🐈 Part 16 🐈
Your Wife is Mine
Part 16
🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈
Bara membuka pintu utama rumahnya, di sebelahnya ada Lova yang masih setia merangkul lengannya. Mereka memasuki rumah seperti pasangan suami istri yang baru saja pergi bersama. Namun, langkah mereka terhenti kala mendapati Illy yang berdiri di ruang keluarga dengan memandang mereka terkejut.
Seperti biasa, Bara menatap Illy dengn wajah datar. "Kenapa kamu berdiri di sana?" tanya Bara dengan menaikkan salah satu alisnya.
Di tempatnya, Illy berdecak. "Aku sedang menunggu kamu pulang. Apa lagi memangnya?" Illy terlihat sangat jengkel mendengar pertanyaan Bara. Lebih tepatnya lagi, ia merasa jengkel pada dirinya sendiri. Kalau tahu Bara akan pulang dengan wanita bernama Lova itu, lebih baik dia tidur saja sejak tadi. Untuk apa dia menunggu Bara, tidak ada gunanya.
Lagi, di dalam hati ia mendesah kecewa. Kebiasaannya dulu saat bersama Nicky, ia akan selalu menunggu kepulangan suaminya. Itu menjadi sebuah kebiasaan baginya, kini pun kebiasaan itu tidak mudah ia tinggalkan meskipun saat ini yang menjadi suaminya bukanlah Nicky, melainkan Bara.
Kening Bara terlipat mendengar ucapan Illy. "Tidak perlu. Saya bisa pulang tanpa kamu menunggu saya." Bara segera meraih pinggang Lova dan berniat mengajaknya untuk naik ke lantai dua. Namun, langkah mereka urung kala mendengar Illy kembali berbicara.
"Apa kamu- maksudku, kalian tidak makan?"
"Tidak. Kami baru saja makan di luar." Mata Illy membulat, setelah ia lelah memasak makan malam, seenaknya Bara tidak melirik pun masakannya. illy mengepalkan tangannya, ia angkat dan ia tujukan pada Bara. Tentu saja di belakang Bara.
"Dasar manusia setan!" Sesaat kemudian, ia menyadari sesuatu. "Bara! Tunggu!" Illy berlari menaiki tangga. Tepat saat ia sampai di lantai dua, Bara baru saja akan menutup pintunya. Segera Illy menahan agar pintu itu tidak tertutup.
"Ada apa?" tanya Bara dengan nada jengah. Illy melirik ke dalam kamar Bara, ia bisa melihat Lova yang tengah duduk di atas ranjang Bara sembari memainkan ponselnya. Melihat itu, Bara hanya memutar bola matanya. "Cepat katakan!"
"Apa dia akan menginap di sini?" tanya Illy dengan menunjuk keberadaan Lova. Bara melirik Lova sejenak lalu menatap Illy kembali.
"Ya."
Mata Illy membulat karena terkejut. "Tidak boleh!" Illy mengangkat kedua tangannya dan menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri pertanda ia melarang.
Kening Bara terangkat, ia melipat tangannya di depan dada. " Kenapa tidak boleh?"
"Kalian bukan muhrim. Kalian tidak boleh tidur dalam satu ruangan yang sama." Illy dengan beraninya mengeluarkan larangan untuk Bara tidak sadarkah ia siapa di sini?
Bara menatap Illy tajam. Ia melangkah mendekati Illy dengan tatapan dinginnya. Illy yang beberapa hari ini akan selalu menghindar, kini ia tetap berdiri kukuh di tempatnya. Hal itu, cukup membuat Bara menerbitkan sebuah seringai. Saat tepat di depan Illy, Bara berhenti. Kini keduanya saling menatap pada bola mata mereka. "Ini rumah saya, jadi terserah saya mau membawa siapa pun yang akan tidur bersama saya." Bara menutup pintu kamarnya begitu saja, tak memedulikan Illy yang berulang kali memanggil-manggil namanya.
