🐈 Part 19 🐈

Your Wife Is Mine

Part 19

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Mobil Bara saat ini sudah terparkir di depan apartemen Lova, di mana ia juga pemiliknya. Setelah mereka puas berbelanja di mall, mereka memutuskan untuk pulang. "Hati-hati di jalan, ya?" Lova memberikan senyum manis kepada Bara. Tidak seperti biasanya, Bara hanya membalas dengan senyum tipis. Tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya.

Lova memberikan satu kecupan di pipi Bara. Setelahnya, ia keluar dari mobil, memberikan lambaian tangan sejenak sebelum memasuki apartemen. Menyisakan Bara dan Illy yang masih dalam keheningan.

"Pindah Illy," ucap Bara. Tidak ada nada marah dan tegas seperti biasanya. Illy merasa ada yang berbeda dari biasanya. Entahlah apa, ia tidak ingin bertanya karena takut Bara akan berubah menjadi monster lagi. lebih baik, ia segera mengikuti perintah Bara.

Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan di dalam mobil. Sebenarnya, ini sudah biasa bagi Illy. Hanya saja, Ia merasa aneh. Tak lama mobil sudah terparkir di depan mansion Bara. Bara segera turun dan memasuki mansion. Illy semakin dibuat bingung oleh tingkah Bara. Biasanya, Bara akan memasukkan mobil ke garasi terlebih dahulu, tetapi kali ini laki-laki itu langsung memasuki mansion.

Mengedikkan bahu, Illy mengambil beberapa paperbag berisi belanjaan yang sebelumnya dibelikan oleh Bara. Ia tersenyum tipis. Setidaknya, ia memiliki beberapa potong baju baru. Memasuki mansion, ia sudah tidak mendapati keberadaan Bara. Mungkin langsung masuk ke kamarnya. Sebaiknya ia pun segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Rilex ia rasakan saat air dingin mengguyur tubuhnya. Rasa penat terasa hilang, apalagi ia sedikit memberi pijatan. Setelah selesai, Illy hanya membalut tubuhnya dengan handuk. Ia memilih baju di dalam lemarinya. Di saat yang sama, pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba, menampakkan sosok Bara dengan kaos hitam dan celana jeans selutut. Melihat itu, Illy segera menyilangkan tangan di depan dada.

"Ba-Bara." Bara sempat tertegun melihat keadaan Illy yang hanya dibalut dengan handuk, bayangan di mana ia memperkosa Illy beberapa waktu lalu tiba-tiba saja melintasi kepalanya. Tidak, Bara menggeleng. Berusaha mengenyahkan pikiran itu.

Bara menatap lurus pada Illy. "Buatkan saya jahe hangat." Hanya satu kalimat yang Bara ucapkan, setelah itu ia berlalu dari hadapan Illy. Illy berlari, cepat-cepat menutup pintu kamar, menyandarkan tubuh pada daun pintu, lalu memegang dadanya yang sempat merasakan sedikit terpacu.

Illy berlari ke arah lemari pakaian dan segera mengenakan pakaian yang telah ia pilih. Segera turun untuk membuatkan apa yang Bara minta.

☁☁☁

Illy membuka pintu kamar Bara saat Bara tidak juga membukakan ia pintu. Padahal ia sudah mengetuk beberapa kali. Terlihat Bara yang tengah memejamkan matanya di atas tempat tidur. Sepertinya Bara sedang tidur. Illy meletakkan nampan berisi jahe hangat di atas nakas. Pandangannya beralih pada Bara yang masih terlelap.

"Bara." Illy mengguncang lengan Bara bermaksud untu membangunkan Bara. Rasa terkejut ia dapat, saat ia mendapati lengan Bara yang terasa panas. Illy beralih memegang kening Bara. Demam. Pantas saja Bara meminta ia membuatkan jahe hangat.

"Bara, kamu demam." Suara Illy cukup keras, membuat Bara terbangun dari tidurnya. Namun, Bara hanya bergumam tanpa membuka mata lama.

"Duduk dulu, Bara. Minum dulu jahe hangatnya. Atau aku panggilkan Dokter saja?" Suara Illy terdengar panik. Susah payah Bara menyadarkan diri. Ia membuka mata sedikit, lalu berusaha bangkit dari tidur.

Illy yang melihat itu segera membantu Bara, menopang tubuh lemas Bara dan menyandarkan pada kepala ranjang. Jahe hangat Illy raih dan segera meminumkan pada Bara. Ternyata, berubah semengerikan apa pun Bara jika sakit ia akan tetap sama seperti dulu.

