🍁 Chapter 9 🍁

__ | Your Smile 9 | __

(Name) menghampiri Gojo yang masih berdiri di dekat gerbang rumahnya. Bersama pria--ayah (Name).

"Papa? Kapan kau sampai? Kenapa tidak menghubungiku dulu?" Tanya (Name) bingung.

Ayah (Name) menggaruk kepalanya, tersenyum lebar menatap putrinya.
"Papa lupa, hehe,"

Gojo masih terdiam. Memperhatikan dengan intens ayah (Name). Rasanya dia pernah melihatnya disuatu tempat.

"Jadi (Name)-chan ... bisa jelaskan kenapa bocah sialan ini ada di rumah?" Ayah (Name) bertanya. Memasang senyum lebar hingga matanya tertutup, aura disekitarnya menghitam. Tiba-tiba suram.

"Dia ... datang menjengukku dan mengembalikan pulpenku yang sempat jatuh di perpusta---"

"PAMAN KURAGE?!"

Gojo tiba-tiba berteriak kaget, memotong penjelasan (Name). Suaranya mengejutkan (Name) dan Ayahnya. Perempatan muncul di wajah tuan Kurage, menggulung lengan bajunya, menaikkan satu kepalan tangannya.

"Kau tidak pernah belajar sopan santun ya, bocah?" Tanyanya.

"Hehehehhehe,"

Gojo menghindari semua serangan yang tuan Kurage layangkan. (Name) sendiri hanya diam, beberapa saat kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras lalu menguncinya dari dalam.

"EH?! (NAME)-CHAN!! JANGAN KUNCI PINTUNYA!!!"

Tuan Kurage menghentikan serangannya. Menatap panik pintu rumah. Lagi-lagi dia dikunci dari luar. Ini selalu terjadi saat dia pamer kekuatan di depan (Name).

"Aku mau pulang dulu ya, paman~. Selamat berjuang~," Gojo dengan santai berjalan meninggalkan Tuan Kurage yang membeku.

Sebelum benar-benar keluar dari pekarangan rumah (Name). Gojo dilempari sepatu oleh Tuan Kurage, yang tentunya tidak bisa mengenai Gojo karena mugen(?)

"Ck! Apaan sih paman?! Aku mau pulang, nih!"

"Bocah, temani aku minum!"

"Malas,"

"Kau benar-benar tidak diajari sopan santun oleh keluargamu, ya, huh?"

"Aku pulang dulu~," membuka pintu gerbang, Gojo melangkah keluar.

"Gojo."

Langkahnya terhenti saat mendengar panggilan bernada serius dari Tuan Kurage. Membalikkan badan, Gojo sedikit menurunkan kacamata hitamnya, menatap bertanya Tuan Kurage.

"Kau ... mau mengambil putriku sekarang?"

__ ◆◆ __

"Aku tidak akan membiarkan mu mengambil putriku dengan cepat,"

Tuan Kurage meneguk satu alkohol. Memanggil bartender untuk mengisi gelasnya lagi.

"Aku tidak berencana mengambilnya secepat itu,"

Gojo menemani Tuan Kurage minum di salah satu bar terkenal yang sedikit jauh dari rumahnya. Karena tidak ada tempat lain yang bisa dia kunjungi selain tempat ini saat (Name) menguncikan pintu untuknya.

Meneguk satu gelas lagi. Itu tidak membuat tuan Kurage mabuk. Gojo hanya diam, meletakkan kedua lengannya dibelakang kepala. Menatap acak bar ini.

"Kau tidak minum?"

"Tidak."

"Kenapa? Ini bukan pertama kalinya kau berhadapan dengan alkohol 'kan? Bocah bandel sepertimu pasti juga sudah merokok,"

"Lagi malas aja."

"Sialan kau,"

Meminum satu gelas lagi. Tuan Kurage meletakkan gelasnya di atas meja. Menatap Gojo yang terlihat santai.

"Sejak kapan kau bertemu putriku?"

"Masuk SMA."

"Kalian sudah dekat?"

"Belum, sih. Masih proses,"

"Jujur saja, aku tidak mau merelakan putriku untuk bocah nakal sepertimu."

Gojo tersenyum.
"Paman mau menolak ikatan takdir?"

"Tidak. Aku hanya tidak mempercayaimu,"

"Hee, kenapa?"

"Kau itu ada di sisi negatif,"

"Semua orang punya sisi negatif, paman. Bahkan orang yang sangat baik sekalipun," jawab Gojo.

"Kenapa (Name)-chan harus ditakdirkan memiliki soulmate sepertimu?"

"Nggak tau, tuh!"

"Tapi ... kalau tidak salah (Name)-chan menyukai pria ... siapa ya namanya? Getok? Ketuk?"

"Geto,"

"Nah, itu!! Dia menyukai pria itu,"

"(Name) sudah bilang akan melupakannya," dengan sedikit perasaan terbakar, Gojo membalas dengan kesal.

"Oh, apa itu alasannya mata (Name)-chan membengkak?"

"Wow! Paman bisa langsung tahu!"

"Iyalah! Dia selalu curhat padaku! Lagipula, aku sudah tahu dari dulu dia menyukai Geto. Matanya membengkak, bahkan penampilannya sedikit berantakan, (Name)-chan tidak pernah seperti itu kecuali dia benar-benar terpuruk," -mata Tuan Kurage sedikit menajam-, "alasannya pasti karena sakit hati. Tidak ada yang membuatnya menangis selain itu,"

Tuan Kurage menopang dagu. Menatap Gojo yang masih terlihat santai.
"Dan kau salah satu pelaku yang membuatnya sakit hati 'kan, bocah sialan?"

