21. Be Your Self
Now playing music: Dalla Dalla--Itzy.
“I love my self! ....”
BAGIAN DUA PULUH SATU
Gue gak mau jadi orang lain karena gue mau jadi diri sendiri.
***
Yuna memutuskan untuk pergi ke toilet, ia berdiri di wastafel, mematutkan dirinya di cermin. Tak lama air mata turun dengan lancang membasahi pipinya, ia segera menghapus air matanya itu.
“Lo harus kuat! Ini sudah tindakan yang tepat biar Souma paham dan menyesal, kenapa lo malah nangis, sih? Bego gue!” monolog Yuna, lantas memukul kepalanya dan kembali menghapus air mata yang masih saja membasahi pipinya.
Untung saja toilet sedang sepi, jika tidak mungkin orang yang melihat tingkah Yuna menganggap jika cewek itu sudah gila.
Cewek itu menghapus air mata dan di pipinya lalu tersenyum. “Strong Yuna! Lo harus kuat, fighthing!” ujar Yuna menyemangati dirinya sendiri.
Ia segera mengeluarkan sebuah pouch kecil yang berisi beberapa alat make up yang sering dibawanya ke mana-mana. Yuna memang selalu membawanya jika riasan di wajahnya luntur. Isinya hanya bedak, lip tint, dan lain-lain.
Mungkin penampilan Yuna memang sangat jauh dari kata feminim, tetapi ia selalu merawat dan merias wajahnya. Ia memang dipaksa oleh Natasha untuk melakukan hal itu, meskipun Yuna tadinya menolak namun Natasha mengancam akan menyita pakaian casual miliknya dan Yuna tak mau hal itu terjadi. Mau tak mau akhirnya Yuna harus melakukannya. Namun ternyata cewek itu mulai terbiasa dan menikmatinya. Ya, karena memang sesuatu yang sering dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan, benar begitu?
Yuna segera menyapukan bedak di area bawah mata, ia berharap tidak ada yang tahu jika cewek itu habis menangis, lalu ia mengoleskan lip tint ke bibirnya karena merasa bibirnya sedikit pucat.
Selesai, Yuna segera bergegas menuju salon. Sesampainya di sana, ia disambut hangat oleh Tante Sarah---Tante Aria dan Koga-- dan memeluknya tanpa aba-aba. “Aduh Yuna, ke mana aja gak ke sini?” tanyanya ketika Tante Sarah masih memeluknya.
“Iya Tante, Yuna sibuk sekolah dan liburnya malah liburan, jalan-jalan terus, jadi gak keburu. Maaf, ya, Tante Yuna jarang ke salon, Tante apa kabar?” tanya Yuna balik, lalu mereka melepas pelukan tersebut.
“Alhamdulillah, Tante baik-baik aja, kok. Tante memang sibuk banget ngurusin salon, jadi gak sempet juga ketemu kamu sama Bunda kamu. Gimana kabar Natasha? Masih kerja di Rumah Sakit, kan?” tanya balik Sarah.
“Alhamdulillah Tan, Bunda baik-baik aja dan masih sering kerja di Rumah Sakit,” jawab Yuna seraya mereka berdua masuk lebih dalam lagi ke salon milik Sarah tersebut.
“Oh, iya. Kamu ke salon mau ngapain, ya?” Sarah memegang rambut pirang yang mulai lepek, wanita berkepala tiga itu memekik terkejut, “Aduh, Sayang. Rambut kamu lepek.”
“Makanya Tante aku mau ke sini sekalian mau ganti warna rambut lagi jadi warna hitam. Yuna juga udah lama gak keramas, takut warna pirang di rambut jadi luntur Tante,” ujar Yuna seraya menggaruk tengkuk kepalanya canggung.
“Aduh, pantes aja. Yaudah, ayo ke sini. Siska! Ke sini sebentar,” pelayan bernama Siska itu menghampiri mereka berdua, lalu tersenyum singkat kepada mereka berdua termasuk Yuna. “Ada yang bisa saya bantu Nyonya?” tanyanya.
“Tolong kamu warnain rambut Yuna jadi warna hitam, sekalian creambath. Lakukan yang terbaik, kamu ngerti?” Siska mengangguk, “Mari Non Yuna. Ikut saya.” Yuna mengangguk singkat.
“Tan, aku pergi dulu, ya,” setelah mengatakan itu Yuna mengikuti arah Siska dan memulai mewarnai rambutnya.
Dua puluh menit kemudian Yuna tampak menikmati ketika Siska mulai memijit kepalanya. Namun fokusnya terpecah belah ketika mendengar sebuah teriakan seseorang yang tak asing di telinga.
“Tante sereh!” teriak seseorang, seorang cowok yang siapa lagi jika bukan Koga, keponakan dari Tante Sarah. Sedangkan Sarah menghampiri cowok itu dengan mata yang melotot.
“Sudah Tante bilang, jangan pake nama itu, gimana, sih?” raut kesal tercetak di wajah Sarah yang tetap cantik meski sudah berkepala tiga. Koga justru ketawa karena senang membuat Tantenya itu jadi kesal kepadanya. “Makanya kalo buat nama jangan hampir mirip sama sereh, jadi gak ada bahan ejekan sama Koga.”