"Diam!" Satu teriakan dari Bara, cukup mampu menghentikan Illy yang berteriak di depan kamar Bara.
☁☁☁
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ia masih belum juga bisa menutup matanya. Ia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia melakukan itu bukan ranpa alasan. Alasannya siapa lagi kalau bukan Bara yang saat ini berada di kamar sebelah bersama wanita bernama Lova itu.
Tidak, ia tidak akan membiarkannya begitu saja. Bukannya apa-apa, Bara adalah suaminya. Terlepas mereka menikah karena apa sebabnya. Bara tetap suaminya, jadi Bara tidak boleh tidur dengan wanita lain kecuali dirinya. Eh? Mata Illy mengerjap, ia segera menggeleng menyadari pikirannya barusan. Bukan, bukan itu. Ah, sudahlah! Yang jelas bagaimanapun caranya wanita itu harus keluar dari kamar Bara.
Masih dengan berajalan mengelilingi kamar, Illy menggigiti kukunya sembari berpikir. Hingga seolah ada sebuah bohlam lampu menyala di atas kepalanya memberi sebuah ide. Illy segera berlari keluar dari kamarnya dan menuju kamar Bara. Ia segera menggedor kamar pintu Bara sembari meneriakkan nama Bara.
"Bara! Bara keluar!" Illy mengetuk pintu di depannya dengan tidak sabar. Tentu saja, jangan sampai Bara dan wanita itu melakukan hal yang aneh-aneh. "Bara, keluar!"
Tak lama, Bara pun keluar dati kamarnya dengan keadaan yang cukup membuaf Illy terkejut. Bagaimana tidak, Bara hanya keluar menggunakan Boxer saja dan bertelanjang dada. Illy sempat tertegun sejenak. Namun ia segera menyadarkan dirinya akan apa niat ia mengetuk pintu kamar Bara. "What Are tou doing?" tanya Bara marah, ia mengacak rambutnya kasar yang membuat rambut berantakan Bara semakin berantakan. Wajahnya terlihat frustrasi sekali.
Illy sempat ingin melihat ke dalam kamar Bara. Namun, sebwlum ia bisa melakukannya, Bara lebih dulu menutup pintu kamarnya. Meskipun tidak rapat, Illy tetap tidak bisa melihat ke dalam. "Illy!" panggil Bara dengan berteriak. Cukup membuat Illy terkejut.
"Bara. Aku hanya ingin mengingatkan kamu, kalau kamu tidak boleh berduaan di kamar bersama wanita lain."
"Apa masalahmu?" Lagi-lagi Bara berteriak di depan wajah Illy. Memperlihatkan kemarahannya pada wanita di depannya ini.
"Sudah aku bilang, kamu tidak boleh berduaan dengan orang lain." Illy kembali menekankan ucapannya. Baru saja Bara ingin membalas ucapan Illy, Illy sudah memotongnya. "Atau aku akan melaporkan kepada Pak RT di sini." Illy berucap dengan menunjuk Bara, berusaha mengancam Bara.
Namun, bukannya takut, Bara menaikkan sudut bibirnya. Mengejek Illy. Ia berdiri dengan berkacak pinggang. "Katakan! Katakan saja." Mata Illy melotot, ia tidak menyangkan kalau Bara akan berucap demikian. Illy pikir, Bara akan ketakutan dan membuat wanita bernama Lova itu pulang. "Kenapa diam, ayo katakan saja."
Napas Illy memburu, ia merasa tidak terima dengan ucapan mengejek Bara. "Baik. Aku akan ke rumah Pak RT dan mengatakannya." Illy bersiap pergi. Namun, baru saja ia berbalik, tangannya sudah dicekal oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Bara?
"Oh, shit. How dare you?" Satu tangan Bara tetangkat bersiap untuk menampar Illy.
