🐈 Part 18 🐈
Your Wife is Mine
Part 18
🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
Sudah dua bulan ini Illy tinggal bersama Bara. Bukannya kebahagiaan yang ia dapat, melainkan sebuah kesakitan karena penyiksaan secara batin dan fisik dari Bara. Pernah ia yang pergi ke rumah kedua orang tuanya tanpa izin Bara, dan Bara mengetahuinya. Akibatnya, keesokan harinya Illy dikurung di dalam kamar oleh Bara selama seharian penuh. Tanpa ia diberi makan apa pun.
Padahal, terakhir kali ia makan saat siang hari di rumah orang tuanya. Tiba-tiba saja esok paginya Bara marah-marah dan mengurung ia di kamar. Setelah malam tiba, Bara baru membuka pintu kamar Illy dan juga memberi Illy makanan. Itu pun, hanya nasi dan garam. Katakan Bara kejam, katakan kekejaman Bara seperti seorang Ibu tiri. Bagi Bara, penderitaan Illy adalah kepuasannya. Selama dua minggu itu pula, berat badan Illy sudah turun lima kilo.
Seperti pagi ini, Bara tengah nikmat memakan sarapannya. Sedangkan Illy masih berdiri di dekat meja pantri. Illy hanya memandangi Bara yang makan dengan lahapnya. Tak lama, terlihat Bara yang mengambil air minum, meneguknya separuh dan kembali meletakkan gelas di meja. Sebuah tissue ia raih untuk membersihkan sudut-sudut bibir. Rupanya, Bara telah menyelesaikan sarapannya. Sebentar lagi ia pun bisa makan.
Di tempatnya, Bara berdiri. Tanpa menatap Illy ia berucap, "Cepat makan. Saya akan mandi. Setelah saya selesai mandi, kamu juga harus sudah selesai bersiap. Kita akan pergi." Bara bergegas meninggalkan ruang makan sebelum Illy sempat bertanya ke mana mereka akan pergi.
Bara sudah hilang dari pandangannya, tahu jika Bara tidak suka menunggu, ia pun bergegas untuk makan. Setelahnya, ia akan cepat-cepat bersiap sebelum Bara selesai dengan kegiatannya.
☁☁☁
Illy terkejut dengan keberadaan Bara yang sudah berdiri dengan melipat tangan di depan dada ketika Illy membuka pintu kamarnya. Bara terlihat berbeda dengan pakaian santai. Jujur, ia memang sempat beberapa kali terkagum akan penampilan Bara di luar pakaian formal. Di sana, Bara memandang dengan tatapan tajam. Tak lama, laki-laki itu menatap jam yang melingkar indah di tangannya.
"Kamu membuat saya menunggu selama empat menit." Illy hanya diam. Baginya, ini sudah biasa. "Cepatlah!" Illy mengikuti Bara dengan langkah lebar. Kaki Bara yang panjang sedikit membuat ia kesusahan mengikuti langkah Bara.
Seperti biasa, Illy akan dengan sigap memasuki mobil di samping Bara. Tentu saja, meski Bara selalu bersikap dan berkata kasar kepadanya, Bara tidak suka jika disebut supir karena Illy duduk di belakang.
"Kita mau ke mana?" Akhirnya, Illy memberanikan diri untuk bertanya, ia memandang Bara dengan takut.
Sedangkan Bara, ia hanya melirik Illy lalu menjawab, "Mall. Membelikan kamu baju yang layak." Mendengar itu, satu sudut bibir Illy tertarik, entah kenapa ia sedikit merasa senang saat Bara mau membawanya keluar dari mension. Mobil melaju keluar dari mension Bara, hanya ada keheningan di dalam mobil. Bara yang tidak ingin membuang waktu dengan berbicara pada Illy, dan Illy yang tidak mempunyai keberanian untuk berbicara pada Bara.
Tak lama, mobil Bara berhenti di sebuah basement sebuah apartemen. "Tunggu di sini!" Illy hanya mengangguk mendengar perintah Bara. Ia hanya memandang Bara yang keluar dari mobil, tidak tahu akan ke mana. Setelah beberapa menit berlalu, Bara datang dengan seorang perempuan yang ia ketahui siapa. Senyum yang sebelumnya tercetak di wajah Illy kini lenyap entah ke mana.
