🐈 Part 30 🐈
Your Wife Is Mine
Part 30
🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
Illy duduk di salah satu meja cafe tempat ia dan Nicky berjanji untuk bertemu. Setelah berperang dalam batinnya, Illy memutuskan untuk menemui Nicky di belakang Bara. Sudah hampir dua puluh menit Illy menunggu Nicky, namun keberadaan Nicky masih belum juga ia lihat.
Illy melihat jam pada ponselnya, memastikan harus berapa lama lagi ia berada di sini. Mengingat sebelum berangkat tadi Bara mengatakan jika siang ini akan pulang. "Maaf membuat kamu menunggu lama." Ucapan seseorang membuat Illy menoleh, ia melihat kehadiran Nicky yang tampak ngos-ngosan berdiri di sampingnya.
"Kamu kenapa?" tanya Illy yang merasa kebingungan. Ia melihat penampilan Nicky dari atas ke bawah. Sama seperti waktu beberapa hari lalu mereka bertemu. Memakai Hoodie yang menutupi kepala, ditambah dengan topi lagi. Kali ini, Nicky juga mengenakan masker, hanya saja masker itu sudah ia kaitkan pada dagunya.
Nicky duduk di hadapan Illy, masih mengatur napasnya. "Kamu kenapa?" Illy mengulang pertanyaan ketika ia belum mendapat jawaban dari Nicky.
"Tidak papa." Jawaban itu disertai gelengan dari Nicky. "Bagaimana?" tanya Nicky yang saat ini mulai membicarakan pokok rencana mereka. Alasan dari pertemuan mereka.
"Belum." Kening Nicky terlipat.
"Kok belum?" Illy tidak menjawab, ia memilih menunduk dan memilin jarinya. Kening Nicky semakin mengerut. "Kamu kenapa?" Nicky memerhatikan gerak-gerik Illy dengan saksama.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu." Nicky semakin tidak mengerti dengan Illy. Sehingga pikiran Illy akan membatalkan niat mereka berkecamuk dalam otak Nicky.
"Apa?"
"Aku hamil." Terdengar nada keraguan dari ucapan Illy. Ah, bukan. Tapi kecemasan yang sebelumnya ia rasakan saat berada di sekitar Bara dan Lova. Hanya saja, kali ini Nicky yang ada di hadapannya.
Di tempatnya, Nicky tersenyum. "Bagus dong!" Ucapan Nicky membuat Illy yang sebelumnya menunduk kini mendongak. Ia menatap penuh tanya pada Nicky. Apa tidak masalah bagi dia? Sebenarnya, ada rasa kelegaan dalam diri Illy mendengar ucapan Nicky. Sesaat kemudian, Illy menerbitkan senyumnya.
"Bagus dong. Dengan kehamilan kamu, rencana kita bakal menjadi sempurna," lanjut Nicky. Senyum yang sebelumnya terukir di bibir Illy, kini lenyap setelah mendengar penuturan dari Nicky.
"Ren—rencana?" tanya Illy lirih.
Nicky mengangguk. "Iya. Dengan kehamilan kamu, kamu harus bisa memikat Bara kembali. Dengan begitu, saat kita melakukan rencana kita nanti, patah hati Bara akan menjadi pelengkap rencana kita. Kehancuran Bara kedua kalinya," papar Nicky dengan senyum yang sangat mengembang.
Sedangkan Illy yang mendengar penuturan Nicky meremas jarinya. Dari perkataan Nicky, itu artinya Nicky ingin menggunakan kehamilan Illy untuk menjebak Bara, menyakiti Bara lagi. Nicky, dengan kata lain memanfaatkan calon anaknya untuk alat balas dendam. Entah kenapa, hatinya terasa sakit, nyeri dan perih.
"Ya sudah. Cepat laksanakan apa yang aku katakan." Nicky meraih tangan Illy. "Ini semua demi kebaikan kita. Demi kebebasan kamu. Demi kehidupan kita yang terbebas dari jerat Bara." Tidak lupa juga Nicky sedikit meremas tangan Illy, meyakinkan Illy bahwa rencana keduanya akan berhasil.
"Aku harus pergi dulu. Kamu hati-hati." Nicky meninggalkan satu kecupan di kening Illy. Tidak ada jawaban dari Illy, hanya pandangan Kosong yang terarah pada Nicky. Hingga Nicky menghilang dari pandangannya, tak ada satu patah kata pun yang ia ucapkan.
