12. Pyxis
BAGIAN DUA BELAS
Aku adalah orang yang tepat. Kamu kapan nyadarnya?
***
Setelah membelikan boneka, mereka lantas membeli makanan untuk makan bersama di taman nanti. Mereka memilih membeli makanan cepat saji yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat toko boneka tadi.
Motor Ninja Koga berhenti di sebuah restoran yang menyajikan makanan cepat saji. Koga membuka helm lantas turun. Cowok itu keheranan ketika Yuna masih di jok motor tetapi cewek itu sudah membuka helm.
“Lo gak mau turun?” tanya Koga ketika cewek itu masih di jok motor. Ia melihat Yuna merapikan rambutnya yang agak berantakan. Jantungnya jadi berdetak lebih kencang daripada biasanya. Yuna terlihat cantik malam ini meskipun hanya sedikit kegelapan mengelilingi mereka.
Cewek itu menggelengkan kepalanya pelan, “Nggak. Gue tunggu di sini aja. Nitip, ya?”
Koga mengangkat kedua alisnya. Heran. “Kenapa?”
Yuna mendengus kesal, “Nanti kalo dibawa takut ketinggalan di restoran. Kalo gak dibawa takut diambil orang.”
Benar juga. Untung saja boneka yang ia beli berukuran kecil lalu dimasukkan ke dalam paper bag dan dibawa oleh Yuna, jadi ia tak kerepotan membawanya ketika memakai motor seperti saat ini. Koga mengangguk, “Yaudah, lo mau pesan apa?”
“Menunya sama kayak lo aja. Gue, mah ngikut apa mau lo.” Yuna mengambil uang 50 ribu lalu memberikannya pada cowok itu. “Nih, tambahan kalo ada yang kurang.”
Koga menggeleng, “Gak usah. Gue yang traktir. Lagian gue bawa uang banyak kok. Seratus ribu juga gak bakal miskin.”
Cewek itu mencibir kesal. Malam-malam begini cowok itu masih saja tetap sombong tingkat selangit. Dasar memang. Yuna menarik kembali tangannya lalu memasukkan uang 50 ribu ke dalam saku jaket kulit miliknya.
Koga memasuki restoran tersebut lalu memesan 2 burger. Setelah itu ia membawa keluar dan menyusuri Jakarta kembali. Akhirnya mereka sampai di taman yang tak terlalu cukup ramai, namun pemandangannya sangat benar-benar mengagumkan karena ada hiasan lampu kerlap-kerlip di sepanjang jalan taman dan bintang yang sedang bertabur indah di langit.
Mereka berdua memilih kursi panjang untuk duduk. Koga dan Yuna membuka bungkus makanan yang dipesan Koga tadi di restoran lalu memakannya sambil menikmati indahnya taburan bintang yang berkilau di langit malam hari ini.
“Lo suka sama pelajaran astrologi gak?” tanya Koga tiba-tiba memecah keheningan.
Yuna menoleh, “Maksud lo ilmu perbintangan?” Koga mengangguk.
Koga membuang bungkus makanan ke tempat sampah yang berada di sebelahnya. Ia mendongak, tangannya ia senderkan ke kursi lalu kepalanya menyender ke tangan, melihat pemandangan bintang yang cukup indah di malam hari ini. “Rasi bintang apa yang lo sukai?”
Yuna lantas ikut mendongak. “Pyxis, gue suka rasi bintang itu.”
Cowok itu menegakkan kepalanya, lantas ia menoleh kepada cewek yang berada disebelahnya. “Kenapa? Gue kira lo suka sesuatu yang besar ataupun terang, atau mungkin yang paling terkenal seperti Sirius ataupun Orion?”
Yuna terkekeh pelan. “Gue juga suka karena ada alasan kali.”
Cewek itu menatap nanar bintang yang sedang bertaburan indah di langit. “Gue juga suka sama rasi bintang yang lo sebutkan tadi. Tetapi mereka menghilang, dan gue gak suka yang kayak begituan.” lalu ia menghela napas panjang. Entah kenapa dadanya menjadi sesak ketika mengingat ia kehilangan orang yang dicintainya layaknya kedua rasi bintang itu---Sirius dan Orion---.
Dia memang kehilangan orang yang ia cintai. Yang pertama adalah ayahnya, ayahnya mengalami kecelakaan hebat bersama dirinya. Yuna selamat namun kata Natasha ia amnesia atau hilang ingatan dan memang benar ia lupa akan segala hal termasuk teman-temannya dan juga cinta pertamanya. Sejak saat itu dia harus memulai kehidupannya dari nol lagi. Sedangkan ayahnya, dia sudah meninggal karena kecelakaan tersebut.
Kedua ia kehilangan teman kecilnya yang entah kemana. Gara-gara amnesia dia jadi lupa dengan teman saat ia masih kecil. Entah ia sudah bertemu dengan temannya itu hingga dewasa atau tidak sama sekali, yang pasti Yuna sangat merindukan temannya itu.
Kemana dia?
Ya, meskipun Pyxis memang kecil tetapi dia membantu nahkoda ketika ia tersesat di tengah lautan.” sambung Yuna.
