🐈 Part 29 🐈

Your Wife Is Mine

Part 29

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Illy menatap Bara dan Lova dengan mata berkaca, perasaan takut semakin menjalar dalam dirinya kala sebuah seringai ditampakkan Bara dan Lova. Illy beringsut mundur, memeluk perutnya erat menandakan ia benar-benar tidak ingin kehilangan calon anaknya. Illy menggeleng, bibirnya mulai bergetar. Mata berkaca itu, sebentar lagi akan menumpahkan airnya.

"Jangan. Jangan sakiti anakku," ucap Illy yang mulai menangis.

Di tempatnya, Bara menatap Illy dengan satu alis terangkat. Satu sudut bibir Bara semakin tertarik ke atas. "Kalian boleh menyakiti aku. Tapi jangan anakku," ucap Illy lagi.

Sesaat kemudian, Tawa terdengar dari Lova. Sedangkan Bara hanya menarik senyum tipis. Membuat Illy menatap kedua orang itu bingung. Merasa heran dengan mereka yang tiba-tiba saja tertawa. Apa menggugurkan bayi bagi mereka adalah hal lucu? Jika benar, mereka benar-benar iblis.

"Kamu bicara apa Illy?" tanya Lova di sela tawanya. Bahkan, Lova sampai memegangi perutnya karena merasa keram akibat terlalu keras tertawa.

"Yang mau menggugurkan kandungan kamu siapa?" Lova menitikkan air mata akibat terlalu banyak tertawa. Sesaat kemudian, ia berdehem. Menatap Illy yang saat ini melihat Bara dengan tatapan bingung.

"Illy," panggil Lova. "Katakan! siapa yang akan menggugurkan kandungan kamu?"

"Ka—kalian?" tanya Illy yang kali ini meragu.

"Siapa yang memberitahumu seperti itu. Berita hoax dari mana itu?" Lova tidak dapat menahan tawanya lagi. Di depan Illy, ia kembali tertawa. Semakin membuat Illy merasa bingung.

"Bagaimana bisa kamu mempunyai pikiran seperti itu. Mana mungkin Bara akan membunuh anaknya?" Illy menatap Bara sejenak, ia melihat Bara yang mengukir senyum tipis. Hal langkah yang tidak biasa ia lihat dari Bara.

"Bu—bukankah kehamilanku akan menjadi penghalang kalian?" tanya Illy yang secara bergantian memandang Lova dan Bara.

"Hubungan?" Lova menatap Illy bingung, keningnya terlipat menandakan itu semua. Illy mengangguk kaku. Bara yang mengerti ke mana arah pembicaraan Illy, bibirnya berkedut menahan tawa. Namun, ia tidak dapat menahannya lebih lama. Alhasil, kekehan yang keluar dari bibir Bara membuat dua wanita di hadapannya menatap dirinya.

Saat itulah, Lova menyadari satu hal. "Wait, wait, wait. Hubungan? Maksud kamu? Aku dan Bara mempunyai hubungan?" Illy mengangguk. "Sebagai sepasang kekasih maksud kamu?" Illy kembali mengangguk.

Tawa Lova dan Bara kembali pecah. Tentu saja membuat Illy memandang keduanya bibgung. Apalagi Bara, ia tidak pernah sekali pun melihat Bara tertawa sejak pertemuan pertama mereka. Jangankan tertawa, senyum saja jarang. Lalu, kerasukan apakah laki-laki itu saat ini sehingga bisa tertawa? Atau, mimpi apakah Illy semalam bisa melihat tawa Bara?

"Illy. Kami tidak mempunyai hubungan yang spesial," ucap Lova yang masih berusaha menghentikan tawanya.

"Ta—tapi. Tapi-tapi?"

"Sudah. Jangan banyak bicara. Makanlah! Jangan sampai calon anakku kelaparan di perutmu." Mendengar ucapan Bara, rasa takut yang semula ada kini terganti dengan rasa jengkel. Bagaimana tidak, Bara hanya menyebut calon bayi dalam perutnya adalah anak Bara saja. Sembarangan. Illy tidak terima, yang hamil, kan dia.

"Anak kalian," ucap Lova yang menyadari raut wajah jengkel dari Illy. Ia kembali menyendok makanan pada piring yang masih berada di tangannya.

"Aku pikir, kalian memiliki hubungan." Lova tersenyum manis.

