20. Terlanjur Kecewa
BAGIAN DUA PULUH
Ketika kecewa sudah terlanjur menyelimuti hati, setelah itu tak ada kata maaf setelahnya. Akhirnya, hanya penyesalan yang tersisa.
***
“Kak Yuna!” cewek itu langsung menutup mulut adiknya itu dengan kesal. “Bisa diem gak, sih? Malu kalo kedengeran sama tetangga.” dengan dipaksa, Anita melepaskan tangan Yuna yang membekap mulutnya. Tak lama Anita langsung memberikan sebuah sesuatu kepada cewek itu.
“Apa ini?” tanya Yuna. Sebuah surat.
Anita mengedikkan bahu, seolah tak peduli, “Dari Kak Aria. Baca aja sendiri, susah amat,” ucapnya ketus lantas segera menaiki tangga menuju lantai dua.
“Sialan emang itu anak,” monolognya, ia mulai membaca surat tersebut. Ternyata itu adalah surat undangan acara ulang tahun Koga. Oh iya! Yuna lupa bahwa beberapa hari lagi cowok itu akan berulang tahun.
Ia juga masih mengingat perkataan cowok itu saat mereka di Kepulauan seribu. Kata-kata itu masih terngiang di kepalanya.
“Bulan Desember, tanggal 19 gue ulang tahun. Di saat itulah gue akan kasih tahu hubungan lo sama gue.” (Chapter 16).
Ternyata hari itu telah tiba. Waktu ternyata semakin cepat rupanya. Hari yang Koga janjikan.
Tentang hubungannya dengan Koga.
Ada apa hubungannya dengan cowok itu? Ah, Yuna jadi dibuat penasaran sekarang, padahal tinggal beberapa hari lagi. Sekarang baru tanggal 17 Desember, sedangkan Koga berulang tahun tanggal 19 Desember. Berarti tinggal 2 hari lagi.
Tak lama sebuah senyuman terukir di bibirnya. Beberapa hari yang lalu ia dan Koga resmi bersahabat. Saat itu ia menerimanya dengan penuh suka cita.
“Sahabat?” Koga menyodorkan jari kelingkingnya ke Yuna, membuat dahi cewek itu mengerut.
“Gue, kan, belum berteman sama lo,” ujar cowok itu seakan tahu jika Yuna kebingungan.
Tak lama cewek itu tersenyum, ia mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya ke cowok itu. “Kita sahabat!”
Tetapi entah mengapa itu saja sudah membuat cewek itu senang bukan main, padahal hanya sebatas sahabat, tak lebih. Waktu itu, euforia seakan membucah dalam dadanya dan ia langsung menyetujuinya begitu saja karena hati yang teramat begitu senang.
Ada apa dengannya?
“Yuna! Jangan bego! Masa cuma sahabat doang udah seneng banget, sih, gue!” monolog cewek itu seraya memukul kepalanya dengan keras. Tak lama Yuna meringis kesakitan karena terlalu kencang memukul kepalanya itu.
“Ada apa, Sayang? Kenapa tadi Anita teriak-teriak?” suara itu membuat Yuna menoleh, mendapati Natasha mulai menghampirinya. Cewek itu langsung menyodorkan surat undangan tersebut kepada Natasha. “Ini, Ma. Ada surat undangan dari Aria. Koga mau ulang tahun tanggal 19.”
Wanita berusia berkepala empat tersebut mengangguk mengiyakan. “Owh. Masih 2 hari lagi, kok,” Natasha melihat anaknya itu. “Kamu belum ganti warna rambut lagi?”
Yuna menggeleng. “Belum, Ma. Lagian juga sekolah masih lama, bulan Januari baru masuk. Sekarang, kan, baru bulan Desember.”
“Mending ganti aja, gih, yang coklat biasa. Apalagi lusa mau datang ke acara ulang tahun saudaranya Aria juga, kan? Nanti dikira aneh lagi sama mamanya Aria,” saran Natasha.
“Yaudah, deh, Ma. Nanti Yuna ke salon, sekalian mau beli hadiah,” ujar cewek itu.
