daripada sebelumnya." ungkap Bu Kania panjang lebar, Yuna hanya tersenyum canggung.

"Apa kamu sudah ada rencana untuk kuliah dan jurusannya Yuna? Atau maksud Ibu mimpi kamu?"

Yuna meringis malu lalu menggeleng pelan. "Untuk saat ini saya belum ada rencana."

"Lho, Ibu kira kamu sudah ada rencana." Bu Kania terkejut dengan pernyataan Yuna.

Bu Kania menghela napas lalu tersenyum. "Yuna, kamu harus punya mimpi, kalau kamu tidak punya, bagaimana kamu akan melanjutkan tujuan hidup?" tanya Bu Kania lembut.

"Maaf Bu, saya masih bingung untuk saat ini tentang mimpi." canggung Yuna sambil meringis malu.

"Apa kamu sudah diskusi dengan orangtua kamu tentang hal ini?"

"Sudah ibu, Bunda saya menyuruh saya kuliah fakultas kedokteran." jawab Yuna. Ia memprediksi Bu Kania menyarankan yang sama seperti Bunda dan Koga katakan.

Bu Kania tersenyum. "Itu ide bagus Yuna, lagipula ibu melihat kamu sangat ahli di bidang biologi. Apalagi dengan kamu yang juara olimpiade biologi tingkat nasional dan kamu juga pengurus PMR. Lalu, kedua orang tuamu juga kakakmu juga dokter, kan? Lagipula ibu pikir kamu bisa masuk fakultas kedokteran dengan mudah di Unirvesitas Indonesia, dulu kakakmu yang alumni Omega High School juga masuk unirvesitas itu dengan mudah melalui jalur undangan tanpa SNMPTN atau SBMPTN. Kakakmu langsung masuk tanpa tes tersebut. Kenapa kamu tidak berpikiran ke sana?" usul Bu Kania. Nah, kan!

"Saya tidak kepikiran akan hal itu, saya tidak ingin menjadi dokter." ujar Yuna canggung.

Bukannya marah, Bu Kania tersenyum yang mampu membuat orang yang melihatnya jadi tenang. "Tidak apa-apa. Tapi kamu harus mewujudkan mimpi bukan untuk dirimu sendiri, tapi untuk orang lain."

Yuna tertegun mendengarnya. Apakah dalam mewujudkan mimpi harus mementingkan orang lain?

"Kamu pikirkan lagi oke, kalau kamu berubah pikiran atau mau jadi dokter kamu bisa hubungi Ibu, Ibu siap membantumu agar kamu bisa masuk unirvesitas negeri favorit. Ibu juga akan siap untuk mendaftarkan kamu lewat jalur SNMPTN."

"Terima kasih ibu," setelah mengatakan itu Yuna pamit lalu segera keluar kelas. Di sana sudah ada Aria dengan wajah yang tertekuk. "Kenapa lo?"

Aria menoleh lalu mukanya jadi kesal. "Ngapain aja lo ditanya sama Bu Kania? Lama banget nungguin lo sumpah, yang lain udah pada pulang. Gue pengen pulang tahu, pengen makan seblak, gue laper."

Tak lama Yuna tertawa terbahak-bahak setelah mendengarkan ocehan tanpa jeda dari cewek itu hingga membuatnya jadi keki sendiri. "Kenapa tertawa? Gak ada yang lucu."

"Lo cocok kalo jadi main rapper kayak Jennie Blackpink, apalagi Lisa Blackpink," candanya sambil terkekeh pelan. Aria mengerucutkan bibirnya. "Sialan lo."

Tbc....
***

Ada yang kepengen jadi dokter? Well kalau kamu pintar kamu pasti bisa!

Tadinya aku juga kepengen kayak dokter. Tetapi meskipun kata orang aku tuh orang pintar, tapi menurut aku otakku pas-pasan😂 jadi gak pede setelah aku denger kakak kelas yang udah kelas 10 SMA katanya ada siswa yang pada pintar-pintar. Duh jadi gak pede aku kalau udah SMA nanti😅😂

Vote and coment biar aku semangat ngetiknya:)

BTW, ada yang mau kalian tanyain tentang chapter ini?

Yang punya Facebook bisa berteman dengan aku ya di Facebook. Namanya Eca Insani:)

See you❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top