11 - Han (END)
Ini kali pertama dalam seumur hidup ku ketika melihat arwah orang yang sudah mati adalah kelebihan yang patut aku syukuri. Dulu saja aku anggap ini adalah sebuah bencana dalam hidupku. Bagaimana tidak, bayangkan saja jika bocah bisa melihat makhluk yang seharusnya tidak bisa ia lihat, tapi kau dapat melihatnya dengan jelas.
Entah bagaimana dulu aku mendapatkan kemampuan ini tapi yang aku ingat waktu itu aku terkena demam tinggi dan di bawa kerumah sakit oleh orangtua ku kemudian bangun-bangun aku sudah dapat melihat mereka semua. Pertama kali aku melihat mereka yaitu di bangkar sebelah ku masih berada diruang yang sama juga ketika aku dirawat pada saat itu.
Padahal aku adalah seorang anak yang baik dan manis, setiap kali bertemu dengan orang baru aku akan menyapa mereka biasanya orang menyebutnya dengan istilah berbasa-basi. Alih-alih menyapa mereka aku hanya melongo tak percaya kemudian menyembunyikan muka ku di bawah bantal sampai orangtua ku datang.
Aku begitu menghindari mereka sampai-sampai mengubah seluruh hidupku menjadi lebih tertutup dari dunia luar, aku hanya kenal rumah, kampus dan kamar ku. Sebenarnya kamar adalah bagian dari rumah hanya saja bagiku ini berbeda. Rumah milik orangtuaku dan kamar sudah menjadi hak milikku, jadi aku menyebut mereka secara terpisah.
Aku tinggal di rumah bersama Ayah, Ibu dan Adikku. Terakhir tinggal dengan adikku adalah 2 bulan yang lalu. Changkyun meninggal dalam kebakaran yang terjadi di sekolahnya. Adikku yang malang padahal hanya dia yang menjadi teman ku debat sepanjang hari setiap waktu aku bersamanya.
Saat tau Changkyun pulang ke rumah beberapa hari yang lalu dengan wujudnya yang baru aku sangat terkejut, karena arwah hanya akan datang dengan dua kemungkinan, pertama dendam dan kedua penasaran.
Penasaran penafsiranku disini bukan berarti ia sedang menunggu kelanjutan episode sebuah drama sehingga akan menunggunya hingga tamat kemudian bisa pergi dengan tenang, bukan itu dan penasaran dalam kasus Changkyun adalah hal yang berbeda.
Ternyata pada saat sore menjelang malam seperti ini suasana sekolah yang pernah dilanda kebakaran sangat amat menyeramkan. Sangat amat berbeda ketika terakhir kali aku kemari saat upacara kelulusan ku. Dan kalau tidak salah kenal ruangan yang ada di depan ku adalah bekas laboratorium biologi.
Bughk...
Seperti ada suara benda jatuh.
Aku tengokkan kepala ku ke dalam ruangan lewat jendela yang sudah pecah tak berbentuk tepat di samping ku. Aku melihat kepala anatomi kerangka tulang manusia di dalamnya, dan ternyata yang terjatuh tadi adalah kepalanya. Ia terpisah dari leher menggelinding ke bawah kemudian kembali lagi dan terpasang seperti sedia kala. Lalu tidak lama terjatuh lagi kemudian terpasang kembali begitupun seterus.
Mataku terbelalak kaget saat menyadari kalau sebenarnya ruangan laboratorium biologi inilah yang menjadi asal mula kebakaran terjadi dan mana mungkin ada sebuah anatomi yang selamat dari kebakaran tersebut.
Kepala tengkorak tadi kemudian melihat ke arah ku dan tanpa pikir panjang aku pun bergegas meninggalkan ruangan tersebut. Itu bukan anatomi yang biasa menjadi alat peraga dalam kelas tapi itu adalah kerangka tengkorak asli dari manusia.
Aku berani bertaruh pada saat kebakaran terjadi ia berada di dalamnya dan kalian pasti tau kelanjutannya seperti apa.
***
"Jadi bagaimana ceritanya kau, Kihyun dan Nayoung bisa..." ucapan ku terpotong saat Kihyun dan Nayoung datang dari balik pohon besar dekat lapangan sekolah.
Mereka berdua berjalan bersisian dengan bergandengan tangan ke arah ku dan Changkyun yang sedang duduk di dekat gawang lapangan bola sekolah.
"Terima kasih karena telah memberi tahu" kata Kihyun berdiri tak jauh dari ku duduk.
"Sudah seharusnya aku membantu" balasku, "jadi apa rencana kalian setelah ini?"
"Mungkin kami akan langsung pergi" jawab Nayoung. Kihyun hanya melihat ke arahnya dan Changkyun hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.
"Wow... wow, kau jangan coba-coba pergi sebelum menjelaskannya padaku" tunjukku pada Changkyun.
