🐈 Part 27 🐈
Your Wife Is Mine
Part 27
Sebelum itu, aku ingin tang dong. Di sini ada yang punya aplikasi fizzo nggak? Sih?
Maksudnya baca di aplikasi Fizzo.
Kalau ada, kunjung ke ceritaku ya
😉😉
🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
"Dari mana kamu?" Pertanyaan itu berhasil membuat Illy berjingkat karena terkejut, ia membalikkan badan dan menemukan keberadaan Bara yang berdiri tidak jauh di belakangnya, dengan melipat tangan di depan dada dan juga pandangan tajam yang diarahkan pada Illy.
Illy meneguk ludah dengan berat, ia menjawab pertanyaan Bara dengan terbata. "Ak—aku baru saja belanja." Illy berucap dengan mengangkat kantung belanjaan di tangan.
Bara menatap sejenak, lalu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. "Bisa kamu langsung masak makan siang untuk saya?" Illy mengangguk. Bara memilih berlalu dari sana ke lantai atas. Sedangkan Illy, entah kenapa saat ia melihat Bara, kebimbangan yang sempat ia rasakan sebelumnya kini perlahan surut. Senyuman pun kini dapat ia ukir kembali. Meskipun tadi Bara sempat membuatnya takut. Ia memandang kepergian Bara ke lantai atas dengan senyuman, memandang punggung tegap Bara yang entah kenapa membuat Illy ingin sekali memeluknya. Aish, Illy. Kamu kenapa?
Menggeleng, ia bergegas menuju ke dapur untuk memasak. Namun, langkahnya terhenti kala mendapati keberadaan Lova di meja makan yang tengah menikmati potongan buah Mangga. Lova menoleh, Illy melihat wanita itu melemparkan senyum kepadanya. "Hai Illy," sapa Lova.
Illy mengerjap. "Kamu dari mana? Kok waktu aku dan Bara sampai, kamu tidak ada di rumah?" Ingin sekali Illy mengeluarkan keluh kesahnya selama ini terhadap Lova akan kehadirannya di antara ia dan Bara. Namun, Illy beruntung masih bisa mengontrol dirinya. Jika tidak, entah apa yang akan Bara lakukan nanti padanya.
Akhirnya, ia menampilkan senyum pada Lova. "Tadi aku belanja," jawab Illy sekenanya. Illy segera memasuki dapur untuk memasak makan siang, sepertinya ia harus menambah porsi masakan mengingat keberadaan Lova di sini.
"Apa kamu akan memasak?" Illy terkejut ketika Lova sudah berada di sampingnya. Entah sejak kapan wanita itu berada di sini. Illy hanya mengangguk dengan senyuman.
"Kamu mau memasak apa?" Lova bertanya dengan kedua tangan yang memegang sayuran. Sawi di tangan kanan, dan bayam di tangan kiri. Ia menatap kedua sayuran itu bergantian seolah ia tengah menelitinya.
"Kamu tahu?" tanya Lova, ia menatap Illy yang saat ini memotong kentang. Ditatap seperti itu, tentu saja Illy segera menggeleng. "Aku bahkan tidak tahu apa nama sayuran ini." Lova berucap lirih sembari mendekatkan dua sayuran yang masih ia pegang kepada Illy.
Lova tersenyum tipis. "Mamaku selalu melarang kalau aku masuk ke dapur, katanya, takut aku terluka. Jadinya aku tidak bisa memasak sama sekali," ungkap Lova, Illy hanya membalasnya dengan senyuman. Illy tidak menyangka jika ia akan bisa berbicara dengan Lova sedekat ini. Ini baru kali pertama baginya.
"Sebenarnya, aku juga ingin membantumu memasak. Aku juga ingin Bara bisa mencicipi masakanku. Sayangnya, aku tidak bisa memasak." Entah kenapa, mendengar Lova mengucapkan kalimat itu membuat Illy merasa marah. Ia tidak suka. Seolah tidak ingin ada orang lain yang memasakkan makanan untuk Bara. Sayangnya, ia tidak bisa langsung marah pada Lova. Kemarahan Illy jatuh pada kentang yang sedang ia potong. Hanya iniah yang mampu ia gunakan untuk melampiaskan amarahnya.
Lova menyadari hal itu, membuat ia mengulum senyum tanpa sepengetahuan Illy. "Takutnya, nanti aku malah menghancurkan masakanmu."
Illy menoleh, ia menghadap penuh pada Lova. "Tidak apa-apa. Biar aku saja. Lebih baik kamu duduk dan menunggu masakan aku selesai."
Mulut Lova terbuka, siap untuk mengeluarkan suaranya. "Lova, apa yang kamu lakukan di sana?" Namun, suara Bara yang terdengar di meja makan mengurungkan niatnya.
Lova berbalik, ia melangkah mendekati Bara. "Tadinya aku ingin membantu Illy memasak, aku juga ingin kamu bisa mencicipi masakan aku."
"Aku tahu kamu tidak pernah masuk ke dapur. Jadi, jangan sampai kamu menyakiti tubuhmu hanya untuk membuat aku bisa mencicipi masakan kamu. Penilaianku atas masakanmu tidak terlalu berarti dibandingkan dengan tubuhmu yang akan terluka nanti jika memasak." Lova tertawa kecil mendengar keposesifan Bara. Sedangkan Illy, entah kenapa ia merasakan hatinya tercubit, sakit. Ia tidak suka melihat Bara yang memberikan perhatian lebih pada Lova. Pada Lova saja bisa perhatian seperti itu. Lalu, kenapa jika pada dirinya Bara selalu bersikap kasar dan dingin. Ya ... meskipun kadang Bara juga bersikap manis. Di ranjang.