Dengan kesal Sarah menjewer telinga cowok itu, Koga meringis kesakitan, teriakan Koga membuat beberapa orang melihat tingkah lalu Koga dan Sarah, lantas mereka tertawa. Begitupun dengan Yuna dan Siska.
“Aduh Tante, jangan jewer, dong. Udah kayak Bu Widya aja. Aduh, Tan. Maaf, dong! Sori,” teriak Koga meringis kesakitan, sedangkan raut kesal masih tercetak di wajah Sarah yang menunjukkan jika wanita itu masih kesal.
“Kamu itu emang pada kenyataanya nyebelin, mungkin Bu Widya sering jewer telinga kamu di Sekolah karena kamu memang nyebelin,” setelah mengatakan itu Sarah melepaskan jewerannya. Koga akhirnya menghela napas lega.
Beberapa orang yang masih melihat tingkahnya tertawa terbahak-bahak, begitupula dengan Yuna. Baru cewek itu sadari jika Koga memang lucu dan humoris, tingkah yang kelihatan seperti orang idiot membuat siapa saja orang yang melihatnya jadi ingin tertawa.
Cowok itu menoleh, ketika menyadari ada suara tawa renyah yang tak cukup asing di telinganya. Tatapan Koga seketika menjadi hangat ketika melihat jika itu adalah Yuna, cowok itu menatap Yuna dengan lekat.
Sementara Yuna terdiam, mata mereka bertautan dalam waktu yang agak lama. Hanya 10 detik dan setelah itu Yuna memutuskan eyes contact tersebut. Jantung Yuna berdebar tak karuan, yang hanya terjadi jika bersama cowok itu, Koga.
Tak lama Koga mulai menghampiri Yuna seraya bersiul, yang dulu sering ia lakukan saat mereka di sekolah, saat di Perpustakaan. Saat itu jantung Yuna semakin berdetak kencang ketika cowok itu mendekatinya. Yuna merasa seperti deja vu.
Cowok itu kini sudah berdiri di hadapannya, ia mengerutkan dahi. Untuk apa Yuna datang kemari? Pikirnya, “Ngapain lo ke sini? Mau warnain rambut lagi? Lebih baik warna rambutnya kayak Rose Blackpink aja, mereka, kan, baru aja comeback. Gue lihat Rose ganti warna rambut lagi, tuh, dari pirang jadi biru.”
Mendengar runtutan kalimat yang hiperbola membuat cewek itu terkekeh pelan, ia mengibaskan tangan kanannya, “Nggak. Gue mau ganti warna rambut jadi hitam lagi, disuruh Bunda. Lagian, warna biru itu aneh. Gak mau.”
“Gue gak mau jadi orang lain karena gue mau jadi diri sendiri,” lanjut Yuna.
“Kayaknya lo gak pernah ketinggalan info tentang Blackpink, ya? Sampai akurat gitu. Emangnya lo suka sama Blackpink?” tanya Yuna yang kembali terkekeh pelan.
Koga memukul dadanya pelan, “Gue, kan, fanboy Blackpink garis keras! Dan pastinya gak akan pernah ketinggalan info, dong!” ujar cowok itu dengan sombong dan dagu yang diangkat setinggi-tingginya. Sementara Yuna melongo, terkejut karena baru mengetahui bahwa cowok idiot ini adalah fans garis keras Blackpink, artis girlband Korea terkenal yang baru saja comeback dengan lagu bertajuk ‘How You Like That’.
“Pantes aja,” gumam Yuna. “Tapi sebenarnya gue gak suka Blackpink meskipun follow akun Instagran mereka,” lanjut cewek itu.
Kini, giliran Koga yang melongo. “Terus yang lo omongin waktu berangkat ke Kepulauan Seribu, lo ngaku-ngaku jadi Rose Blackpink?”
“Itu bercanda,” jawab Yuna.
“Emang, gue gak suka Blackpink, tapi cuma suka lagunya aja dan follow Instagram mereka aja, gak lebih. Soalnya gaya fashion mereka pada bagus-bagus. Apalagi gaya Rose, gue suka sama gaya casual-nya. Dan warna pirang Rose waktu itu emang gue tiruin,” jelas Yuna panjang lebar.
“Terus, lo ganti warna rambut jadi apa?” tanya Koga.
“Hitam, disuruh Bunda.”
Beberapa menit telah berlalu. Kini, Yuna telah selesai mewarnai rambutnya oleh Siska. Dirinya kini mematutkan dirinya di depan cermin, melihat penampilan rambutnya yang kembali menjadi warna hitam. Yuna Shaquila Shakira telah kembali!
To be continued ....
***
Huaa seperti biasa aku double up lagi!🙌😍
Gimana-gimana sama chapter Yuna kali ini? Seru dong pastinya ....😜😍
Ikutin terus cerita ini karena bakal ada kejutan di chapter selanjutnya! Beberapa misteri akan terkuak para pemirsa!
Jangan lupa vote and coment cerita ini agar aku semangat ngetiknya:)
Stay tuned terus ya!:))
See you❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top