Bab 6

Garis kuning sudah dibentangkan sejak satu jam yang lalu melingkar di antara semak belukar. Polisi dan wartawan segera memenuhi tempat ditemukannya jasad tak bernama. Bang Dio, Joshua dan rekan Andira yang lain berdiri tak jauh dari sana. Andira pun duduk di antara onggokan batu, dia masih syok dengan apa yang ada di depannya.

Jasad itu nampak sangat mengenaskan, sudah membusuk, tidak lengkap dan hanya dimasukkan kedalam kantong plastik lalu disimpan di koper sempit. Tidak hanya itu si pembunuh tega membuangnya di tempat yang sangat sulit dijangkau seperti ini. Tampak beberapa polisi segera membawa jasad untuk diotopsi.

"Hah, Kok kalian senekat ini sih?" Nampak nada tinggi di suara kakak Andira itu, dia marah sekaligus cemas dengan sang adik. "Ini kan tugas polisi."

"Tapi bang, polisi sama sekali tidak tahu menahu tentang kasus ini kan? Mau sampai kapan jasad itu di sana? Sampai jadi tulang atau sampai hilang tak bersisa? Itu sama halnya menganggap anak itu tidak pernah ada di dunia ini. Membiarkan sang pembunuh bebas begitu saja." cerocos vlogger itu tidak terima si abang memarahinya.

"Tapi kan bahaya, Dir? Gimana kalau si pembunuh mengincar lo."Raut kekhawatiran tergambar jelas di wajah sang kakak.

"Tapi kan gue punya bang Dio. Si polisi super kompeten yang gue kenal di sisi gue." Kata-kata Andira ini membuat mata Dio terbelalak. Bisa-bisanya adiknya ini mengatakan hal yang membuatnya bersemu seperti ini.

"Ya Tuhan, Adek gue manis banget sih. Tapi tetap saja, tidak boleh keluar rumah selama seminggu. Gak ada buat konten-kontenan lagi. Segala kebutuhan lo, biar abang yang urus."

"Yaah, ga gitu juga bang. Sehari aja ya, ya, ya. Tiga hari kalau begitu," rengek Andira.

Ben, Arka, dan Joshua juga mencoba membujuk bang Dio. Mereka menceritakan teror yang sudah hantu itu lakukan beberapa hari terakhir sampai akhirnya mereka mau tidak mau memutuskan untuk membantu. Lalu fakta lain bahwa ternyata jasad itu benar adalah jasad hantu yang meneror mereka menambah keinginan mereka untuk membantu.

"Hah," hela lelaki itu panjang, "hanya kali ini abang maafkan. Sebentar lagi para polisi itu akan memintai kalian keterangan. Jawab sejujur-jujurnya abang akan membantu kalian sebisa abang."

"Yey, bang Dio terbaik." Keempat orang itu langsung memeluk Dio dengan erat hingga lelaki itu merasa risih dengan tingkah konyol orang-orang dewasa yang fisiknya saja gede, aslinya masih kekanakan.

Bang Dio juga ikut mengantarkan adik dan teman-temannya ke kepolisian terdekat. Ben terlihat gemetar, dia tidak menyangka jika dirinya juga harus ikut ke kantor polisi. Ben memang tidak suka polisi, entah mengapa ada rasa takut jika harus berhadapan dengan mereka. Joshua, Arka dan Andira nampak tenang meski terbesit dipikiran mereka jika polisi akan menjadikan mereka tersangka.

"Sst, Dir. Gimana kalau kita ditangkep?" bisik Arka.

"Gak akan. Ada bang Dio di sini. Semua akan baik-baik saja." Andira sendiri sebenarnya merasa takut,  apa polisi akan percaya perkataan mereka. Mereka menemukan jasad atas petunjuk si hantu, itu kan ga logis sama sekali.

"Gimana bang? Apa mereka percaya?" tanya Andira penasaran. Tadi bang Dirga terlihat masuk terlebih dahulu dan berbincang pada kepala reserse kriminal di sini.

