2.) Retrouvailles
Chapter 2
Ketika kita bertemu lagi, apakah kau akan sama seperti dulu?
✏
Hari ini Yuna merasa sangat bahagia. Gerry--kakaknya--mengantarnya ke sekolah dengan menggunakan mobil milik Yuna. Gerry pulang ke rumah karena hari ini libur UAS di kampusnya, saat ini kakaknya itu sedang kuliah di ITB (Insitut Teknologi Bandung) jurusan sistem informatika.
Lagu As If it Your last mengalun merdu di dalam mobilnya. Yuna nampak menikmati lagu tersebut. Sedangkan Gerry memutar bolanya malas. Entah sudah kesekian kalinya lagu itu selalu disetel oleh adiknya jika diantar olehnya.
"Kayaknya udah ke-1000 kali lo nyetel lagu itu. Bosen gue." cibir Gerry.
"Yee, gue tuh nyetel lagu ini karena lagi seneng. Seneng diantar sama kakak yang ganteng kayak Sehun EXO." Yuna langsung memegang tangan kiri Gerry dengan manja. Sudah biasa Yuna selalu manja kepada kakaknya dibanding mamahnya. Mamah Yuna---Natasha-- selalu sibuk dengan urusan kantor sehingga jarang menghabiskan waktu dengan anaknya kecuali di hari libur.
Gerry hanya terkekeh pelan, tangan kirinya mulai mengacak-acak rambut Yuna karena gemas. Kali ini Yuna tidak protes sama sekali dengan suara cemprengnya, dia hanya mengerucutkan bibirnya lucu lalu merapihkan rambutnya dengan jari-jari di tangannya.
Tangan Yuna mulai mencubit gemas pipi Gerry. "Duuuhhh pipi kakak gemes banget sih? Tembem kayak Suga BTS tapi ganteng kayak Sehun EXO. Jadi makin seneng deh punya kakak seganteng ini."
"Udah udah sakit geblek! Lo mau kita kecelakaan?" Gerry menggerutu sebal sambil meringis kesakitan menahan cubitan keras dari tangan Yuna. Heran dia, tangan Yuna sangat mungil tetapi ternyata kekuatannya sangat besar.
Bukannya kesal, Yuna malah tertawa. Gerry hanya geleng-geleng kepala. Sudah menjadi kebiasaan, punya saudara pasti selalu bertengkar.
Mobil Yuna mulai memasuki di depan gerbang sekolah Yuna. Omega High School. Yuna mencium tangan Gerry dengan sopan lalu mengucapkan salam dan keluar dari mobil. Mobil mulai pergi menjauhi area gerbang sekolah. Yuna melambaikan tangannya ke arah mobil yang disupir oleh kakaknya dengan senyum khasnya dan dibalas oleh Gerry dengan membunyikan klakson.
Yuna bersyukur, mempunyai keluarga yang begitu menyayanginya.
✏
Di sepanjang koridor Yuna sudah bosan mendengar siswa yang ia lewati membicarakan jika akan ada murid baru di sekolah ini. Katanya murid baru tersebut akan sekelas dengannya yaitu di kelas XII IPA 1, tempat dimana semua siswa berotak jenius ditampung di kelas itu. Yuna tak peduli hal itu, ia tak suka mendengar remahan gosip kayak rengginang yang sepertinya tak cukup penting.
Setelah memasuki kelas Yuna melihat Aria sedang berbicara dengan Keysha di bangku Acha. Yuna mengerutkan dahinya, dimana gadis itu? Biasanya jika dia datang pasti Acha sudah ada di bangkunya yang berada di samping Keysha. Namun Aria malah menduduki bangku Acha.
"Lho, Acha kemana? Kok tumben belum datang?" setelah menanyakan itu Yuna menaruh tasnya di bangkunya lalu mulai duduk. Terpaksa Aria dan Keysha harus menoleh ke belakang.
"Dia izin, neneknya sakit. Jadi dia harus ke Bandung sama keluarganya dan dia tidak masuk untuk sementara waktu. Untuk sementara lo duduk sendirian dulu gak apa-apa kan? Cuma sampai Acha masuk. Keysha gak mau duduk sendiri di depan."
Yuna membulatkan matanya. "Nggak, gue gak mau duduk sendiri!"
Aria memutar bola matanya malas. "Yaelah, cuman bentar doang sampe itu anak masuk lagi kok ya Yun? Please."
"Pokoknya enggak. Kalo kata gue nggak berarti enggak nona Aria Nur Rahmah." bantah Yuna. Jika Yuna sudah memanggil seseorang dengan nama lengkap, maka artinya mereka tidak boleh membantah.
"Selamat pagi anak-anak." suara perempuan yang terkesan monoton membuat siswa langsung kembali duduk di tempatnya masing-masing lalu tak lama kelas pun menjadi hening. Sesaat.
"Ariaa!!!" geram Yuna. Meskipun hanya sekedar bisikan namun Yuna mengatakannya dengan penuh penekanan.
"Udah tanggung. Lo duduk sendiri aja hari ini."
Semua siswa tak terkecuali Yuna menatap siswa laki-laki yang ikut dengan guru wali kelas mereka. Bu Liana, lalu mereka mengangguk. Mereka sudah tak asing dengan siswa tersebut.
Alih-alih semua siswa tahu siapa murid tersebut, Yuna malah bingung. Siapa cowok itu? Ia tidak mengenalnya sama sekali.
"Oke anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Italia. Mungkin ada beberapa dari kalian yang mengenalnya, tapi jika ada yang belum tahu dia akan mengenalkan dirinya. Perkenalkan dirimu nak."
