1.) I Was Jealous
Chapter 1
"Tuhan bantu aku, ternyata dia kekasih sahabatku. Entah apa yang harus kulakukan, hatiku bimbang, jadi tak menentu."--- Dilema by Cherry Belle.
✏
Jam istirahat pertama biasanya koridor agak sepi karena sebagian siswa menghabiskan waktu istirahatnya di kantin, perpustakaan atau tempat yang lainnya. Namun tidak dengan hari ini, terlihat para siswa berkerumun menyaksikan muda-mudi yang sepertinya akan mulai menjalani sebuah hubungan.
Sudah Yuna duga ternyata Souma tidak berbohong. Hari ini, pria itu sedang mengungkapkan perasaannya kepada gadis pujaannya--Sonia-- sambil berlutut dan tangannya menyodorkan sekuntum mawar merah. Hampir semua siswa menyaksikan adegan itu, ada yang memposting foto atau video lalu memostingnya di Insta story atau Whatsapp story. Tak lama dalam waktu singkat berita itu menyebar satu sekolah di Omega High School lalu satu persatu siswa mulai berdatangan ingin menyaksikan kejadian langka tersebut.
"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Souma. Ia sedikit takut jika Sonia menolaknya, pasti ia akan malu.
Pipi Sonia memerah padam saat Souma berlutut dihadapannya sambil menyodorkan sebuket mawar merah yang masih terlihat segar. Mawar merah adalah bunga favoritnya. Dengan malu-malu ia mengangguk lalu mengambil bunga mawar itu.
Tepuk tangan riuh terdengar di koridor tersebut. Yuna hanya bisa menyaksikan itu dengan mengepalkan tangannya sambil menahan air matanya yang sepertinya akan tumpah ruah. Ia tidak boleh menangis, Yuna tidak boleh terlihat lemah. Yuna cemburu. Tidak cemburu berarti tidak cinta, tapi Yuna cemburu karena ia mencintai Souma. Nasib Yuna memang semenyedihkan itu ya?
Aria---sahabat Yuna sekaligus teman sebangkunya-- hanya bisa menatap cemas melihat Yuna seperti ini. Ia bingung harus melakukan apa untuk menangkan gadis yang berada di depannya. Saat ini kedua tangannya meremas rok berwarna hitam yang dikenakannya hingga meninggalkan bekas. Itulah kebiasaan Aria jika sedang merasakan rasa khawatir.
Aria menyentuh pundak Yuna, membuat gadis itu menoleh, "Yuk ke kantin! Katanya lo laper."
Gadis itu menggeleng. "Bentar dulu, lo nggak mau ngucapin selamat ke Souma sahabat kita? Dia berhasil nembak Sonia anak ekskul modelling itu."
Yuna tahu Sonia, dia cukup akrab dengannya. Sonia merupakan anak ekskul modelling yang sebentar lagi akan lengser jabatan mengingat sekarang sudah kelas XII. Dan ternyata sekarang Sonia sekelas dengannya di kelas XII IPA 1, di mana siswa berotak jenius tertanpung di kelas tersebut. Sonia, Eden, Yuna, dan Aria adalah salah satu dari siswa kelas XII IPA 1. Sedangkan Souma berada di kelas XII IPA 2.
Sejujurnya ia agak--- iri. Menurutnya Sonia sangat sempurna dan pantas bersanding dengan Souma, bukan dirinya. Cantik, ramah, multitalenta, pintar, berprestasi, senyumannya sangat manis, anggun. Apa yang kurang bagi Sonia Chandra Maheswari?
Sedangkan dirinya? Pintar, memang Yuna mengakui tentang kepintarannya sangat tinggi di atas rata-rata. IQ Yuna terbilang tinggi bagi anak seusia SMA seperti Yuna. Tapi dia sangat banyak memiliki kekurangan yang ada pada dirinya. Ia tak cukup berbakat, ia hanya berbakat menari dan menyanyi. Dia sedikit tomboi, ia enggan jika disuruh mamahnya memakai dress dan high heels dengan gaya feminim. Yuna lebih suka dengan gaya casual dan selalu setia dengan sepatu sneackers favoritnya.
Aria jadi semakin cemas. Kenapa jika itu akan membuat hatinya bertambah sakit, lantas mengapa Yuna harus melakukan itu? Memberi ucapan selamat pada orang yang dicintainya. Seharusnya lebih baik menghindar saja.
Yuna berjalan santai lalu tersenyum manis seperti biasa. Eye smile-nya terlihat begitu manis. Tak terlihat raut cemburu ataupun sedih sama sekali. "Akhirnya sahabat gue gak jomlo lagi. Selamat ya sob!"