"Bara, stop!" Bara dan Illy sama-sama menoleh ke asal suara. Di mana Lova tengah berdiri dengan sebuah selimut yang menutupi tubuhnya. Ia menahan tangan Bara yang akan melayangkan tanparan untuk Illy. Melihat penampilan Lova seperti itu, cukup membuat Ava semakin terkejut.
"Aku akan pergi," ucap Lova. Cukup membuat Ava mengembangkan senyumnya. Namun senyum itu segera ia sembunyikan. Takut-takut Bara melihatnya.
"What?" Bara menatap Lova tidak terima. "Kita belum selesai."
"Next time. Ok?" Lova memberikan senyum termanisnya, ia membelai pipi Bara memberi keyakinan pada Bara. Mau tidak mau Bara mengannguk lesu. Setelahnya, Lova memasuki kamar Bara kembali.
Bara segera menghempaskan tangan Illy yang sebelumnya ia pegang, segera mengikuti Lova. Illy, ia hanya berdiam diri di pinggir tangga. Tak lama, Bara dan Lova keluar. Bara yang masih menggunakan boxernya sedangkan Lova yang sudah mengenakan pakaian lengkapnya.
Keduanya berjalan menuruni tangga. Illy masih melihat di atas tangga. Dua orang itu, tengah melepas kepergian dengan satu kali ciuman di pipi. Setelah Bara menutup pintu utama, ia menoleh pada Illy, menatap tajam keberadaan Illy.
Illy yang menangkap sinyal bahaya yang ditunjukkan Bara padanya, segera ia berlari dari sana menuju kamarnya. Sedangkan Bara, ia pun segera berlari mengejar Illy dengan langakah lebarnya. Baru saja Illy akan menutup pintu kamarnya, dorongan dari Bara menggagalkannya.
Dapat Illy lihat wajah kemarahan Bara. Ia menatap nyalang pada Illy. "Kamu, berani mengganggu saya." Suara Bara terdengar berat. "Sedikit lagi saya mencapai pelepasan, dan kamu mengganggu saya." Illy berjalan mundur ketika Bara maju mendekatinya. Wajah Bara kali ini, sangatlah menakutkan.
"Kamu harus membayarnya." Bara segera meraih tangan Illy, tak memedulikan Illy yang terus memberontak. Yang diinginkan Bara, adalah memberikan wanita yang berstatus sebagai istrinya ini hukuman.
"Bara, Jangan!" Bara tidak memedulikan Illy, ia segera menarik paksa pakaian tidur Illy hingga robek. Menarik semua hingga tidak ada yang tersisa sedikit pun pada tubuh Illy. Setelahnya, ia mendorong Illy hingga terjatuh di atas kasur. Dengan keadaan Illy yang sudah menangis sesenggukan.
Bara segera melepaskan boxernya dan menaiki ranjang yang sama dengan Illy, menindih tubuh Illy dan mengurung di bawahnya. "Terima hukuman kamu." Tanpa aba-aba, Bara melakukannya, ia tidak memedulikan penolakan, tangisan dan jeritan Illy. Malam itu, Bara menghukum Illy dengan kasar dan beringas. Tanpa ampun sama sekali.
Hukuman yang Bara yakin akan membuat seorang Illy tidak lagi berani melawannya. Tak memedulikan Illy yang terus meronta dan menangis dalam kesakitannya.
🐈🐈🐈🐈🐈☁️☁️☁️🐈🐈🐈🐈🐈
Oh iya guys. Cuma mau ngasih tahu nih 👇👇👇
Ha? Nggak salah nih, Mom?
😊😊😊 enggak kok. Emang lagi PO ceritanya. Bagi kalian yang mau baca ceritanya lebih cepat sampai tamat, cuz diorder. Ada dovenir ganci sama notenya loh 😉😉😉
Jangan lupa untuk Vote, komen, ya?
Follow juga Ig dan WP Mom
evi_edha94
😉😉😉😘😘😘
🐈Salam🐈
☁️ EdhaStory☁️
🖤🖤🖤🖤🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top