🐈 Part 28 🐈

Your Wife Is Mine

Part 28

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

"Hamil, Dok?" Lova dan Bara terkejut? Tentu saja. Mereka menatap sang Dokter dengan tatapan tidak percaya, kening mereka terlipat. Lalu melihat Illy dan Dokter secara bergantian. Sedangkan Illy, ia masih belum sadarkan diri.

Dokter yang melihat wajah terkejut dua orang yang ada di hadapannya ini merasa heran, spekulasi pun hadir dalam pikirannya. "Apa ... ibu ini belum menikah?" tanya Dokter itu ragu-ragu, ia bertanya dengan perasaan tidak enak. Sebenarnya, ini juga bukan masalahnya. Hanya saja, melihat reaksi dua orang di depannya membuat pikirannya berkelana tanpa terkendali.

"Ah, bukan." Lova yang berhasil menyadarkan dirinya lebih dulu segera menjawab pertanyaan sang Dokter. "Ini suaminya, Dok." Lova menunjuk Bara yang masih dalam keadaan terkejut.

Dokter itu menatap ragu, tetapi kemudian ia tersenyum. "Tolong jaga keadaannya saat hamil. Jangan sampai ia kelelahan seperti tadi."

"Apa kehamilannya tidak apa-apa? Mengingat tadi dia pingsan?" Lova lah yang masih bertanya.

Dokter itu tersenyum. "Tidak. Dia hanya kelelahan." Lova menarik napas dalam tanda kelegaan.

Lova memandang Illy yang masih belum sadarkan diri. "Berapa ya, Dok usia kehamilannya? Soalnya kami tidak tahu kalau dia sedang hamil."

"Baru dua minggu. Oleh karena itu ibunya membutuhkan perhatian extra dari suaminya." Dokter itu menatap Bara dengan senyuman. "Saya akan menuliskan beberapa vitamin yang harus dikonsumsi oleh sang ibu." Dokter mulai mencatat resep vitamin.

"Apa perlu rawat inap, Dok?" Kali ini, Bara yang sudah berhasil mengontrol rasa terkejutnya bertanya, tetapi pandangannya masih tidak lepas dari Illy.

"Tidak, setelah sadar nanti, kalian sudah bisa membawanya pulang." Tidak ada jawaban dari Bara, hanya Lova yang mengucapkan terima kasih pada sang Dokter. Bara masih merasa terkejut, tidak percaya akan adanya jabang bayi di perut Illy di mana ia adalah anaknya.

☁☁☁

Bara menggendong tubuh Illy ke kamar. Di perjalanan pulang tadi, Illy yang masih merasa pusing pun memilih untuk tidur. Hingga sesampainya di rumah, ia masih memejamkan mata. Membuat Bara mau tidak mau harus mengangkatnya. "Aku akan mengurus semuanya," ucap Lova. Bara hanya mengangguk tanpa berbicara apa pun. Karena ia tidak mengerti mengenai hal ini.

Bara membaringkan Illy di atas ranjang, lalu ia duduk di samping Illy. Pandangan Bara jatuh pada perut Illy yang masih rata. Tempat di mana calon anaknya sedang tumbuh. Tangannya terulur, membelai perut Illy. Tiba-tiba saja timbul desiran hangat di dadanya, perasaan aneh yang entah kenapa membuat ia merasa ... bahagia?

"Anakku," ucap Bara lirih. Perasaan hangat kini semakin menyebar di tubuhnya. Tanpa sadar, bibir Bara tertarik membentuk senyuman. Masih dengan tangan yang membelai perut rata Illy.

Illy menggeliat, mata yang sebelumnya terpejam kini terbuka. Ia mengedarkan pandangannya dan mulai menyadari kalau saat ini ia tengah berada di kamarnya sendiri. Pandangannya jatuh pada keberadaan Bara yang duduk di sampingnya, terlihat tangan Bara yang membelai perutnya.

Sesaat kemudian, ia ingat jika saat ini ia tengah hamil. Perasaan takut tiba-tiba saja menyelimutinya. Illy bangkit begitu saja, cukup membuat Bara terkejut dan menatapnya tajam. "Tidak bisakah kamu bergerak dengan pelan, ada calon anakku di dalam perutmu!" bentak Bara yang semakin membuat Illy takut. Illy yang ketakutan pun duduk semakin menjauh dari Bara.

