🐈 Part 15 🐈

Your Wife is Mine

Part 15

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈



Lagi-lagi Illy harus terbangun dengan siraman air pada wajahnya, ia segera meraup wajahnya kasar dan mengatur napas akibat rasa terkejutnya. Ia menoleh dan mendapati Bara yang sudah berdiri di sebelahnya sembari berkacak pinggang. Jangan lupakan gelas yang ada di tangannya. "Bangun! Kamu bukan lagi seorang nyonya besar. Jangan bermalas-malasan."

Kali ini, Illy tidak dapat menahan rasa kesalnya. Ia meraup wajahnya kasar dan menatap Bara marah. "Bara! Bisa tidak bangunkan aku dengan biasa saja?" Napas Illy tampak memburu, tangannya terkepal di samping tubuhnya, menandakan ia menahan emosi.

Bara tidak merespon kemarahan Illy, ia hanya menaikkan satu alisnya dan berkata, "Memangnya apa yang harus saya lakukan untuk membangunkan seorang pemalas?" Pertanyaan Bara jelas sekali mengejek Illy. Baru saja Illy ingin memprotes, tetapi ucapan Bara menghentikannya. "Cepat bangun! Saya tidak suka menunggu. Saya lapar."

Seperti biasa, Bara berlalu dari sana. Membuat Illy memukul ranjang dengan wajah kesal. Ia pun bangkit, mencepol rambutnya dan memasuki kamar mandi. Membersihkan sejenak wajahnya. Lalu bergegas turun dan memasak untuk Bara.

Sesampainya di bawah, ternyata Bara sudah menunggunya di meja pantri sembari bersedekap. Ia memandang Illy dengan tajam. "Lelet." Satu kalimat yang Bara keluarkan untuk menilai Illy.

Tak memedulikan Bara yang memandang tajam ke arahnya, Illy segera berjalan menuju dapur. Membuka lemari es dan mulai melihat bahan yang ada untuk memutuskan ia akan memasak apa. "Buatkan aku sup ayam," ucap Bara yang mampu ia dengar dengan jelas. Illy memutar bola matanya, tetapi untunglah Bara tidak melihatnya. Jika tidak, ia pasti akan mendapat masalah.

Illy mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sup ayam. Meletakkan pada meja dapur, lalu meraih wortel untuk ia potong. "Potongan wortelnya jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis. Bentuk menyerupai bunga." Gerakan memotong wortel Illy sempat terhenti karena ucapan Bara, ia melirik sinis Bara dan mulai menuruti kemauan laki-laki itu.

Setelah selesai, Illy beralih pada kentang. Ia mulai mengupas, dan setelahnya siap memotong. Namun, lagi-lagi gerakannya harus terhenti saat Bara mengeluarkan kata-katanya. "Pastikan potongan kentangnya kotak, dan ukurannya harus sama." Illy menarik napas dalam, masih mencoba bersabar dengan kelakuan Bara yang aneh-aneh. Ia mulai memotong kembali, memotongnya dengan pelan agar berbentuk kotak dan mempunyai ukuran yang sama.

Illy kembali meletakkan potongan kentang pada wadah, ia beralih pada sayur kol. Baru saja ia akan memotongnya, suara Bara lagi-lagi membuatnya berhenti. "Pastikan lebar potongannya sebesar tiga jari saya. Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang." Kali ini, Illy yang sedari tadi hanya diam tak dapat lagi menerima ocehan Bara.

Illy berbalik, menatap Bara penuh. Tangannya ia silangkan di depan dada. "Kenapa kamu tidak membantu saja? Memotong ayam misalnya?"

Bara yang tengah memakan buah Apel pun berhenti, ia menatap Illy yang saat ini menatapnya dengan dagu terangkat. "Pekerjaan di dapur bukanlah pekerjaan bagi laki-laki," ucap Bara setelah ia mengalihkan pandangannya. Ia pun kembali menikmati buah di tangannya.

"Maksud kamu, pekerjaan di dapur hanya untuk wanita? Begitu?" Bara mengangguk tanpa menoleh. "Kata siapa pekerjaan di dapur hanya untuk wanita? Pekerjaan dapur juga bisa dikerjakan oleh lak-"

"Kata saya." Bara memotong ucapan Illy. Ia menatap dingin pada Illy. "Dan itu tidak bisa diganggu gugat." Diam, Illy hanya bisa diam sembari menahan kekesalannya pada Bara. Ia pun melanjutkan kegiatan masaknya dengan tampak kesal. Ia memotong sayur di tangannya sembari menggerutu.

Namun, akibat tingkahnya, Illy dengan tidak sengaja turut melukai jarinya. Membuatnya sedikit terpotong dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Illy memekik, yang langsung membuat Bara bangkit dari tempatnya dan menghampiri Illy. Bara raih tangan Illy yang terluka dan melihatnya. Tak keduanya sadari, jarak wajah mereka sangat dekat. Membuat pandangan mereka saling tertuju pada mata masing-masing. Seakan mampu menghilangkan kesadaran penuh dari keduanya.

Namun, hal yang tidak terduga terjadi. Sangat mengejutkan dan tidak disangka. Bahkan siapa pun tidak dapat mengiranya. Illy, sampai memekik dibuatnya. Bara, dengan teganya, dengan kejamnya, tangan kirinya yang bebas ternyata meraih garam di sampingnya, lalu menaburkannya pada jari Illy yang terluka. Mengalirkan rasa perih pada jari terluka yang masih dipenuhi darah itu. "Bara, sakit, perih." Illy merintih.

