Idol - Midorima Shintaro x Reader
"Ehh, kau juga bisa sakit Shin-chan? HAHAHAHAHA!!!"
Alih-alih merasa sedih dan khawatir ketika melihat temannya berbaring tak berdaya, Takao malah tertawa terpingkal-pingkal seperti sedang menonton acara lawak. Bagi Takao, momen Midorima Shintaro yang tengah sakit saat ini merupakan fenomena unik. Sebab, sebelumnya ia tak pernah melihat ini.
"Jangan berisik. Ambil barangmu lalu angkat kaki dari sini," jawab si cowok berambut hijau dengan suara yang pelan dan serak. Dia menarik selimut hingga menutupi seluruh wajah, lalu mencoba tidur kembali karena pengaruh obatnya sangat kuat.
Takao tak menggubris Midorima, cowok itu malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar karena dekorasinya sudah berubah sejak terakhir kali ia berkunjung. Walaupun berteman lama, tapi ia jarang sekali ke sini. Midorima tak ingin privasinya diganggu.
Seketika bola mata Takao ingin meloncat keluar saat melihat kalender di pojok kanan ruangan.
"SAKURASHIMA (NAME)???"
"O-oi! Kenapa kau belum pulang???" Midorima yang tadinya ingin tidur lagi juga turut terlonjak kaget saat mendengar nama itu disebut. Itu adalah cewek anggota idol group yang diam-diam Midorima sukai!
Saus tartar!, umpatnya dalam batin.
Takao segera menghampiri kalender itu untuk memastikan. Midorima yang tengah dalam kondisi lemah tak sanggup untuk mencegah dan berkata-kata. Sebelum sempat membela diri dengan segala fafifu wasweswos-nya, Takao sudah terlebih dahulu menginterogasi Midorima.
"Tak salah lagi, itu benar-benar Sakurashima (Name)! Jadi, selama ini kau itu menyukai idol, Shin-chan? Dan cewek itu oshi kamu?"
"Jangan bicara sembarangan! Itu hanya-"
"Sudahlah, tidak usah banyak alasan, Shin-chan." Pastilah Midorima akan berkilah kalau kalender itu hanya benda keberuntungan yang disarankan acara ramalan zodiak. "Ah! Aku juga baru ingat kalau pernah melihat akunmu menyukai postingan (Name) di Twitter."
Wajah Midorima pucat Midorima jadi memerah. Rasa malu dan marah bercampur aduk jadi satu. Selama ini, sebisa mungkin ia simpan rapat-rapat identitasnya sebagai pecinta idol. Sekarang ia sudah tertangkap basah dan yakin sekali ini akan menyebar ke mana-mana.
"Sialan kau Takao! Apa mengusik privasi orang itu tindakan yang sopan? Harusnya sedari awal aku tak mengizinkanmu-nanodayo."
Meski cara bicara Midorima memang selalu sinis, tetapi Takao peka kalau sosok yang ia hadapi sekarang ini benar-benar murka. Takao pun jadi merasa bersalah.
"Tenang, tenang, santai saja, aku tidak akan mengumbarnya ke siapapun. Lagi pula, bukannya hal yang wajar kalau menyukai lawan jenis?"
Memang benar! Menyukai lawan jenis adalah hal yang wajar, terlebih di usia remaja 17 tahun seperti mereka karena sedang mengalami pubertas. Tapi tetap saja, Midorima tak mau diketahui sebagai pecinta idol karena baginya itu aib, sangat memalukan untuk diumbar.
"Terserah apa katamu Takao. Sekarang pulanglah karena aku ingin istirahat," usir Midorima sekali lagi.
"Jangan marah dong." Takao menghampiri ranjang Midorima, lalu mendudukkan diri di sana.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku menelpon (Name) khusus untukmu? Kau pasti ingin sekali bicara dengannya, kan?"
"J-jangan bicara omong kosong! Bukannya untuk mengobrol ada event-nya? Di luar itu berarti ilegal, dan bagaimana kau bisa mendapatkan nomor ponselnya-nodayo???"
"Apa kau ingat alasan aku absen dua hari saat latihan musim panas?" Bukannya menjawab, pertanyaan Midorima malah ditimpal dengan pertanyaan lain.
Iris hijau milik Midorima memutar karena berpikir keras. "Itu ... kalau tidak salah, bibimu menikah di Nagoya?"
"Ya! Dan suaminya dari keluarga Sakurashima! Kakaknya (Name)!"
"Berarti ...."
"Menghubungi (Name) bukan tindakan ilegal."
✨⭐✨
Takao mengacak rambutnya, dua kali teleponnya belum diangkat gadis itu. Midorima berkata tidak usah mencoba lagi karena (Name) mungkin sedang sibuk. Dirinya juga belum mendapat keberanian untuk bicara dengan gadis itu lagi setelah dua tahun lamanya.
Akhirnya, di percobaan ketiga, (Name) akhirnya menjawab.
"Hai, Takao-kun. Ada apa?"
Suara itu ....
Suara yang lembut sekaligus lucu di saat bersamaan. Suara itulah yang selalu Midorima gunakan sebagai pengantar ke alam penuh impian. Setelah dua tahun lamanya, ia berkesempatan lagi berbicara dengan si empu suara.