"Jadi aku belum boleh pergi, nih?" katanya dengan nada yang membuatku ingin muntah.
Sebenarnya bisa saja seperti biasa aku acuhkan mereka-mereka ini dengan masih bergentayangan. Tapi hanya saja Changkyun adalah salah satu di antara mereka bertiga dan aku harus membantunya. Karena menurutku dengan masih adannya mereka di dunia ini itu termasuk mengubah hukum alam yang berlaku dan itu tidak dibenarkan.
"Kalau begitu aku dan Nayoung duluan" kata Kihyun sebelum aku menimpali lagi perkataan Changkyun sebelumnya.
Mata ku masih menatap kepergian mereka hingga mereka hilang ketika melewati gerbang sekolah.
"Dasar anak baru, kenapa tidak langsung berteleportasi saja" ucap Changkyun mencoba melucu, "masih belum terbiasa mereka." Changkyun menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang maklum.
Aku hanya melihat ke arahnya tidak ikut menimpali ucapan-ucapannya barusan.
Changkyun terkekeh melihat ke arah ku, "tidak lucu ya?"
"hmm" jawabku hanya dengan deheman.
"Waktu itu aku dan Nayoung berada di dalam ruang kesenian. Kau taukan ruang kesenian yang itu!" Changkyun menunjukkan ruangan kesenian yang terletak di lantai 3 nomor dua dari ujung koridor padaku. Dan kalian tau, ternyata laboratorium biologi berada di ujung koridor lantai dasar.
"Aku hanya dengar ledakan sekali dan ketika melihat asap lewat jendela, ruang kesenian sudah hampir terbakar seluruhnya. Aku yang panik kemudian membawa Nayoung keluar tapi belum sempat sampai lantai dua Nayoung pingsan karena terlalu menghirup banyak asap" Changkyun masih terus bercerita dengan menggambar jalan yang ia lewati pada saat itu di tanah dengan sebilah kayu kecil di tangannya.
"Ketika aku menggendong Nayoung sampai lantai dua..." Changkyun menggambar bulatan pada tangga tingkatan kedua. "Kihyun datang, tapi pada saat itu aku mendengar suara minta tolong. Dan itu suara wanita..."
"Kau memberikan Nayoung pada Kihyun dan menyuruh mereka duluan keluar melewati lantai dasar kemudian kau pergi menolong wanita tersebut, tapi karena kebakaran sudah terlanjur besar kau dan wanita tadi terjebak dan meninggal di dalamnya" sergahku pada cerita Changkyun.
Changkyun melihat ke arah ku kemudian senyum konyolnya terbit begitu saja.
"Tapi seharunya Nayoung dan Kihyun selamat, kan?"
"Aku kira juga begitu." Changkyun mengangkat kedua bahunya cuek. "Nayoung langsung di tolong tim medis yang sudah datang pada saat itu tapi tidak lama kemudian Kihyun juga pingsan, ternyata Kihyun sudah mencari-cari Nayoung lumayan lama pada saat kebakaran terjadi.
"Mereka berdua di bawa ke rumah sakit pada saat itu juga, tapi Nayoung tidak tertolong dan meninggal keesokkan harinya. Dan Kihyun seharusnya sudah meninggal juga. Mengetahui itu Mama Kihyun jadi depresi berat dan meracau melihat Kihyun yang masih hidup. Dan benar saja Mamanya memang bisa melihat Kihyun waktu itu."
"Jadi karena itu Kihyun masih di rumah sakit dengan alat bantu sebanyak itu" tanya ku pada Changkyun, dan ia hanya mengangguk.
"Tapi Kihyun sudah bicara dengan Mamanya dan mungkin hari ini semuanya bisa di lepas dari tubuh Kihyun" Changkyun berdiri dari duduknya dan mengibas-ngibaskan debu yang menempel dipantatnya.
Aku berdiri kemudian membantu membersihkannya.
"Aku pergi sekarang ya?" tanyanya melihat ke arah ku.
"Pergi saja sana! Tidak ada yang melarang juga" jawabku dengan ketus. Ingin menangis rasanya, tapi aku tahan.
Changkyun tersenyum lebar, tapi bagiku setiap kali ia tersenyum itu adalah jenis senyuman yang paling konyol yang pernah aku lihat.
"Sudah bertemu dengan Ayah dan Ibu?"
Changkyun mengangguk, "sudah" katanya dengan mantap.
Ia memasukkan tangannya ke dalam almameter seragam yang ia kenakan dan pergi berjalan dengan santai tanpa melihat lagi ke arah ku melewati gerbang sekolah.
"Cih, dia sendiri juga masih anak baru" kataku mencibir Changkyun yang sudah tak terlihat lagi, dan aku sangat yakin bahwa jenis senyuman konyol tersebutlah yang membuatku rindu Changkyun nantinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top