Natasha mengacak pelan rambut Yuna, “Yaudah mandi dulu, gih. Terus ke mall ganti warna rambut kamu ke salon sekalian beli hadiah buat Koga.”
Cewek itu mengangguk sekenanya.
***
Suasana di dalam mall tampak begitu ramai dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang bak kendaraan di jalan raya.
Langkahnya terhenti di sebuah toko di hadapannya. Sudah lama ia tak ke tempat ini, toko itu menjual aksesoris untuk ruangan. Terakhir kali ia ke tempat ini ketika ia membeli lampu berbentuk bunga mawar untuk kamarnya.
Rencananya ia ingin membeli sesuatu hadiah di sini untuk Koga. Meskipun ulang tahunnya lusa, lebih cepat lebih baik bukan?
Ia mulai memasuki toko tersebut, pandangannya menyelisir mencari sesuatu yang unik untuk dijadikan hadiah. Namun, tak ada yang menarik perhatiannya.
Sebuah tepukan di pundak membuat cewek itu terkejut, namun akhirnya ia bernapas lega.“Sialan lo! Ngagetin gue aja tahu gak? Untung gak copot, nih, jantung.”
Seorang cowok dihadapannya sebagai pelaku terkekeh pelan. Senang berhasil menjahili cewek itu, “Rame juga ternyata jahilin orang.”
“Rame, tapi nyebelin,” cibir cewek itu. “Eh, lo ngapain di sini?” tanya Yuna.
Cowok itu mengangkat sebuah paper bag di tangan kanan sebagai jawaban, “Cari hadiah buat Koga.”
“Calon adik ipar idaman memang,” setelah itu Yuna tertawa. Bersamaan dengan cowok itu.
“Eden? Eh Yun, lo di sini juga? Ngapain?” tanya Aria tiba-tiba membuat Yuna terkejut.
“Eh, lo di sini juga. Dikirain cuma Eden seorang ke sini, dari mana aja lo? Tega banget ninggalin pacar sendiri,” jahil Yuna seraya menunjukkan seringai jahil. Aria melotot, melayangkan protes. “Enak aja, gue habis dari toilet!’
Tawa Yuna pecah, “Pasti dandan dulu biar Eden makin terkesima,” ujarnya di sela tawa. Seketika wajah Aria memerah padam.
“Yaudah, gue mau lanjut cari hadiahnya. Terus lanjutin kencannya, gue gak akan ganggu haha, bye!” Yuna tertawa lalu segera pergi seraya melambaikan tangannya. Menjahili seseorang memang mengasyikkan. Lihatlah, betapa kesalnya Aria dengan raut yang tercetak jelas di wajah berkulit putih itu.
Perjalanan ia lanjutkan kembali dengan mencari hadiah untuk Koga yang belum kunjung ia temukan. Dimulai dari aksesoris dream cather yang katanya menangkal mimpi buruk. Namun Yuna menggeleng, ‘Dia, kan, cowok. Bukan cewek. Kalo Aria udah gue beliin ini.’ akhirnya ia tak jadi mengambilnya dan kembali melangkahkan kakinya.
Langkahnya kembali berhenti pada sebuah aksesoris yang cukup memikat mata, sebuah lampu berwarna biru dengan warna Pegasus. Ia masih ingat dengan apa yang dikatakan Aria jika dia bercerita tentang kakaknya--Koga--itu. Selain menyukai rasi bintang Pyxis, Koga juga menyukai rasi bintang Pegasus.
Kayaknya ini adalah pilihan yang tepat. Tanpa pikir panjang ia langsung membelinya.
“Total semuanya 500 ribu, Mbak,” Yuna segera mengambil lima lembar uang seratus ribu kepada kasir, lalu segera keluar dari toko itu. Ia menatap apa yang dibelinya di dalam paper bag dengan mata berbinar.
Akibat terlalu fokus dengan apa yang ia lihat membuat kepala Yuna terbentur dengan kepala yang lainnya. Otomatis Yuna bertubrukan dengan seseorang dan mereka berdua meringis kesakitan, “Aw!” ringis mereka berdua secara bersamaan.
Untung saja Yuna dapat menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh, jadi hadiah untuk Koga tidak akan jatuh. Jika tidak habislah sudah, ia sudah mengocek uang 100 ribu lebih yang menurutnya tarif yang cukup besar.
