Bab 7

Beberapa hari usai hukuman dari bang Dio berakhir, Andira sengaja mengumpulkan teman-temannya di studio mereka. Tempat itu berada tidak jauh dari rumah Andira. Dengan berjalan kakipun dia hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai. Namun memang dasar anak modern jaman sekarang, mager adalah segalanya. Dia melajukan motor maticnya dengan santai, menyumbang lebih banyak polusi di kota metropolitan itu.

Pertemuan kali ini sengaja mereka lakukan untuk membahas project mereka berikutnya. Pencapaian channel mereka yang melebihi ekspektasi itu membuat mereka harus berpikirkan ratusan kali untuk menyusun rencana pembuatan konten yang bagus berikutnya. Mereka tidak boleh menyia-nyiakan keberuntungan mereka ini. Sebisa mungkin konten berikutnya juga akan ditonton jutaan orang seperti konten kemarin.

"Kasus Farid sangat membantu sekali. Tapi kenapa mereka belum juga menghubungi? Apa konten kami masih kurang dilirik ya," gumam Andira dalam hati.

"Ayolah kak, aku bakal bantu, tapi bantu aku terlebih dahulu," sahut Farid. Spontan Andira menengok ke kiri dan kanannya namun kosong. Ia memejamkan mata sejenak lalu menghembuskannya dengan berat.

***

Jam menunjukkan pukul enam sore, Arka sudah dari tadi menunggu Andira, namun gadis itu belum juga nampak batang hidungnya.
Sementaa Joshua sedang sakit dan Ben hari ini dia tidak bisa datang karena ada acara keluarga.

"Kriyeett..." suara pintu terbuka langsung menyita perhatian Arka.

"Nah baru juga nongol. Lama amat sih, Neng?"

"Hehehe, maaf. Ada apaan sih buru-buru amat? Lagian kan baru juga telat lima belas menit."

"Lihat ini," kata Arka sambil menarik Andira mendekat ke layar laptop di depan mereka.

Sedari tadi Arka memang sedang mengotak atik channel sambil membaca komentar dari netizen. Berulang kali mengumpat dan kadang tersenyum dengan segala isi komentar yang berbeda. Ada satu pesan baru tersemat di sana. Pesan itu menarik perhatian Arka, selain karena pesannya sangat aneh, isinya pun sangat menyudutkan.

'Aku tahu siapa pembunuh jasad yang kalian temukan itu,' tulis salah satu akun bernama anonimus. Jam pengirimannya pun baru lima menit yang lalu.

"Siapa memangnya? Kalau ga tau jangan sok tahu, ini forum bisa dilihat jutaan orang." Karena penasaran lelaki berkaus putih bergambar bola itu membalas komentar.

'Aku tahu, dia adalah orang spesial bagi si anak, dan dia ada di sekitar kalian,' balas akun asing itu cepat. Kata-kata di sekitar kalian membuat Andira memincingkan mata.

'Apa-apaan orang ini, sok tahu ada batasnya. Tapi orang ini begitu percaya diri,' gumam Arka dalam hati, ada rasa ingin mempercayai namun tidak ada alasan untuk mempercayai orang yang bahkan tidak menuliskan nama aslinya di forum komentar.

'Dia juga sering menyiksa bocah laki-laki itu. Aku tahu semuanya. Kalian bodoh, sama sekali tidak bisa menebak siapa pembunuhnya" ketiknya lagi.

"Spam itu Ka, gak usah di gubris," sambung Andira. Dia tidak bisa begitu saja percaya dengan akun bodong ini. Di dunia maya banyak orang yang menyebar hoax, berita yang mengada-ada untuk mencari keuntungan sendiri.

"Hoax kali Ka," ledek Andira, ketegangan mulai mencair, mereka tidak lagi menganggap pesan itu penting karena memang tidak penting bagi mereka.

'Kalian tidak mempercayai aku? Aku punya buktinya.' begitulah pesan terakhir dari akun itu.

"Udah biarin aja, ga usah dibales lagi. Bukankah kita udah mutusin buat stop ngurusi mayat lagi."

"Lo bener, Dir." Arka tidak lagi menanggapi akun aneh itu. Dia mencoba mengedit beberapa video yang sudah mereka ambil dahulu, sebelum video viral kemarin.