Lova menggeleng. Ternyata. Lova mendongak menatap Illy. "Kamu tahu Illy?" tanyanya. "Aku kenal Bara sejak kecil. Jadi, aku tahu siapa Bara."

Lova mendekati Illy. "Dia anak yang jail. Sangat jail," ucap Lova dengan berbisik namun Bara masih bisa mendengarnya. Bola mata Bara diputar, merasa jengah pada Lova. Lova yang melihat itu, kembali menahan tawa karena merasa lucu pada hubungan Bara juga Illy.

"Sudah. Illy, sekarang kamu makan. Kamu harus menjaga calon keponakan aku ini sebaik mungkin."

"Keponakan?" belum sempat Illy melanjutkan ucapannya, Lova sudah memasukkan makanan pada mulut Illy.

Illy buru-buru mengunyah dan menelan makanannya. Setelah beberapa waktu, Illy sudah menghabiskan makanannya. Ia juga menyadari, jika napsu makan bertambahnya beberapa hari ini, semua itu karena ia yang tengah hamil.

"Sudah. Habis." Lova beralih pada segelas susu ibu hamil, membantu Illy untuk menghabiskannya.

"Terima kasih," ucap Illu pada Lova. Keduanya saling melempar senyum.

"Biar aku letakkan dulu piringnya di bawah." Lova meraih nampan berisi piring dan gelas kotor bekas Illy. Ia mulai meninggalkan kamar Illy, menyisakan Bara dan Illy. Sebelum pergi, Lova sempat memberikan satu kedipan mata pada Illy. Yang entah kenapa malah membuat Illy menahan senyum.

Selepas kepergian Lova, Bara mendekati Illy. Ia berdiri di depan Illy. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hingga sesaat kemudian, Illy mematung kala merasakan kepalanya disentuh. Ia sedikit mendongak, dan mendapati tangan Bara di atas kepalanya.

"Istirahatlah! Nanti siang aku akan pulang melihat kamu. Lova sedang mencarikan pembantu agar kamu bisa istirahat total dan hanya fokus pada anakku. Ah, maksudku anak ... kita." Illy mengerjap beberapa kali. Merasa terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa ini? Kenapa dengan Bara? Bara menyebut anak kita. Bahkan, Bara mengubah sebutan dirinya dari saya ke aku saat ini. Sebenarnya, ada apa ini? Illy masih tidak dapat mempercayai semua ini. Apa ... karena kehamilannya? Apa Bara menerima kehamilannya? Illy kembali mengerjap. Semua ini terasa asing, dan ... hangat juga membahagiakan.

Merasa Illy tidak akan menjawab pertanyaannya, Bara menarik tangan dari kepala Illy. "Aku berangkat!" Masih tidak ada jawaban dari Illy. Namun, saat Bara berbalik dan ingin melangkah, Illy memanggilnya.

"Bara." Bara mengurungkan langkah, ia menoleh menghadap Illy. Ia melihat tangan Illy terulur padanya. Bara tidak mengerti, ia hanya menatap Illy bingung dengan satu alis terangkat. "Tangan kamu mana?" ucap Illy.

Bara menatap tangan Illy sejenak, lalu mengulurkan tangannya pada Illy. Mata Bara membulat kala Illy meraih tangannya untuk dicium. Sungguh, tidak terduga.

Sedangkan Illy, ia juga tidak mengetahui apa yang mendorongnya melakukan ini. Yang ia rasa, ia harus melakukan ini. Bara sedikit memberikan senyuman pada Illy, lalu bergegas keluar sebelum hal di luar kesadaran terjadi lagi.

Illy memandang kepergian Bara masih dengan beribu pertanyaaan. Namun, perasaan aneh yang hinggap di hatinya membuat ia menerbitkan senyumnya. Tak lama, Illy merasakan getaran dari bawah bantal, Illy meraihnya dan melihat ponsel pemberian Nicky menyala. Ia membuka sebuah chat yang tarnyata dari Nicky, hingga ia membaca deretan kalimat yang baru saja Nicky kirimkan, senyum di wajahnya, kini luntur begitu saja.

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Selamat malam. Berapa hari nggak up, ya

😁😁😁🙏🙏🙏

Btw, di sini ada yang punya fb ndak?

Berteman yuk
😊😊🤗
🤗🤗🤗🤗😇

🐈Salam🐈
EdhaStory
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top