Kening Illy terlipat saat Bara membuka pintu mobil tepat di sampingnya. Illy memandang Bara dengan bingung. "Keluar!" Mata Illy melotot. Sebenarnya, ia tidak harus mengeluarkan ekspresi seperti itu. Bukankah, ia memang selalu mendapatkan perlakuan tidak pantas dari Bara.
Mendapat pelototan dari Bara, Illy segera keluar dari mobil. Tentu saja ia tidak ingin mendapatkan masalah. "Pindah ke belakang," ucap Bara setelah Lova masuk ke mobil. Lagi, Illy hanya diam dan menuruti tanpa banyak bicara.
Mobil kembali melaju, kali ini mobil tidak lagi hening. Terdengar lebih hidup karena percakapan antara Bara dan Lova. Ya, hanya Bara dan Lova tanpa melibatkan Illy sekalipun. Yang bisa Illy lakukan, hanya menatap keluar kaca mobil.
☁☁☁
Langkah Illy tertatih. Beberapa paperbag ada di tangan. Bara memang membelikan ia beberapa potong baju, tetapi ia juga harus membawakan paperbag berisi baju-baju milik Lova. Ia tengah kesusahan berjalan, sedangkan dua orang itu malah asyik berjalan bersama saling berangkulan dengan jarak sedikit jauh darinya. Fiks, ia menjadi babu hari ini. Sedari tadi mulut Illy tidak berhenti menggerutu.
"Tega banget, sih. Nggak tahu apa aku kesusahan, mereka malah asyik jalan berdua." Bibir Illy sedari tadi tidak berhenti menyumpah serapahi Bara. "Aku sedang repot, dan mereka malah mau makan?" Illy menatap Bara tak habis pikir saat ia melihat keduanya memasuki sebuah restoran.
Buru-buru ia mengikuti, karena sejujurnya ia juga merasa lapar. Apalagi setelah Bara menjadikan dirinya seorang babu. Illy mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Bara dan Lova saat ia memasuki restoran. Senyum mengembang dan segera ia mendekati keberadaan Bara juga Lova.
Baru saja Illy akan duduk satu meja dengan mereka, tetapi Bara sudah menghentikannya. "Jangan duduk di sini."
Illy menatap Bara bingung. Sesaat kemudian Bara mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa uang kepada dirinya. "Carilah meja lain. Saya tidak ingin dikira memiliki dua orang istri." Illy menatap Bara tidak percaya. Jika Bara mengatakan itu, bukankah seharusnya Lova yang mencari tempat lain? Yang istri Bara adalah dirinya, kenapa malah ia yang harus pergi?
"Kenapa masih diam?" Illy mengepalkan tangan di samping tubuh, ia menarik napas dalam untuk menahan emosi. Sungguh, Bara memang setan, iblis. Menghentakkan kaki, Illy menjauhi meja dua orang yang membuatnya kesal. Tak memedulikan tatapan orang-orang yang tengah memandang dirinya.
Ingin sekali ia pergi dari Bara. Akan tetapi, ia tidak ingin mengambil resiko akan tindakannya itu. Kehidupan adik dan kedua orang tuanya yang akan menjadi taruhan. Di tempat duduknya, Illy kembali menarik napas dalam. Ia teringat akan Nicky. Andai saja ia dan Nicky masih bersama, pasti ia tidak akan mengalami hal ini. Berbicara tentang Nicky, ia tidak tahu sama sekali bagaimana kabar mantan suaminya itu. Terakhir kali ia bertemu dengan Nicky adalah saat ia menjenguk Nicky ketika di rumah sakit. Setelahnya, ia tidak sama sekali bertemu. Bahkan untuk urusan perceraian mereka.
Bara. Datang untuk membalas sakit hatinya. Bolehkah sekarang Illy menyesali perbuatannya di masa lalu?
🐈🐈🐈🐈🐈☁️☁️☁️🐈🐈🐈🐈🐈
Ayo merapat,
Sebenarnya, aku mau buat adegan sadis. Tapi kemarin udah, sekarang yang santai aja, ya
Mari semua,
Vote
Komen
Aku suka kalau kalian mengeluarkan emosi kalian.
😘😘😘😘😘
🐈Salam🐈
☁️ EdhaStory☁️
🖤🖤🖤🖤🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top