"Kalian setelah ini ikut pak polisi itu ke kepolisian. Mereka butuh beberapa keterangan dari kalian. Untung saja polisi yang bertugas adalah kawan abang jadi nanti tidak akan lama. Kalian hanya perlu menjawab pertanyaan mereka."

Polisi mulai meminta keterangan dari Andira dan kawan-kawan. Mereka menjawab seluruh pertanyaan dengan sangat hati-hati. Keberuntungan memang berpihak pada mereka. Polisi-polisi itu percaya semua kata-kata mereka dan mulai menyelidiki. Kelima orang itu hanya diminta sebagai saksi tidak lebih. Kepolisianpun juga merasa sangat tertolong dengan penemuan jenazah ini.

Polisi memperkirakan jasad anak itu sudah meninggal satu bulan yang lalu. Hasil otopsi juga menyebutkan jika jasad itu meninggal setelah mendapat kekerasan fisik dan seksual. Dia meninggal dengan luka sayatan di leher.

Dengan berbekal keterangan dari kru vlogger misteri itu, sangat memudahkan polisi untuk mencari identitas korban. Meski sekarang masih belum diketahui pasti identitas korban.

Urusan dengan polisi tidak begitu panjang karena kakaknya sudah paham betul dengan kemampuan adiknya itu, Andira sering memberi petunjuk yang pada awalnya menurut Dio random, tetapi tepat sasaran pada kasus miliknya. Setelah urusan dengan polisi selesai, tim kembali ke Jakarta, sungguh perjalanan yang melelahkan.

Tiga hari hukuman dari bang Dio berlalu. Akhirnya Andira sudah bisa menggunakan ponselnya lagi. Begitu banyak notifikasi di sana. Panggilan tak terjawab dari Arka sudah hampir lima puluh panggilan.

"Hallo, Ka. Sorry ponsel gue disita bang Dio jadi gue ...."

"Dir, liat berita sekarang juga," sambung Arka dari ujung telepon sana. Andira bergegas menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi yang ada di sana.

Karena dihukum kurung kamar oleh abangnya, Andira sama sekali tidak punya kesempatan untuk melihat televisi.

Ternyata konten penemuan yang mereka tayangkan secara live di channel mereka meledak. Seluruh stasiun televisi memberitakan konten mereka, hingga viral.

"Cek subscriber kita. Gila banget."

Andira pun dengan sigap melihat akun youtubenya. Ternyata subscriber mereka bertambah sangat pesat. Video mereka juga sudah ditonton jutaan orang. Respon datang dari segala kalangan. Konten Andira menjadi viral. Berhari-hari menjadi trending topik.

Selain pujian dan ungkapan terima kasih yang mereka terima, mulai muncul juga kontra penemuan jasad, banyak yang berspekulasi jika semua hanya setingan.

'Ini semua cuma settingan guys lihat kameranya.'

"Ih, sok tau banget sih. Ga tau apa kami susah payah nemuinnya. Asal jeplak aja tuh tangan." Mulut Andira tidak henti-hentinya mengomentari semua komentar buruk yang bersarang manis di akun youtubenya.

'Bagaimana mungkin hantu bisa menunjukkan sendiri tempatnya mati? Itu gak logis,' tulis akun yang lain.

"Hello, mungkin saja dong. Ga percayaan banget sih. Situ mau gue jadiin indigo juga," kata Andira.

"Ngapain ngomel terus? Gila ya?"

"Abang tidak tahu menahu dan datang-datang hanya ngatain adeknya sendiri gila. Dasar Abang,"gerutu gadia berpiama pink itu sewot. "Sst, abang gangguin aja. Ini nih, para hatters gak tau diri. Mulutnya pada gampang bener ngatain orang,"

"Tangan kali, Ra." Bang Dio menjatuhkan diri ke sofa di samping Andira. Lelaki itu baru saja pulang dari tugas lapangan yang menguras tenaga. Bulir keringat membasahi seluruh bajunya.

"Yah apalah sama aja." Mata Andira tetap fokus ke layar ponselnya. "Ih, bang Dio bau, mandi sono."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top