"Apa kau sibuk?"
"Tidak kok! Maaf ya karena baru kuangkat, tadi aku lagi cuci baju. Ada apa?"
"Tak masalah. Sebenarnya bukan aku yang perlu denganmu, tapi ...."
Jantung Midorima berdegup tiga kali lebih cepat dari biasanya.
"Tapi?"
"Tapi ada temanku yang juga penggemarmu sedang sakit parah! Parah sekali! Dia lemah tak berdaya dan benar-benar tak ada harapan hidu-"
BUGH!
Bogem mentah yang cukup keras menghantam punggung Takao, rasanya sakit dan intensitas pukulannya terlalu brutal untuk ukuran orang sakit. Takao berteriak hingga membuat gadis di Nagoya sana kalang kabut.
"-HUAAAA tolong aku (Name)-chan!!!"
"A-apa? Apa yang bisa aku lakukan untuknya? Kenapa tak dibawa ke dokter??? Astagaaa."
"Katanya obatnya cuma kamu!"
Midorima merampas telpon di genggaman Takao. "D-dengar, jangan percaya segala omong kosongnya Takao-nanodayo."
Nanodayo?
(Name) tahu! Tidak salah lagi, satu-satunya pemilik suara dan yang suka menambahkan logat-logat aneh seperti itu adalah teman sekelasnya saat mengenyam pendidikan di SMP Teiko.
"Midorima-san, ternyata penggemarku itu kau ya? Apa kabar? Ya ampun, sudah lama sekali tak menyapa."
Mata (Name) berkaca-kaca saat mengatakannya, ternyata cowok yang pernah dan bahkan sampai detik ini ia kagumi juga mengaguminya. Sudah berkali-kali (Name) mencoba menghapus perasaannya karena ia sudah pesimis. Midorima pernah berkata kalau ia tidak menyukai idol karena mereka selalu mengatakan kebohongan yang manis hanya demi uang.
Karena menjadi idol adalah impiannya sejak kecil, maka (Name) lebih memilih mewujudkannya daripada mengikuti standar Midorima. (Name) lolos audisi sebagai trainee saat kelas 2 SMP, dia pun pindah ke Nagoya dan tak pernah lagi bertemu cowok itu. Tatkala (Name) merasa rindu, ia hanya sekadar stalking sosial media.
Sekarang, (Name) sudah menjadi member inti yang namanya cukup populer. Meski ada banyak fans yang mencoba mengetuk pintu hatinya, tapi percuma saja kalau kuncinya masih dibawa oleh Midorima.
"Kabarku baik tapi aku bukan penggemarmu."
Ya, Midorima tetaplah Midorima. Meski sedang berinteraksi dengan cewek yang ia sukai, sikapnya tak pernah berubah.
Ah, ralat, ada yang berubah: bicaranya lebih lembut dibanding dengan orang lain. Takao juga sadar akan hal ini. Sedari tadi cowok itu tersenyum-senyum dengan interaksi mereka.
"Hahh, ternyata kau masih tsundere juga. Tak apa, walau kau penggemarku atau bukan, tapi semoga kau cepat sembuh biar bisa main basket lagi. Kunci kemenangan Shutoku kan ada di tanganmu. Istirahat yang cukup dan perbanyak minum air putih."
Muncul rona kemerahan di pipi sampai ke telinga karena Midorima sangat salah tingkah.
"Terima kasih, walau aku tahu kau pasti mengatakan hal serupa pada semua penggemarmu yang sakit."
"Kau cemburu, ya?" goda (Name).
"Hah? Cih, tidak mungkin."
"BAHKAN DIA MEMAJANG KALENDER GAMBAR DIRIMU!!!" timpal Takao. Dengan secepat kilat cowok itu menjauh agar tak dipukul Midorima untuk kedua kali.
"Begitu, ya? Hmm, padahal harga kalender itu mahal, lho. Apa kau nyolong uang Ibumu?"
"Enak saja, aku bukan pencuri! Aku sempat menang Olimpiade Sains-nodayo!"
"Umm, aku cuma bercanda kok! Lagi pula dari dulu kau memang selalu keren Midorima-san, dan kutegaskan kalau ini bukan kebohongan."
Midorima hanya membisu, tak mampu membalas lagi. Entah mengapa otaknya mendadak jadi malfungsi begini.
Padahal itu ulah ribuan kupu-kupu yang saat ini singgah dalam dirinya, kemudian menghisap segala kepintaran dan kewarasannya.
Saat melihat ponsel khusus kerja (Name) berdering, (Name) terpaksa mengakhiri panggilan ini walau sebenarnya ingin bicara lebih lama.
"Apa kau tahu harga dari satu menit fanmeet? Kau punya hutang denganku, Midorima-san. Lunasi dengan beli kaos spesial ulang tahunku bulan depan, ya! Hehehe."
"Aku sudah lama menyiapkannya-nanodayo."
Sial! Midorima menggigit bibirnya, bukan ini jawaban yang seharusnya keluar!
Sementara Takao masih tertawa tanpa henti.
"Bagus! Lain kali, berinteraksi dengan legal, ya. Bye, bye! Chuu~"
Alih-alih jadi sembuh, kecupan virtual itu membuat Midorima jadi tidak waras. Awas saja kau (Name).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top