Namun, tidak ada balasan dari Bara. Laki-laki itu hanya menampakkan wajah penuh dengan senyum kepuasan. Bahkan, Bara dengan sengaja menahan tangan Illy yang berusaha Illy tarik. Rasa perih pada jarinya, membuat Illy ingin cepat-cepat membasuhnya dengan air bersih. Namun, Bara sepertinya ingin lama-lama menyiksanya.

"Bara, sakit," ucap Illy lagi. Bahkan saat ini, mata Illy mulai berkaca, jika dibiarkan, pasti akan jatuh juga bening kristal dari pelupuknya.

"Sakit, eh? Menurutmu ... lebih sakit mana dengan luka tak tampak yang kamu ciptakan di sini?" Bara menunjuk dadanya. Illy tahu apa maksud Bara. Ia rela jika harus meminta maaf pada Bara. Hanya saja, saat ini ia tidak bisa menahan rasa perih di tangannya. Ia benar-benar ingin segera membasuhnya dengan air, tetapi Bara tetap menahan tangannya.

"Bara. Aku mohon. Tolong lepaskan. Ini sangat perih." Bahkan saat ini air mata Illy pun telah jatuh, ia tidak dapat menahan lagi rasa perih di jarinya.

Melihat itu, Bara melepaskan tangan Illy begitu saja. Cepat-cepat Illy membasuh jarinya dengan air bersih yang mengalir. Di tempatnya, kali ini Bara menampilkan senyum manisnya. Ia mendekat pada Illy, lalu berbisik tepat di telinga Illy. "Kali ini, saya masih berbaik hati. Lain kali, mungkin saya akan menunggu kamu untuk lemas terlebih dahulu." Illy terpaku mendengar ucapan Bara yang syarat akan tekanan dan ancaman. Satu titik air matanya pun kembali jatuh.

Bara menjauhkan wajahnya dari Illy dengan memasang senyum menawan, ia mendaratkan tepukan pelan di kepala Illy. Bersikap seolah apa yang baru saja terjadi tidaklah terjadi. "Saya mau mandi, bersiap untuk ke kantor. Saya harap, setelah saya selesai mandi nanti, makanan sudah siap di meja makan." Setelahnya, Bara pun pergi dari dapur. Meninggalkan Illy yang menangis kembali.

☁☁☁

Bara menuruni tangga rumah. Penampilannya rapi dengan menggunakan setelan kantornya. Ia berjalan dengan membenarkan jam pada pergelangan tangannya. Saat ia melihat ke bawah, senyumnya terbit dengan begitu tampannya.

Illy, yang berada di bawah, berdiri di sekat pembatas ruang tengah dan meja makan memandang Bara dengan bingung. "Sudah?" Suara Bara terdengar bertanya. Baru saja ia ingin menjawab pertanyaan Bara, tetapi urung kala Bara kembali berucap.

"Kamu sudah datang, Lova?" Illy yang mendengar itu tampak bingung, ia seperti pernah mendengar nama itu. Seperti tidak asing baginya. Setelahnya, Illy menoleh kala melihat pandangan Bara yang tidak tertuju padanya.

Di sana, di dekat sofa, berdiri seorang perempuan yang kemarin ia temui saat di pernikahannya. Wanita cantik dengan senyum menawannya. Suara langkah kaki membuat Illy kembali menatap Bara. Terlihat Bara yang mendekati wanita itu dengan senyuman manis. Setelah keduanya sudah berhadapan, keduanya saling memeluk. Pelukan yang sama seperti yang Illy lihat saat di resepsi pernikahannya.

Bara menoleh menatap Illy. "Kami berangkat."

"Tapi, sarapan kamu?" Illy bertanya saat Bara dan wanita yang bernama Lova itu siap melangkah, dan itu cukup berhasil membuat keduanya mengurungkan langkahnya.

"Kami akan makan di luar. Kamu bisa memakan semua makanan itu. Sepuasnya." Setelahnya, Bara dan wanita itu benar-benar pergi meninggalkan Illy.

Sedangkan Illy, ia menghentak-hentakkan kakinya karena merasa kesal. "Dasar manusia tidak tahu terima kasih. Udah capek-capek masak malah nggak dimakan. Kalau tahu begini, lebih baik aku tidur saja." Illy menaiki tangga dengan berlari, tidak peduli jika nanti dia akan jatuh. Yang saat ini ia butuhkan adalah tidur. Masa bodoh dengan rumah ini yang belum ia bersihkan.

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Lagi melek. Jadi mau up
Kapan, ya sidersnya mau tobat?
Jauh banget viewers sama likenya.
Apa perlu aku pindah ke sebelah?
🤦🤦🤦🤦

Mom ini minta vote doang loh
Bukan Mom minta pulsa

Kenapa nggak vote? Bacanya off line, tapi pas buka, Mom yakin kalian on line. Pas buka itu, kalian langsung tekan vote. G lama kok. Habis itu baca
Off line it's ok. Nggak papa 🥺🥺🥺🥺🥺🥺

🤧🤧🤧🤧🤧🤧🥴🥴

🐈Salam🐈
☁️ EdhaStory☁️
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top