Tidak memedulikan dua orang itu, Illy melanjutkan kegiatan memasaknya. Meskipun, suara canda Lova dan Bara terdengar bak musik penjemput kematian baginya. Asyik berkutat dengan bahan makanan, entah kenapa tiba-tiba saja ia merasakan pusing, kepalanya terasa berat, sakit. Namun, Illy mencoba menahan. Masakan yang ia buat belum seleasai. Bisa-bisa Bara nanti marah.
Setelah beberapa waktu berkutat dengan alat masak, masakan pun siap. Illy mulai menghidangkan masakan hasil tangannya di meja makan. "Illy, setelah ini, kamu ikut kami ke mall, ya?" Lova menatap Illy penuh harap.
"Sudah. Ikut saja." Baru saja ia ingin menolak karena merasa pusing, tetapi ucapan Bara bak titah itu membuatnya diam. Belum lagi lirikan tajam yang sempat Bara berikan padanya. Mau tidak mau, Illy pun mengangguk.
☁☁☁
Hal ini sudah ia duga. Lagi dan lagi, ia dijadikan kacung oleh Bara dan juga Lova. Membuatnya bak babu dengan membawakan semua kantung belanjaan Lova. Dua orang itu, benar-benar membuatnya muak. Apalagi, kondisinya saat ini sedang tidak enak badan. Oh, ayolah! Kapan ini akan selesai agar ia bisa beristirahat?
Lova baru saja keluar dari toko yang menjual tas-tas branded, dan sekarang wanita itu memasuki toko pakaian. Berbagai jajaran baju dengan merk ternama menyambut pandangan saat ketiganya memasuki toko. Berbeda dengan Lova yang langsung antusias menarik Bara untuk meminta pendapat mengenai baju yang akan ia beli, Illy tampak ogah-ogahan mendekati keduanya. Belum lagi rasa pusing yang ia rasa membuat ia harus memijit keningnya dengan kesusahan akibat kantung-kantung belanjaan milik Lova.
Sesampainya Illy di belakang Bara dan Lova, entah kenapa pandangan Illy menjadi tidak jelas, berkunang. Ia mengerjap beberapa kali guna menghilangkannya dan mempertahankan kesadaran. Akan tetapi, semakin lama, kepalanya terasa semakin berat.
Tangannya terulur untuk memanggil Bara, tetapi mulutnya tidak kuasa untuk mengeluarkan suara. Entahlah! Bara bisa mendengarnya atau tidak ia pun tidak tahu. Mulutnya hanya membuka tanpa ada kata yang terucap. Hingga tak lama kemudian, kesadaran terenggut darinya.
☁☁☁
"Ini bagaimana Bara?" Seperti biasa jika ia menemani Lova berbelanja, ia pasti akan dimintai pendapat oleh Lova. Pendapat yang ujung-ujungnya pasti tidak dihiraukan oleh Lova. Karena nyatanya, Lova selalu mengikuti pendapatnya sendiri.
"Bara." Sayup-sayup ia mendengar suara seseorang memanggilnya. Ia menoleh, dan mendapati Illy yang tengah mengulurkan tangan padanya. Satu tangan Illy tampak memegang kepala. Hal itu membuat Bara merasa ada yang aneh dengan Illy.
Baru saja Bara ingij memanggil nama Illy, ia sudah dikejutkan dengan tubuh Illy limbung, dengan segera Bara berlari mendekati Illy dan menangkap tubuh Illy. Saat tubuh Illy berhasil ia dapat, ternyata Illy sudah kehilangan kesadarannya.
Hal itu cukup membuat beberapa pengunjung menatap keduanya khawatir. "Illy, Illy bangung, Illy." Bara menepuk pipi Illy beberapa kali, tetapi Illy tidak juga membuka matanya. Sudah tahu Illy pingsan, maaih saja ia menepuk pipinya. Rasa khawatir mulai menjalar di tubuh Bara.
"Illy kenapa, Bara?" Bara menggeleng.
"Pak. Sebaiknya dibawa ke Rumah sakit." Sala satu pegawai toko memberi saran, dengan segera ia meraih tubuh Illy, menggendongnya ala bridal dan berlari keluar dari toko. Tak ketinggalan Lova yang segera meraih kantung belanjaannya dan berlari mengikuti Bara. Keduanya berlari dengan cepat, tentunya karena ingin segera membawa Illy ke Rumah sakit agar Illy bisa segera ditangani.
Tak memerlukan waktu lama, mobil yang dikendarai Bara dengan kecepatan di atas rata-rata itu berbelok ke Rumah sakit. Tak membuang-buang waktu, Bara kembali menggendong Illy dan segera membawa Illy ke UGD.
Seorang Dokter memeriksa keadaan Illy, Bara dan Lova menunggu tepat di samping brankar temlat Illy dibaringkan. Keduanya sama-sama khawatir memandang keadaan Illy yang masih belum sadarkan diri.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Bara saat melihat Dokter telah selesai memeriksa Illy. Ia tidak menyadari jika baru saja menyebut Illy sebagai istrinya ... di depan orang lain.
"Dia hamil."
🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
Jeng, jing, jeng
Illy hamil?
😱😱😱😱
Bagaimana nggak hamil, kalau Bara gempur terus?
😂😂😂😂😂
Ayo, Mom up lagi
Selalu setia memberi vote dan komennya, ya.
Mom tunggu loh
😘😘😘
😊😊🤗
🤗🤗🤗🤗😇
🐈Salam🐈
☁EdhaStory☁
🖤🖤🖤🖤🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top