“Itu kata temen gue waktu kecil. Sekarang gue gak tahu kemana dia. Gue lupa namanya siapa gara-gara gue amnesia.” ungkap Yuna lirih namun masih terdengar oleh Koga. Terdengar setelah itu Yuna menghela napas.
Koga hanya terdiam mendengarkan ungkapan cewek itu.
‘Gue Yuna. Gue temen kecil lo, yang selalu bersama lo. Gue adalah orang yang tepat. Kapan lo nyadar?’ batin Koga menjerit di dalam hatinya.
Namun di sisi lain Koga juga senang karena Yuna masih mengingat rasi bintang apa yang disukainya.
Entah kenapa kepala Yuna jadi sedikit pusing. Seketika memori masa lalu melintas ke pikirannya secara tiba-tiba.
“Lihat Yuna bintangnya indah banget di langit.” Yuna mendongakkan kepalanya lalu matanya berbinar kagum melihat begitu indahnya bintang pada malam hari ini.
“Katanya ada ilmu perbintangan kayak rasi bintang gitu. Ngomong-ngomong kamu suka rasi bintang apa?” tanya seorang anak lelaki kecil yang menemani Yuna pada malam hari itu.
“Aku suka banget sama rasi bintang Sirius sama Orion. Kata Ayah, Sirius itu rasi bintang yang paling besar dan paling bersinar terang. Sedangkan Orion itu rasi bintang yang cukup terkenal dan juga besar,” ungkap Yuna kecil panjang lebar.
“Kalau kamu suka rasi bintang apa?” tanya Yuna balik.
Koga mendongak. “Aku suka rasi bintang Pyxis.”
“Kenapa kamu suka rasi bintang itu? Rasi bintang Pyxis, kan, ukurannya kecil. Gak kaya Orion, Sirius, dan Aldebaran yang ukurannya jauh lebih besar.” heran Yuna.
“Tapi rasi bintang Pyxis bantu nahkoda yang tersesat di tengah laut. Gak perlu rasi bintang yang ukurannya besar. Meskipun rasi bintang Pyxis ukurannya kecil dan sederhana, tetapi itu sangat berarti bagi nahkoda.” ungkap anak lelaki kecil itu panjang lebar.
“Aku juga suka sama rasi bintang Orion sama Sirius seperti kamu, Yuna. Tetapi mereka cepat menghilang, aku gak suka yang seperti itu. Apalagi kehilangan orang yang kita sayang itu benar-benar sangat menyakitkan.” sambung anak lelaki kecil tersebut lalu menghela napas.
“Kamu juga jangan pergi dan menghilang, ya, kayak Orion dan Sirius. Aku gak mau kamu pergi ninggalin aku.” pinta Yuna. Anak lelaki kecil itu tersenyum tipis lalu mengangguk.
“Aku janji gak akan ninggalin kamu, kok, Yuna.” anak lelaki kecil itu pun menyodorkan jari kelingkingnya. Yuna tersenyum lalu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking anak lelaki kecil tersebut.
“Yuna?” cewek itu tersentak kaget ketika Koga berada di sisinya dengan jarak yang cukup dekat dengannya.
Yuna memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. Ini akibat memori sekilas yang baru saja ia lihat. Masa lalu itu lagi.
Masa lalu antara Yuna dan teman kecilnya itu.
Entah kenapa akhir-akhir ini setelah ia bertemu dengan Koga---murid baru yang tiba-tiba datang secara mendadak seperti dedemit--- memori masa lalu itu terus saja melintasi pikirannya tanpa henti.
Apakah Koga adalah teman kecilnya dulu? Ayolah dewi keponya sedang julit.
“Lo nggak apa-apa?” tanya Koga khawatir. Yuna menggeleng.
Koga mengeluarkan ponselnya lalu ia mengotak-atik benda berbentuk persegi tersebut. Yuna ingin memperhatikan apa yang dilakukan cowok itu tetapi Koga sepertinya tak ingin diganggu. Ia malah memainkan ponselnya ke arah lain agar Yuna tak mengetahui apa yang sedang dilakukannya.
“Lo lagi ngapain, sih?” tanya Yuna penasaran. Ia mencoba melihat apa yang dilakukan cowok itu tetapi Koga selalu menghindarinya. Menyebalkan.
“Kepo! Bukan urusan lo,” setelah itu Koga memeletkan lidahnya jahil kemudian ia kembali fokus dengan ponsel di tangannya. Sementara Yuna mendengus kesal.
Akhirnya Yuna mulai mengambil ponselnya dan membukanya, agar tak terlihat seperti Meghantropus yang terjebak di dunia ajaib.
Yuna membuka Whatsapp lalu ada pesan masuk dari bundanya, Natasha.
Bunda❤
Yuna kamu cepet pulang, ya. Bunda udah sampai di rumah. Kata Anita kamu lagi main sama temen kamu. Cepet pulang, ya, Sayang, ini udah malam.
Oke, Bun👍
Yuna memperhatikan Koga. “Pulang, yuk. Bunda gue udah nyampe di rumah disuruh pulang.”