PRANG GDUBRAK

Suara benda jatuh sangat keras mengejutkan kedua orang itu. Suaranya seperti sebuah kardus besar jatuh dari atas almari. Suara yang begitu keras hingga mereka tidak mungkin melupakannya begitu saja. Mereka segera mengecek ke arah sumber suara itu berasal. Nihil di sana sama sekali tidak ada apapun yang terjatuh. Benda-benda masih tersusun rapi sesuai tempatnya.

Andira dan Arka berpandangan bingung saling bertanya melalui bahasa isyarat mata dan raut wajah kebingungan. Sebuah tanda tanya besar mengusih mereka.

"Suara tadi itu nyata, gue yakin sekali bahkan Arka juga mendengarnya. Lalu suara apa itu?" ujar Andira dalam hati.

Matanya masih menyapu setiap jengkal ruangan. Dia masih mencoba mencari logika yang tepat untuk kejanggalan yang baru saja terjadi.

TOK TOK TOK

Lagi-lagi sebuah suara asing. Andira dan Arka hanya berdua tentu mereka bisa mendengar dengab jelas suara sekecil apapun di studio ini. Kali ini suara ketukan jendela. Di ruangan itu hanya ada sepasang jendela di sebelah timur dekat dengan pintu masuk.

"Mungkin Ben datang," kata Arka. Padahal dia sendiri yakin jika itu bukanlah Ben. Iseng sekali Ben mengetuk jendela padahal dia bisa masuk dengan mudah melalui pintu.

"Kita cek bersama." Andira berjalan di depan sementara Arka mengekor di belakangnya sambil gemetaran.

"Na, gak lucu deh candaan lo. Cepetan keluar." Berkali-kali kedua orang itu berusaha mendapat perhatian dari sosok yang mereka maksud. Tapi tidak ada jawaban.

TAk TAK TAK

Kembali terdengar suara orang sedang mengetik keyboard namun sama sekali tidak ada wujudnya. Arka lari keluar meninggalkan Andira seorang diri.

"Cih, apaan sih ninggalin gue. Dasar penakut," dengan susah payah Andira berhasil mengejar Arka.

"Situ juga penakut."

"Gue gak, hei apa maksud lo?"

"Guys apa-apaan ini, siapa yang takut dengan siapa?" Gadis berambut sepunggung yang diikat ekor kuda itu enyah dari mana sudah berada di belakang Andira dan Arka.

Mereka berdua menceritakan kejadian janggal yang mereka alami pada Dinda di studio dan alasan mereka bisa sampai di sini.

"Oke, mari kita cek lagi," kata Dinda.

Saat memasuki ruangannya Dinda langsung tahu apa yang sedang terjadi. Memang dari semalam arwah itu terus mengganggunya juga, tetapi dia tidak menyangka akan sampai seperti ini. Di sudut runagan sosok berdiri dengan sosoknya yang masih membuat Andira tidak nyaman. Dia menunjuk ke layar laptop yang menyala di tengah ruangan.

"Wow, kok bisa kek kapal pecah gini sih," cerocos Dinda. Ruangan itu tampak sangat berantakan, seperti baru saja ada maling yang mengobrak abrik seluruh tempat guna menjarah apapun barang berharga di sana.

"Guys sepertinya dia masih belum tenang. Kalian tahu, dia tampaknya ingin kita segera menyelidiki kasus kematiannya."

"Gak mau." Dinda dengan kekeh menolak  permintaan yang menurutnya konyol itu. "Ada polisi kan yang bakal menyelidiki semuanya, buat apa sih repot-repot lagi."

"Gue juga menolak," tambah Arka.

Andira paham apa yang teman-temannya pikirkan. Sebenarnya dirinya juga sudah berulang kali menolak permintaan Farid. Selain berbahaya, mereka juga belum pernah menyelidiki apapun sebelumnya. Mereka juga bukan detektif yang dengan mudah memecahkan kasus.

Beberapa hari berlalu Dia masih sering mengganggu kerja Andira dan timnya, namun Andira dan tim terlalu disibukkan dengan pencapaian mereka sehingga tidak begitu memperdulikaan apa yang hantu itu lakukan.

Mereka tidak menyangka video mereka viral dan ditonton jutaan orang dalam beberapa hari. Meskipun hatters mulai bermunculan, kritikan pun menjadi hal yang tidak asing di akun medsos mereka.

Ada satu akun anonimus yang ternyata selalu menyudutkan mereka setiap hari. Akun yang sama yang kemarin berurusan dengan Arka. Kali ini akun itu meneror akun medsos pribadi masing-masing kru. Menurut Andira akun itu sangat meresahkan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top