Bab 17
“Hei nak, apa kau bisa menebak berapa usiaku?” kata seorang bapak memulai pembicaraan, setelah hening selama beberapa jam.
Lelaki itu berpenampilan sedikit menyeramkan dengan janggut panjang memutih menjuntai hingga ke dada. Ia juga mengenakan pakaian serba hitam, di depannya ada tungku kecil dengan bunga tujuh rupa mengelilinginya.
Akhirnya dia mengatakan sesuatu setelah membuat Arka merasa kikuk. Lelaki itu sampai bingung harus melakukan apa di samping orang yang mengaku dirinya seorang yang memiliki ilmu kanuragan yang hebat. Mengajak ngobrol pun tidak digubris juga.
“Emm, mungkin sekitar 40 atau 46 tahun. Apa aku benar?” jawab Arka sambil berfikir lumayan keras. Dia melihat kembali penampilan sang dukun. Memang dia mengenakan baju dan atribut jawa kuno namun wajahnya tidak setua penampilannya menurut Arka.
“Kau salah. Kau tahu usiaku sekarang sudah lebih dari 50 tahun. Kau tahu apa artinya itu?” mata sang dukun menerawang jauh ke arah gelapnya langit di atas sana.
“Tidak, Mbah. Memangnya apa artinya?" tanya Arka. Mendengar kata-kata pelanggannya, sang dukun malah tertawa.
"Itu artinya, aku sudah menguasai ilmu yang sangat banyak. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Aku bisa urus semuanya. Mau Farid atau Andira, akan aku urus asal fulusnya lancar," ujarnya.
“Tentu saja, Mbah,” wajah Arka sedikit cemberut namun sepersekian detik kemudian dia memberikan sebendel uang.
"Bagus bagus bagus. Kau cukup tunggu saja di rumah."
"Terima kasih banyak, Mbah."
Seringai mengerikan terlihat dari wajah polos Arka. Dia tidak benar-benar dalam mode baik sekarang. Saat ini lelaki itu menaruh kebencian dan dendam pada Farid. Dia masih belum bisa memaafkan tindakan bocah hantu itu yang mencelakai kedua rekannya. Dia juga tidak senang dengan Andira yang selalu membela Farid.
Arka berniat mencelakai dan melenyapkan arwah Farid selama-lamanya. Bukan mencelakai yang sampai melenyapkan nyawa, dia hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada Farid agar bocah ada@ itu merasakan hal yang dia rasakan sekarang.
***
Dio dan Hans dibuat terpana dengan penampilan Andira. Gadis itu nampak mengenakan celana hitam panjang dengan kaos oblong dan jaket pria ditambah wajahnya yang super tampan dengan rambut pendeknya membuat penampilannya outstanding. Meski Andira seorang perempuan tapi penyamarannya kali ini sangat luar biasa berbeda.
"Apa ada sesuatu diwajahku?" tanya Andira, dia bingung dengan kedua lelaki di depannya. Keduanya hanya terbengong-bengong melihat dirinya.
"Kenapa lo berpenampilan seperti itu?"
"Oh ini, kita akan melakukan misi yang cukup penting, jadi kita akan memerlukan penyamaran, kalian juga akan menyamar," terang Andira, dia kemudian merubah penampilan Dio dan Hans.
Hans nampak seperti laki-laki berusia 25 tahun dengan celana pendek selutut dan kaos oblong berwarna putih, Dio juga terlihat sedikit berbeda meski hanya baju dan rambutnya saja yang berubah.
"Huaaa, apa ini kenapa penampilanku muda seperti ini?" kata Dio kaget dengan dirinya yang sekarang berpenampilan sepuluh tahun lebih muda dari usia aslinya.
"Tidak buruk," tambah Hans mengomentari penampilannya.
"Misi kita adalah mencari kamar di beberapa area perumahan, kita akan menyusup ke sana. Para tetangga Farid mengenaliku dan bang Dip. Jadi aku tidak bisa membiarkan mereka mengusirku lagi, jadi berusahalah mendalami peran kalian," Seru Andira.
Mereka bertiga bersiap menuju rumah Farid. Berharap kali ini mereka berhasil masuk ke kamarnya.
"Tolong ambil memo itu dan ungkap kematianku," pinta arwah Farid. Anak Lelaki yang nampak sangat pucat itu meminta Andira pergi ke rumahnya. Dia menunjukkan beberapa lokasi random di rumahnya.
"Gue coba. Tapi gue ga janji."
Mereka bertiga mulai mengetuk satu persatu rumah di area itu. Mulai dari rumah pertama rumah tepat di depan rumah Farid.
"Hallo permisi."
"Iya, Ada perlu apa ya?"
"Boleh kami masuk bu, kami wartawan ingin mengajukan beberapa pertanyaan terkait Farid."
"Oh iya silaka masuk, Nak,"ujar seorang ibu paruh baya.
"Ibu tinggal sendiri di sini, Bu?"
"Iya, Nak. Anak-anak ibu sudah menikah dan mereka tinggal di daerah jauh dari sini."
"Seberapa kenal ibu dengan ananda Farid?" tanya Andira.
"Anak itu sangat periang, Nak. Ibu ini masih tidak menyangka anak semenggemaskan itu berakhir tragis. Ibu mengutuk siapapun pelakunya. Semoga dia mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya," jawab ibu itu penuh haru.
"Kalau orang yang sering bermain dengan anak itu, apa ibu tahu?" selidik Dio.
"Hmm, siapa ya? sepertinya anak-anak kampung ini sering bermain dengannya."
"Kalau orang dewasa, apa Farid juga suka menghabiskan waktu dengan orang dewasa selain keluarganya?"
"Oh ada, lelaki di rumah samping itu sering mampir juga. Dia orang yang baik. Ibu sering melihatnya membagi-bagikan makanan atau mainan ke anak-anak."
"Kalau boleh tahu rumah yang mana ya bu?" sambung Andira.
"Dua rumah dari sini."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top