Setelah kembali membantu Bara berbaring, Illy meraih baskom di dapur juga handuk kecil. Mengisi baskom itu dengan air hangat untuk mengompres Bara. Bara yang bawel untuk sementara ini akan hilang. Bolehkah Illy sedikit bersyukur akan hal itu?

Illy memilih duduk di lantai dekat ranjang Bara, sejahat apa pun Bara padanya, Bara tetaplah suaminya. Ia harus merawat jika Bara sedang sakit. Dalam tidur, Bara tampak gelisah. Ia terlihat tidak tenang. Sebenarnya, ada satu hal yang selalu Bara butuhkan ketika sedang sakit. Hanya saja, Illy ragu untuk melakukannya. Haruskah?

Illy mencoba menahan, ia menopang dagu dengan tangan dilipat di atas ranjang Bara. Memandang wajah Bara yang memang ia akui tampan. Entah kenapa dulu ia bisa menghianati laki-laki seperti Bara. Padahal, Bara dulu memperlakukannya sangat baik ketika mereka menjalin hubungan. Bolehkah ia mengatakan jika dirinya bodoh? Ya, memang.

Terlihat Bara masih dalam keadaan gelisah, tidak nyaman dalam tidurnya. Jujur saja Illy kasihan melihatnya. Dengan ragu, Illy menaiki ranjang Bara. Memosisikan diri di samping Bara, dan memberanikan diri untuk memeluk Bara. Memang inilah yang dulu ia lakukan ketika Bara sakit, ia masih ingat dengan jelas. Benar saja, tidur Bara kini mulai tenang. Tidak ada lagi raut gelisah di wajahnya. Masih dengan memeluk tubuh hangat Bara, Illy menikmati wajah yang sudah lama tidak ia lihat dalam keadaan seperti ini.

Mengehla napas dalam, ia mulai memikirkan serentetan kejadian di masa lalunya. Entah kenapa bayang-bayang itu ingin sekali ia ingat. waktu satu jam telah berlalu, rasa kantuk mulai menyerangnya. Memilih mengalah, ia mulai memejamkan mata dan turut terlelap di samping Bara. masih memeluk Bara.

☁☁☁

Mata legam Bara mulai terbuka, meneliti setiap sudut kamar. Rasa hangat yang melingkupi tubuh, membuat ia ingat jika tubuhnya dalam kondisi kurang baik. Tangan kecil yang melingkar di perut membuat ia menoleh, mendapati sosok wanita yang masih terlelap di sampingnya. Wanita ini, ternyata masih ingat yang ia butuhkan ketika sedang sakit.

Melepaskan belitan tangan mungil Illy dari perutnya, Bara mencoba untuk bangun. Namun, gerakan itu mampu membuat Illy terjaga. Seperti biasa, Bara kembali tidak memedulikan Illy.

Sedangkan Illy yang melihat itu, segera bangun dan menahan Bara. " Kamu tidak boleh bangun dulu," ucap Illy secara tiba-tiba. Cukup membuat Bara terkejut sehingga tidak siap mendapat dorongan dari Illy.

Pandangan keduanya bertemu, seolah saling bertukar kisah dari sorotan mata. Jika kita mau menyelami lebih dalam, ada rasa rindu yang membuncah di sudut mata keduanya.

Entah kekuatan dari mana, Bara mendorong tubuh Illy secara tiba-tiba. Membuat mereka bertukar posisi, Kini Illy hanya diam di bawah tubuh Bara. "I wanna you." Suara serak Bara terdengar. Sorot pandang lembut Illy, selalu membuat Bara lupa diri. Biarlah! Untuk hari ini, Bara akan mengabaikan hal itu.

Ia mulai mendekat, mengikis jarak antar keduanya. Sedang Illy, entah kenapa ia tidak ingin melawan Bara kali ini. Seolah ada yang mendorongnya untuk mengikuti kemauan Bara. Hingga tak ada lagi sekat di antar mereka. Illy memejamkan mata, bolehkan ia merasa bahagia? Bara, benar-benar terlihat berbeda. Kali ini, Bara melakukannya dengan pelan, halus, tidak ada kekerasa dari Bara. Seolah mereka melakukannya dengan cinta. Illy, kembali merasakan kelembutan seorang Alian Aldebaran Pradipta.

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

selamat siang. 😉😉😉😉

Apa kabar semua.

Sudah pesan bukunya? Ayo pesan sebelum titip PO biar dapat souvenirnya ya guys😉😉


🐈Salam🐈
☁️ EdhaStory☁️
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top