"Bara," panggil Lova yang baru saja memasuki kamar Illy. "Kenapa kamu berteriak seperti itu?" tanya Lova. Melihat kedatangan Lova, rasa takut Illy semakin besar. Ia memeluk perutnya erat. Keberadaan Lova membuat Illy semakin yakin kalau Bara dan Lova tidak akan pernah terpisahkan meski ia saat ini tengah mengandung anaknya Bara. Illy takut, jika keduanya akan membunuh bayinya.

Tidak. Meskipun anak yang ia kandung adalah anak Bara, ia akan tetap menyanyanginya. Bagaimanapun, anak ini anaknya juga. Darah dagingnya. Ia yang akan mengandung selama sembilan bulan. Ia tidak akan membiarkan Bara dan Lova menggugurkannya.

"Kamu lihat? Kamu semakin membuat Illy ketakutan." Illy menatap Bara dan Lova bergantian, entah kenapa ucapan Lova seperti menyiratkan sesuatu. Illy tidak tahu itu apa.

Pandangan Illy beralih pada Bara yang meraup wajahnya kasar. Sepertinya, Bara merasakan beban teramat berat dan dalam karena kehamilannya. Tak lama, Bara keluar dari kamar meninggalkan ia dan Lova.

"Hai, Illy," panggil Lova. Lova sudah bersiap duduk di sampingnya.

"Pergi!" Ucapan Illy membuat Lova melipat keningnya.

"Tapi ka-"

"Pergi," ucap Illy lagi. Lova menghela napas dalam, sepertinya Illy ingin sendiri.

"Baiklah! Jaga diri baik-baik." Lova pun keluar dari kamar Illy. Lagi, kalimat Lova itu bak sebuah penanda jika hidupnya dan juga bayinya sedang dalam bahaya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Di saat itulah, ia mengingat sesuatu. Mengingat Nicky yang kemarin memberikan dirinya sebuah ponsel. Ia harus menghubungi Nicky. Diraihnya ponsel yang ia sembunyikan pada laci nakas paling bawah, mengirimi Nicky sebuah pesan mengenai dirinya yang ingin menemui Nicky

☁☁☁

Illy melihat Lova dan Bara yang memaauki kamarnya. Perasaan takut kini kembali ia rasakan. "Ingat Bara. Bersikaplah baik." Ucapan Lova yang meminta Bara bersikap baik kepadanya merupakan pertanda buruk bagi Illy. Apa lagi, Illy melihat Bara yang membawa sebuah nampan berisi makanan dan juga segelas susu. Illy merapatkan duduknya pada kepala ranjang, ia meraih sebuah guling dan meletakkan di pangkuannya, memeluk guling itu dengan erat. Seolah ia jadikan sebuah tameng untuk melindungi perutnya dari tindakan kejam yang akan Bara dan Lova berikan.

"Hai Illy, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Lova yang memulai pembicaraan. Illy menatap Lova dan Bara bergantian.

"Ba-baik." Jawaban Illy tergagap. Ia memeluk guling itu semakin erat.

Lova meraih nampan yang sebelumnya Bara bawa, ia letakkan di atas nakas lalu duduk di samping Illy. "Untuk kesehatan bayimu, sekarang kamu harus makan makanan yang sehat." Lova meraih piring yang sebelumnya dibawa Bara. Mulai menyendok nasi dan lauknya dengan senyuman.

Melihat itu, Illy mulai gelisah. Tubuhnya pun berkeringat. Ia menatap Lova yang mulai mengulurkan sendok berisi makanan padanya. "Ayo! Kamu makan, biar aku yang suapi." Illy menatap Lova dan Bara bergantian. "Illy," panggil Lova.

"Ka-kalian tidak memberiku racun bukan?" Pertanyaan Illy membuat Bara dan Lova melipat keningnya. Keduanya memandang bingung pada Illy. Belum lagi pertanyaan yang Illy ajukan pada mereka.

"Kalian, tidak akan membunuh anakku, kan?" Mendengar ucapan Illy kali ini, membuat Bara dan Lova mengerti ke mana arah pembicaraan Illy. Bara dan Lova saling melirik, lalu sudut bibir keduanya tertarik membentuk sebuah seringai.

Melihat itu, mata Illy melotot. Takut semakin melanda dirinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Ayo, Mom up lagi

Selalu setia memberi vote dan komennya, ya.

Mom tunggu loh

😘😘😘
😊😊🤗
🤗🤗🤗🤗

🐈Salam🐈
EdhaStory
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top