Cowok itu tersenyum manis. Sangat manis. Menawan, mungkin itu satu kata bagi Yuna saat melihat senyuman itu. Para siswa perempuan menjerit histeris bahkan sampai ada yang pingsan karena tidak kuat melihat senyuman cowok itu.
Meskipun Yuna hanya sekedar kagum, ia memutar bola matanya malas. 'Dasar cewek centil.'
"Perkenalkan nama gue Koga Abimana Dewantara. Dewasa menawan tiada tara. Gue pindahan dari Italia. Mungkin kalian udah tahu ya karena gue dulu pernah sekolah di sini waktu kelas 10 sebelum pindah ke Italia. Semoga bagi siswa yang baru kenal sama gue bisa menerima gue di kelas ini. Sekian dan terima kasih."
'Sok ganteng banget sih itu orang.' cibir Yuna dalam hati.
"Silahkan kamu duduk Koga. Pilih bangku kosong sesuai keinginan kamu."
Para siswa perempuan menatap binar senang. Lalu mereka berteriak-teriak. Berharap cowok bernama Koga itu mau duduk sebangku dengan mereka.
"Koga lo duduk di sini aja ya! Jamin deh lo langsung jatuh cinta sama gue."
Yang menarik perhatian seluruh siswa di kelas itu ketika ada seorang siswa yang mengusir temannya karena ingin sebangku dengan Koga. Mereka tahu siapa dia termasuk Yuna. Zara, Zara As Shidiqqi. Cewek keturunan India-Arab-Indonesia itu mengusir Anna dan menyuruhnya untuk duduk di kursi Tasya.
"Hush hush hush hush! Lo duduk aja deh sama Tasya! Gue mau duduk sama Koga!"
Anna mendengus sebal sambil mengucapkan beberapa sumpah serapah dengan mulut komat-kamit seperti dukun yang sedang membaca mantra. Ralat, Anna sebenarnya hanya bergumam saja, mengucapkan sumpah serapah tanpa suara dengan mengabsen penghuni kebun binatang sekalian juga.
Mata Zara berbinar, berharap Koga akan duduk dengannya. Jika iya, Zara merasa jika ia adalah orang yang paling bahagia sejagat raya.
Koga berjalan santai hingga akhirnya ia menjatuhkan bokongnya di kursi. Alih-alih Koga duduk dengan Zara, kalian salah tebak. Cowok itu malah duduk di bangku seseorang. Yang si sebelah cowok itu tersentak kaget.
"Ngapain lo duduk di bangku Aria?" Yuna memelototkan matanya sambil berkacak pinggang.
Alih-alih Koga kesal, justru dia malah santai menaggapinya, "Lo nggak lihat, adik gue duduk di depan lo? Mata lo katarak ya?"
"Adik?" Yuna sudah tak peduli lagi dengan apa yang dikatakan Koga jika matanya mungkin katarak. Dahinya mengerut kentara sekali. Adik? Jadi cowok yang bernama Koga itu adalah kakaknya Aria. Tidak mungkin.
"Yes! Lebih tepatnya gue dan Aria adalah saudara kembar."
"What! Kalian saudara kembar?" bukan hanya Yuna saja yang mengatakan itu atas keterjutannya. Semua siswa yang ada di kelas tersebut juga memekik kaget. Mungkin mereka tahu jika Koga dan Aria adalah saudara. Tetapi mereka tidak tahu jika mereka adalah saudara kembar. Muka keduanya saja tidak mirip, apalagi kelakuannya.
Sonia, Eden, Rachel, dan Koga hanya diam. Sonia tahu akan hal itu dengan Eden. Rachel malas untuk menanggapinya karena menurutnya itu tidak penting, ia cuek saja sambil memutar bola matanya malas dengan hampir semua siswa yang terlalu mengorek kehidupan orang lain. Koga hanya menanggapinya dengan santai.
Jika Aria? Dia hanya meringis, malu. Mungkin mereka tidak akan percaya. Mukanya saja tidak mirip apalagi kelakuannya. Aria yang kalem begitu dengan Koga yang nakalnya naudzubillah? Mereka tidak akan percaya! Dan jujur saja Aria benci untuk mengakui itu jika ia mempunyai kakak yang kadang-kadang kewarasannya ia ragukan.
"Kenapa kalian mengoreksi kehidupan orang lain?" suara insterupsi itu membuat semuanya jadi diam. Mereka mulai merasakan atmosfer menyeramkan dari suara Bu Liana meskipun kata-katanya terasa monoton. Ini lebih menakutkan daripada menonton film horror. Mereka semuanya mulai merinding disko.
Bu Liana tersenyum puas penuh kemenangan ketika para murid didikannya menurut kepadanya. "Baiklah kita lanjutkan pelajaran hari ini..."
Yuna menatap lurus papan di depannya. Ia tak terlalu memerhatikan pelajaran tersebut, tetapi Yuna mencuri-curi pandang cowok yang sekarang berada di sampingnya.
'Gue kayak pernah lihat wajah cowok ini? Tapi siapa?' batin Yuna frustasi. Gara-gara kecelakaan tersebut Yuna mengalami amnesia sehingga ia menjadi lupa siapa teman-temannya yang ia kenal di sekolah.
Sedangkan Koga juga melakukan hal yang sama. Memperhatikan papan tulis tetapi pikirannya entah kemana sekarang. Sekali-kali ia mencuri pandang cewek yang berada di sampingnya. Lalu ia menghela napas.
'Dia sama seperti dulu, namun dia tidak ingat gue sama sekali.'
✏
Pasti kecewa banget ya ketika kita bertemu lagi dengan orang yang dicintai, tetapi dia tidak mengingat kita:'(
Cuma bisa bersabar aja:')
Vote dan coment ya biar aku semangat:')
See you
Salam dari adiknya Lalisa Manoban (hihihi)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top