Koga memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya, ia menoleh kepada cewek yang berada disampingnya lantas mengangguk. “Yuk.”
Mereka berdua lantas pulang, menyusuri kota Jakarta yang masih padat pada malam hari. Akhirnya mereka sampai, Yuna membuka helmnya namun akhirnya cewek itu menyadari jika ternyata cowok itu--Koga--tengah menatap dirinya dengan intens. Cewek itu merasa kepalanya seperti dibolongi karena ditatap seperti itu oleh Koga.
“Lo gak akan kemana-mana 3 hari ke depan?” tanya Koga tiba-tiba setelah beberapa menit yang lalu mereka dilanda keheningan dan hanya ada adegan tatap-tatapan. Yuna mengerutkan dahinya lantas menggelengkan kepalanya. “Gue gak ada rencana mau pergi ke mana untuk 3 hari ke depan. Emangnya kenapa?”
Koga tersenyum sedangkan Yuna jadi ilfeel. Kenapa cowok itu tiba-tiba tersenyum? Dasar gila.
“Lo jangan kemana-mana. Gue ramal bakal ada suatu kejutan 3 hari kedepan.”
“Hah?” tanya Yuna tak mengerti namun cowok itu sudah meninggalkannya di depan rumah. Menyebalkan. Yuna menghentakkan kakinya kesal lalu masuk ke rumahnya. Ia berencana akan menonton drama Korea kesukaannya lalu akan tidur.
***
Tok tok tok!
“Iya sebentar!” teriak Yuna. Ia mengikat rambutnya yang masih berantakan lalu menuju pintu depan rumah dan membukanya. Di dapatinya ada seorang pria yang membawa sesuatu.
“Apa ini benar rumahnya Yuna Shaquila Shakira?” tanya pria tersebut. Yuna mengangguk. “Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa, ya, Mas?” tanya Yuna balik.
“Ini ada kiriman paket untuk Nona Cantik,” pria itu memberikan sesuatu kepada Yuna dan cewek itu menerimanya meskipun masih kebingungan.
Sepertinya pria ini adalah seorang kurir pengirim paket, lalu ia melihat nama jasa ekspedisi pengiriman paket. Ternyata ini adalah jasa ekspedisi yang selalu datang ke rumahnya untuk mengantarkan paket, Yuna memang suka belanja secara online melalui aplikasi lalu diantarkan oleh kurir dari jasa ekspedisi tersebut. Tetapi sumpah demi Tuhan kalau ia sudah lama tidak membeli sesuatu secara online karena ia tidak membutuhkan sesuatu barang hari ini.
“Anu, Mas. Ini paketnya dari siapa, ya?” tanya Yuna, dewi keponya sedang julit lagi. Sedang kambuh.
“Pengirim paketnya gak mau saya kasih tahu identitasnya ke Non. Saya sudah amanah gak akan kasih tahu ke Non.” jawab kurir tersebut.
Yuna menghela napas. Baiklah. “Yaudah, Mas. Makasih, ya, paketnya!” ucapnya.
“Oh, iya, Non! Ini ada surat dari pengirim paketnya, tapi bacanya kalo udah dibuka paketnya, ya. Kalo begitu saya permisi dulu, mau nganterin paket yang lainnya. Permisi.” pamit kurir tersebut membuat Yuna mengangguk. Akhirnya kurir tersebut pergi meninggalkan area rumahnya.
Yuna kembali masuk ke dalam rumah lalu duduk di sofa. Ia mulai membuka paket dari kurir tadi. Cewek itu dikejutkan dengan sebuah bintang banyak berwarna biru yang dibungkus dengan plastik. Yuna menghitung jumlah bintang tersebut dan ternyata ada 100 pcs.
“Banyak bener, 100 pcs.” komen Yuna terheran-heran. Ia mulai membuka surat atas saran dari kurir tadi.
Dear buat yang baca surat ini.
Kalau lo sudah membaca surat ini pasti sudah membuka paketnya, kan, atas saran kurir?
Iya gue kirim paket ini buat lo. Itu adalah glow in the dark. Mungkin gak ada apa-apanya karena bintangnya tak menyala. Tapi bisa menyala kalau sudah malam.
Gue emang sengaja beli ini buat lo karena katanya lo suka sama rasi bintang Pyxis, jadi gue beli buat lo. Lo bisa buat rasi bintang itu di atap kamar lo dan itu akan menyala saat malam hari sebelum tidur.
Selamat mencoba^^...
Koga.
Tbc...
***
1782 kata. Kubuatkan chapter ini sepanjang ini khusus buat kalian muah muah😘😙 (seketika para readers auto muntah).
Ya aku sengaja buat sepanjang ini sebagai ganti karena aku tak update beberapa minggu terakhir. Tapi usahain aku akan percepat cerita ini sampai tamat amiin. Doa'in ya biar aku konsisten nulis terus cerita ini sampai tamat.
Salam dari Yuna untuk kalian❤
Yang cerpen sebentar lagi akan terbit akan aku publish ya teasernya. Siapa tahu kalian jadi penasaran.
Vote and koment biar aku semagat ngetiknya. See you❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top