"Dia sudah memaafkanku. Apa masih menjadi masalah?" Tanya Gojo. Mengedikkan kedua bahunya. Tangannya dimasukkan ke dalam saku.

"Lagipula itu harus kulakukan mau tidak mau. Dia soulmate-ku dan dia ditakdirkan untuk bersamaku. Ikatan seumur hidup," lanjut Gojo.

Tuan Kurage menepuk jidat.
"Aku benci ini,"

"Kau harus merelakannya, loh~. Kalau tidak, akan kubawa paksa dia,"

"Aku ingin menghajarmu suatu saat nanti,"

"Hee, coba saja kalau bisa,"

__ ◆◆ __

Pagi harinya. (Name) turun dari kamarnya ke lantai bawah. Berjalan ke dapur, mengambil bekalnya, lalu melangkah ke pintu depan.

"Papa! Aku berangkat!!"

"Itterashai,'

Ayah (Name) melambaikan tangannya, bersandar pada pintu rumah, melihat putrinya yang berjalan menuju gerbang rumah. (Name) membuka pintu pagar rumahnya, dan langsung disambut sebuah suara.

"Ohayo!! (Name)!!!"

Mengerjab sebentar. (Name) memiringkan kepalanya, menatap bingung pada Gojo.
"Kamu ... kenapa kesini?"

"Aku datang menjemputmu! Ayo!" Gojo menarik tangan (Name), menggenggamnya erat lalu memasukkannya kedalam saku celana.

"Eh?"

"Jangan ditarik, dong," -Gojo menahan tangan (Name) agar tidak mencoba melepas genggamannya-, "kamu itu kecil, kalau lewat di tempat ramai pasti merepotkan untuk mencarimu. Sebagai antisipasi, aku pegang tanganmu, ya!"

"Eh? Um, baiklah," membiarkan tangan mungilnya di genggam Gojo. Wajah (Name) sedikit memerah. Meski sudah pernah sekali tangannya di genggam Gojo, dia baru sadar kalau tangan Gojo yang membungkus tangan mungilnya itu hangat.

Tersenyum kecil. (Name) sedikit merasa semangat pagi ini. Adanya Gojo yang menemaninya kemarin membuat (Name) merasa sedikit lebih baik.

"Oh, iya. Ne, Gojo,"

"Hm? Kamu tidak memanggilku dengan embel-embel 'san' lagi?"

"Tidak. Aku merasa aneh jika memanggilmu dengan 'san' setelah meneriakimu kemarin,"

"Tak apa, sih. Kalau kamu mau panggil Satoru-chan juga boleh," Gojo tersenyum senang.

"Tidak mau."

"Eeeehhhh," tersenyum masam. Gojo tetap melanjutkan jalannya diiringi (Name).

"Satoru?"

Berhenti melangkah. Dengan cepat Gojo memutar kepala melihat (Name). Kacamata hitamnya sedikit melorot, menatap (Name) dengan pandangan tidak percaya.

"Iya? Ada apa? Kamu panggil aku???" Dengan nada senang luar biasa Gojo bertanya.

"Aku hanya mengetes mulutku mengucapkan namamu," dengan polos (Name) menjawab. Tanpa sadar membuat efek yang buruk untuk Gojo.

"Ck! Ubur-ubur menyusahkan!" Memajukan bibirnya. Gojo melanjutkan langkahnya.

Diam-diam (Name) menahan tawa. Menghibur dirinya sendiri dengan menjahili Gojo. Mungkin sebagai pembalasan karena membuat dirinya menjadi babu-nya.

"Ne, Satoru, aku sudah bukan lagi babumu 'kan?" Tanya (Name).

"Ha?! Mana mungkin! Kamu itu masih harus jadi babuku, ubur-ubur!" Menoleh dengan alis menukik. Gojo menatap (Name) kesal.

Memiringkan kepalanya. (Name) menatap Gojo.
"Benarkah? Kurasa surat itu tidak berguna lagi buatku. Jadi tidak masalah jika tersebar,"

"Jangan bodoh, ubur-ubur! Kalau surat itu ku umumkan di kantor kepala sekolah, satu sekolah akan tahu bahkan sampai di dengar telinga pacarnya Suguru. Kamu mau dibilangin orang ketiga??"

"Memangnya kamu ada niatan buat menyebarkan surat itu satu sekolah?"

"...."

Gojo diam. Dari awal tidak ada niatannya sama sekali untuk mengumumkan isi surat (Name) agar didengar satu sekolah. Itu semua dia katakan hanya untuk menjahili (Name) dan membuat gadis itu dekat dengannya. Sesuai rencana yang kata Gojo sangat bagus.

"Satoru?"

"Tak lama lagi festival budaya. Kelas kita akan mengadakan apa, ya?" Mengalihkan pembicaraan. Gojo bertanya pada (Name).

"Kamu benar! Aku tidak mau jadi orang yang akan menjadi pusat perhatian," terpancing. (Name) berkata dengan nada khawatir.

"Mau ikut aku bolos dari kegiatan festival? Kita bisa jalan-jalan di luar sekolah, lho!"

"Jangan mengajakku berbuat sesat, Satoru,"

"Padahal saat festival itu bagus banget buat bolos! Karena satu sekolah bakalan sibuk,"

"Aku harap pengurus kelas memilih membuka stan makanan saja,"

Gojo tiba-tiba mengingat sesuatu. Kesepakatannya dengan kepala sekolah kemarin untuk dia yang tidak akan bolos lagi mulai hari ini. Tersenyum masam. Mulai sekarang dia tidak bisa lagi tiduran di atas pohon.

"Ada apa?" (Name) bertanya setelah sadar tidak mendapat respon dari Gojo selama beberapa saat.

"Hm? Tidak ada, kok!"

________


Andift♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top