☁☁☁
Illy turun dari taxi dengan pikiran yang masih berkecamuk dengan kata-kata Nicky. Ia memasuki pekarangan mansion dengan tatapan orang bingung. Selalu, selalu seperti ini ketika ia dan Nicky selesai bertemu. Seolah pertemuannya dengan Nicky adalah sebuah hantaman keras yang bergejolak dalam batinnya.
Masih ia ingat dengan jelas bagaimana Nicky memaparkan rencana mereka menggunakan kehamilannya dengan begitu lancar, seolah apa yang ia gunakan dalam rencananya bukanlah hal berarti. Berbeda sekali dengan Bara. Meskipun selama ini Bara selalu bersikap kasar padanya, tetapi Bara menerima kehamilannya dengan baik.
Ah, bagaimana bisa ia lupa. Yang ia kandung adalah anak Bara. Mana mungkin Nicky akan menyukai anak ini. Bukankah yang Nicky inginkan adalah darah daging ia dan Nicky? Bukan Bara. Tanpa terasa, tangan Illy terangkat membelai perutnya yang masih rata. Di sana, tumbuh calon anaknya. Calon anak pertamanya. Dan ia, akan menjadi ibu untuk pertama kalinya.
"Kamu dari mana?" Suara tegas membuyarkan Illy dari lamunan. Ia mendongak dan mendapati keberadaan Bara yang berdiri di depan pintu utama. Memandangnya dengan melipat tangan di depan dada. Lagi, kepulangan Illy dari pertemuannya dengan Nicky selalu dikejutkan dengan keberadaan Bara yang sudah di rumah. Seolah itu sebagai penanda jika ia memang tidak diperbolehkan bertemu dengan Nicky.
"Dari mana?" ulang Bara saat Illy tak jua menjawab pertanyaannya.
"Ak—aku habis jalan-jalan. Aku merasa bosan." Illy menjawab dengan menunduk, tidak beraani menatap Bara. Takut ia akan ketahuan jika berbohong.
Di tempatnya, Bara hanya mengangguk, ia mengulurkan tangannya pada Illy. "Ayo masuk! Kita makan. Aku baru saja membelikanmu makanan." Illy mendongak, ia menatap tangan Bara ragu. Namun, saat Bara mengangguk, ia segera meraih tangan itu. Hal tidak gerduga lainnya terjadi, Bara mengapit pinggangnya.
Keduanya memasuki mension bersama, memasuki ruang makan di mana sudah tersaji dua mangkuk soto di meja makan. Kedatangan seorang perempuan paruh baya dari dapur membawa minuman membuat Illy bertanya. Kemudian ia menatap Bara. "Dia pembantu baru kita. Dia yang akan membantu merawat kamu." Bara menjawab saat menyadari wajah bingung Illy. Sedangkan Illy hanya mengangguk, melemparkan senyuman pada pembantu baru mereka.
"Ayo makan!" Illy mengangguk lagi, ia duduk pada kursi di samping Bara. Mulai menyendok makanan berkuah kuning itu dan memasukkan ke mulutnya.
Satu suap sudah Illy telan, ia merasakan rasa yang tidak asing di lidahnya. "Ini ...," Illy ingin mengucapkan sesuatu, namun ia merasa ragu sehingga ia mengurungkannya.
"Soto di depan sekolah kita dulu. tempat kita sering makan berasama ... dulu." Lagi, Bara seolah tahu apa yang ingin Illy katakan. Hanya saja, ketika Bara menekan kata 'dulu' membuat ia sedikit tercubit.
"Kamu sengaja membeli ini?" tanya Illy yang mendapat gelengan dari Bara. "Lalu?"
Bara meraih minumannya, meneguknya lalu membersihkan mulutnya dengan tissue. "Aku baru saja mengunjungi salah satu kolega bisnisku. Dia baru saja meninggal karena beberapa waktu lalu diserang begal."
"Apa?" Wajah Illy menunjukkan raut terkejut juga takut. "Begal," tanyanya lirih.
Di tempatnya, Bara menganngguk. "Ya, akhir-akhir ini begal sudah beraksi kembali." Illy mengerjap, entah kenapa cerita Bara terdengar menyeramkan. "Sudah! Lebih baik kamu makan." Illy pun kembali menikmati sotonya. Tanpa mau repot memikirkan kawanan begal yang kembali beraksi. Yang penting, keluarganya dalam keadaan aman. Semoga saja jika Bara bekerja juga aman dari tindakan begal. Eh?
🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
Ayo, Mom up lagi
Selalu setia memberi vote dan komennya, ya.
Oh, iya.
Yok
Vote
Komennya
Mom tunggu loh
😘😘😘
😊😊🤗
🤗🤗🤗🤗😇
🐈Salam🐈
☁EdhaStory☁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top