4 - Kiy

Ke esokkan hari nya sebelum bel pertama berbunyi Jung Nayoung datang ke kelas ku.

Ketika aku keluar dari kelas untuk menemuinya aku langsung di sambut dengan senyum cerah secerah mentari paginya. Itu diskripsi senyum indah Nayoung menurutku. Anggaplah aku berlebihan aku juga tidak menyangka sampai seberlebihan ini tapi siapa yang tau efek dari jatuh cinta itu sendiri jika kau tak merasakkannya.

Nayoung menyodorkan payung yang berada di tangan kirinya dan tangan satunya ia sodorkan paperbag berwarna putih biru dan itu sangat lucu.

"Terima kasih payungnya"

Aku mengambil payung dari tanganya membiarkan paperbag dengan warna lucu itu masih menggantung.

"dan ini..." ahh lucunya, ia berkata dengan pengucapan huruf 'I' yang sedikit panjang.

"Ini apa?" tanya ku.

Aku mana bisa langsung mengambilnya dan berujar terima kasih aku akan menerimanya dengan senang hati atau berujar seperti tidak perlu repot-repot aku memijamkannya karena blabla dan bla dan mana tau ia tidak memberikannya untukku atau kemungkinan yang ada di pikiranku dan sama sekali tidak ingin menjadi kenyataan adalah ia meminta bantuanku untuk memberikan paperbag itu pada seseorang dan itu akan sangat amat menyakitkan bila terjadi dalam detik berikutnya di dalam kehidupanku.

"Hanya sebagai bentuk terima kasih karena kau telah meminjamkannya padaku"

Seperti bertumpuk-tumpuk buku yang sedang di angkat dari bahuku ketika ia berkata jika paperbag itu untukku, Nayoung memberikannya untukku. Biar kuperjelas dia memberikannya untukku hanya untukku. Bukan meminta bantuan untuk memberikkannya pada orang lain.

Haruskah aku senang?

Mungkin ia mungkin juga tidak.

Aku harus sadar sebelum aku menjadi terlalu senang dan menanamkannya pada pikiran terutama hatiku. Ia, Nayoung gadis yang sekarang sedang berdiri di depanku hanya memberikan ini sebagai ucapan terima kasih dan tidak lebih.

Aku meraih paperbag yang ada tangannya, "terima kasih kembali" kemudian memberi senyum terbaikku untuknya.

Tapi sedetik kemudian ia malah mengalihkan pandangannya cepat—cepat ke bawah. Aku menaikkan sebelah alisku, dan berujar dalam hati apakah senyum ku sejelek itu sehingga ia tidak ingin melihatnya.

"Hai Nay..." sapa seseorang yang kini tiba-tiba saja sudah berada di sampingku.

Ahh, Changkyun ternyata. Tunggu, apa mereka berdua saling kenal?

"Hai" sapaan tadi membuat Nayoung langsung mendonggak menatap Changkyun.

"Ohh, jadi payung ini milik Kihyun" ucapnya lagi kemudian memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.

Bukankah aku berteman dengan Changkyun sudah lumayan lama, tapi kenapa aku tidak pernah tau ia kenal dengan Nayoung. Bagaimana bisa?

"Iya, kemarin ia meminjamkannya padaku" jawabnya kemudian merapikan helaian rambutnya ke belakang telinga.

"Kalian berdua saling kenal?" tanya ku bingung. Bukan apa-apa hanya saja aku sekarang seperti orang asing yang berdiri di tengah-tengah pertemuan secara tiba-tiba dan kebetulan mereka.

"Ya, kita saling kenal" Changkyun menjawab kemudian melihat ke arah ku sedetik kemudian ia tersenyum. Bukan jenis senyum normal pada umumnya, entah hanya perasaan ku saja atau bagaimana ia sedikit menaikan ujung bibir kanannya, hanya sedikit memang tapi aku melihatnya.

Baru kali ini aku manaruh kecurigaan padanya, biasanya aku hanya curiga pada Minhyuk karena kejahilannya yang sudah di ambang batas sehingga bila sedikit saja ia membuat tingkah aneh maka semua orang akan waspada jika saja kau adalah salah satu dari target kejahilannya.

Tapi kali ini, dari sekian lumayan lamanya aku berteman dan kenal dengan Changkyun baru kali ini aku harus merasa sewaspada ini. Entahlah, aku juga tidak tau.

Changkyun mengalikan pandangannya ke arah Nayoung "bagaimana kalau lusa kita pergi nonton?"

Dahiku berkerut mendengar ajakan Changkyun pada Nayoung barusan. Aku lihat ia melirik ku dari ujung matanya barusannya.

"Boleh"

"Karena kemarin aku yang menunggu di rumah mu sekarang gantian, kau yang tunggu di rumah ku. bagaimana?"

Jika dan seandainya saja Changkyun bukan teman ku atau dekat dengan ku atau apalah itu pasti aku sudah meninju wajahnya yang sekarang menampilkan ekspresi sedang menggoda Nayoung dengan candaan konyol seperti itu.

Nayoung mengangguk.

Sebentar...

Jadi kemarin aku menunggu hujan reda dan meminjamkan Nayoung payung ku supaya ia lekas pulang karena ia terlihat sedang terburu-buru, kemudian ia terburu-buru itu karena Changkyun sudah ada di rumahnya, menunggunya dan itu artinya ia terburu-buru pulang kerumah karena ada janji dengan Changkyun.

"Terima kasih karena kalau tidak ada payungmu aku mungkin sudah jadi kakek tua menunggunya pulang ke rumah"

Aku menghela napas pelan, membiarkan Changkyun merangkul bahu ku kemudian menepuk-nepuknya pelan dan sedetik kemudian secara tidak langsung ia membenarkan semua proses pemikiran yang ada di otakku barusan.

Mereka berdua memang memiliki janji berdua kemarin. Lalu aku merasakan ada sesuatu yang janggal terjadi, tapi aku lupa apa itu.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top