“Aduh. Sakit banget anjir!” keluh cewek itu seraya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Namun melihat seseorang membuat cewek itu jadi terdiam, ia segera menormalkan ekspresinya menjadi datar, ia melakukannya seperti yang biasa Eden lakukan.
Yuna melenggang pergi begitu saja, ia sudah malas untuk melihat Souma--yang ditabraknya--sedikitpun. Degupan kecil yang dulu sering ia rasakan saat berasama cowok itu sudah hilang entah ke mana, tergantikan dengan sebuah rasa kekecewaan yang amat luar biasa. Ia sudah terlanjur terluka ulah cowok itu. Toh, lagipula Souma tidak akan peduli bukan?
“Yuna tunggu!” tangannya dicekal sehingga ia gagal untuk pergi. Cewek itu menatap malas orang yang ada di hadapannya ini. Souma Prabu Dirgantara.
“Gue mau minta maaf sama lo. Maaf buat lo jadi kecewa,” cowok itu menundukkan kepalanya sebagai bentuk penyesalannya. Namun perlakuan Souma tidak membuat hati Yuna sedikitpun tersentuh, rasa kecewa sudah terlalu banyak menyelimuti hatinya bak awan mendung yang menyelimuti langit. Yuna sudah benar-benar kecewa. Tatapan datar masih setia menghiasi wajahnya itu.
Tak lama Yuna tersenyum tipis, lantas ia tertawa hambar, “Hah? Apa? Maaf?
Lo pikir segampang itu?” lanjutnya, ia kembali tertawa hambar.
“Dulu waktu gue minta maaf, lo maafin gue?” sekakmat! Perkataan itu sukses membuat Souma bungkam seketika.
Omongan Yuna yang terlalu kencang menarik perhatian orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka berkerumun, ada yang mencibir Yuna yang tak kunjung memaafkan Souma. Ada yang memvidio percakapan mereka dan masih banyak lagi. Tapi Yuna tak peduli sampai ia viral pun cewek itu sudah bodo amat.
Yuna langsung pergi begitu saja, ia menyuruh orang yang menghalanginya menyingkir dengan marah-marah.
Ia berhasil keluar dari kerumunan tak penting itu. Mungkin ini adalah cara agar Souma paham bagaimana dirinya dahulu meminta maaf kepadanya namun tak dianggap kehadirannya.
Terima kasih Souma, telah mengajarkan Yuna arti dari tak dianggap.
Mencoba untuk selalu ada tetapi kehadirannya tak dipedulikan.
Terima kasih juga Souma, telah mengajarkan Yuna arti dari terjatuh ke dalam sebuah rasa kecewa yang menyesakkan dada.
Dengan begitu, dia menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya.
Mungkin Yuna sudah diibaratkan layaknya hujan, yang tak pernah lelah jatuh berkali-kali membasahi bumi dengan air. Meskipun ia tahu kehadirannya tak disukai sebagian orang di bumi.
Tetapi, tingkah Souma begitu aneh. Padahal beberapa hari yang lalu Souma seakan tak menganggap kehadirannya dengan tatapan dinginnya yang menusuk. Tapi, ini sungguh lain. Tiba-tiba saja Souma meminta maaf kepadanya tanpa sebuah alasan yang jelas, ia juga masih mengingat bagaimana cowok itu meminta maaf dengan tatapan memohon dan penuh harap.
Kini Yuna sudah tak peduli, kesalahan Souma telah menghancurkan rasa kepercayaan kepadanya. Ia sudah terlanjur kecewa, Yuna sudah lelah. Tak pernah dianggap kehadirannya oleh cowok itu.
Terima kasih Souma, karenanya Yuna menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
To be continued...
***
Yang ingin menghujat Souma, waktu dan tempat dipersilakan😂
Maaf jika puisinya sedikit gaje, lagi iseng-iseng nyoba soalnya😂😅
Aku double up lagi lho guys!😍 gak percaya? Coba cek!😉
Jangan lupa vote dan coment terus cerita ini agar aku semangat ngetiknya;))
See you❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top