Aria, Souma, Sonia begitu tertohok. Reaksi Yuna meleset dari prediksi mereka. Mereka kira Yuna akan sedih. Namun ternyata Yuna seperti terlihat baik-baik saja. Tak ada tatapan terluka, kecewa, ataupun sedih.
Mereka bertiga berdehem kikuk. Tidak peduli jika mereka berdehem secara bersamaan. Souma mencoba tersenyum. "Makanya lo juga punya pacar kayak gue sama Aria. Nanti lo bisa pamer deh!" imbuhnya.
Yuna meringis."Iya. Gue ke kantin dulu ya? Ar, ayo cepetan gue laper nih pengen makan!"
Karena Aria hanya diam saja sambil melongo seperti orang bodoh, Yuna malah langsung pergi. Setelah dirasa cukup jauh dari tempat tersebut, setetes air mata jatuh di pipi mulusnya. Dengan kasar Yuna menghapusnya hingga tak berjejak.
"Lo harus kuat! Lo gak boleh lemah! Strong Yuna! Fighting!" gumam Yuna menyemangati dirinya.
Ia yakin dengan menyembunyikan masalah semuanya akan baik-baik saja.
✏
Aria melongo tidak percaya ketika Yuna menghabiskan 1 porsi nasi goreng, 2 porsi baso dengan ukuran jumbo, dan 3 porsi mie ayam yang menjadi makanan favorit Yuna jika sedang di kantin. Ditambah lagi Aria bergidik ngeri ketika melihat ketiga makanan tersebut berwarna merah sekali. Pasti rasanya pedas. Menurut Aria ini tidak lazim sekaligus khawatir, mengingat Yuna punya penyakit maag. Aria jadi merinding disko melihat makanan itu tandas dimakan oleh Yuna dalam waktu singkat, Yuna memakannya dengan rakus seolah-olah tidak diberi makan beberapa hari. Dia terlihat sehat-sehat saja.
Sedangkan Yuna hanya santai setelah memakan semua yang ia pesan. Kini ia sedang meminum Pop Ice rasa coklat sebagai penutup acara makan siangnya hari ini.
"Gila ya lo habisin makanan ini semua. Lo nggak takut entar dimarahin nyokap? Nanti gue malah dimarahin gara-gara nggak jaga lo!" geram Aria.
"Lah, kenapa gue harus takut? Kan lo yang bakal dimarahin nyokap gue. Bukan gue." tanggap Yuna santai. Aria dibuat geram bukan main.
Dia tahu, Yuna melakukan itu sebagai bentuk pelampiasan. Ia akan menghabiskan makanan dengan porsi banyak ataupun yang ekstrim untuk melampiaskan masalah yang harus dihadapinya. Aria sudah tahu perihal tabiat Yuna sejak 3 tahun mereka berteman.
Dulu, Yuna sedang bertengkar dengan Gerry--kakak sulungnya yang saat ini sedang kuliah di New York-- entah karena apa. Lalu Yuna mengajak Aria ketemuan di kafe yang menjual es krim. Bukannya Yuna curhat ke Aria, malah Aria yang jadi menonton, menyaksikan Yuna menghabiskan 20 porsi es krim rasa coklat. Aria langsung mengantar Yuna pulang ke rumahnya, tak lama Yuna demam karena terlalu banyak makan es krim. Gerry mengatakan jika mereka sedang bertengkar dan Yuna selalu melampiaskan dengan memakan makanan dengan porsi banyak atau yang ekstrim untuk melampiaskan segala kekesalannya. Lalu Gerry segera meminta maaf kepada Yuna. Sejak saat itu Aria akan langsung cepat tanggap, jika Yuna makan sebanyak itu atau makan yang tidak lazim, itu hanya bentuk pelampiasan semata.
"Udah ah gue mau beli siomay." Yuna mulai beranjak namun tangannya dicekal oleh Aria.
"Jangan bilang kalo siomay-nya mau ekstra pedas?" tegas Aria. Ia harus melaksanakan amanah mamah-nya Yuna untuk menjaga putri keduanya tersebut. Yuna sangat keras kepala sekaligus bodoh dalam kelakuan.
Tangan Aria dilepas oleh Yuna lalu gadis itu melenggang pergi dengan santainya menuju stan yang menjual siomay. Sedangkan Aria menggerutu sebal.
"Yuna!!"
✏
Tbc
Meskipun Yuna pintar dalam akademik namun ternyata Yuna sangat bodoh dalam kelakuan. Well ini mirip banget sama sikap aku.
Vote and coment karena itu adalah penyemangatku.
See you...:)
Salam dari adiknya Lalisa Manoban (hihihi)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top