🍁 Chapter 8 🍁
__ | Your Smile | __
"Hari ini (Name) tidak masuk sekolah ya ...,"
Shoko menopang dagu. Menatap sederet kalimat dari layar ponsel pintarnya. (Name) tidak masuk sekolah hari ini karena demam. Itu yang diketahui Shoko. Tapi, dia yakin bukan ini alasan utamanya.
Menghela nafas panjang, dia merentangkan tangan keatas.
"Aku ... kerumahnya saja, ya, nanti?"
Suara pintu digeser terdengar. Shoko menoleh kearah pintu, mendapati Gojo melangkah masuk.
"Kau kenapa?" Tanya Shoko heran. Melihat wajah Gojo yang lelah dan tidak bersemangat.
"(Name) mana?"
"Dia tidak masuk hari ini. Katanya sakit," jawab Shoko.
"Ohh,"
Gojo melempar tasnya ke atas mejanya.
"Shoko,"
"Hm?"
"Kau ... tahu dimana rumah (Name)?"
"Tau, kenapa?"
"Beritahu aku,"
Shoko mengerjabkan mata sebentar.
"Hmm, gimana, ya? (Name) itu ... nggak mau orang lain tahu letak rumahnya,"
"Ck! Katakan saja! Aku lagi ada perlu, nih!"
Shoko menatap Gojo curiga.
"Kau ... menyukai (Name)?"
"Kenapa bahasannya kesitu, sih?!"
"Aku kadang mendapati mu melihat (Name) dengan tatapan lembut, lho," -menopang dagu lagi, Shoko menatap Gojo yang agak jauh-, "dan juga aku pernah melihatmu hampir menonjok orang yang tidak sengaja menabrak (Name) waktu itu. Andai saja Geto tidak menahanmu, mungkin orang itu sudah masuk rumah sakit atau--"
"Mati. Iya aku tau! Cepat katakan dimana rumahnya!"
"Sabar, dong. Aku belum selesai. Jadi? Kau menyukai (Name)?"
"Tidak."
"Gojo Satoru yang tidak peduli dengan urusan orang lain hampir menonjok seorang pria karena tidak sengaja menabrak (Name). Lalu sekarang dia meminta alamat rumah (Name) padaku. Bukankah itu aneh?"
"Alah! Bodo amat! Kucari alamatnya sendiri aja!" Gojo berjalan kearah pintu. Membanting pintu sebagai pelampiasan.
"Yaah, sesulit itu kah mengakui perasaannya sendiri?" Gumam Shoko lalu tertawa.
__ ◆◆ __
"Kemarin ... kurasa tidak berjalan cukup baik, ya?"
"Aku menyesal mengikuti rencanamu, Suguru,"
Gojo tepar di lantai kamarnya. Seharian ini dia benar-benar bolos dari semua jam mata pelajaran hanya untuk menanyai semua orang disekolah yang tahu letak rumah (Name). Bahkan guru dan kepala sekolah dia tanyai juga.
Sekarang usahanya terbalaskan. Kepala Sekolah memberikannya alamat rumah (Name). Meski begitu, kepala sekolah itu orangnya perhitungan. Gojo tidak boleh lagi bolos mulai besok. Bagi Gojo tidak masalah yang jelas dia tahu letak rumah (Name).
"Oh? Jadi kau menyalahkanku? Yang langsung meng-iyakan rencanaku kemarin tanpa mendengar resikonya dulu siapa, ya?"
Gojo mengangkat kepalanya.
"Nggak tau, tuh!!"
Jengkel. Geto melempar bantal tepat mengenai wajah Gojo.
"Itu kau sialan!"
Menarik nafas dalam. Geto menenangkan dirinya untuk tidak terpancing. Mood Gojo sedang tidak baik untuk diajak berkelahi sekarang.
"Jadi? Kau mau apa kerumahnya?" Tanya Geto.
"Menjenguknya. Sekalian mengembalikan pulpennya yang kemarin jatuh di perpustkaan,"
"Kau mau pergi dengan tangan kosong? Belikan dia makanan kesukaannya juga. Mungkin saja dia akan luluh jika kau membeli makanan kesukaannya,"
"Hmm, makanan kesukaannya apa, ya?"
"Ramen,"
"Itu makanan kesukaanmu, sialan! Bukan makanan yang (Name) suka!"
Geto mengangkat kedua bahu.
"Aku hanya ingin membantu,"
"Kau hanya ingin ditraktir ramen 'kan?!" Kembali tepar. Gojo merentangkan kaki dan tangannya. Mempersempit sebagian ruang kamarnya.
"Mungkin dia suka cake?"
"Atau ... coklat?" Tambah Gojo.
Geto mengedipkan mata beberapa kali. Dia baru terpikirkan sesuatu.
"Bukannya Shoko itu teman dekatnya (Name), ya? Dia pasti tahu makanan kesukaannya?"
"Eh? Iya, ya! Suguru, telpon Shoko, dong!"
"Iya, iya."
__ ◆◆ __
"Ini ... rumah (Name), ya?"
Gojo memandangi rumah berlantai tiga di depannya layaknya orang bodoh. Menoleh kanan kiri, lalu melompati pagarnya. Mengedarkan pandangan, Gojo menaikkan sebelah alisnya. Merasa familiar dengan rumah ini.
Menekan bel dengan tidak sabaran. Sebelah tangan Gojo memegang bingkisan berisi chocolate cake kesukaan (Name).
"Sebentaar,"
Suara dari dalam rumah membuat Gojo berhenti menekan bel. Menunggu orang yang akan membukakan pintu besar ini untuknya.
"Haloo~~," seperti biasa. Gojo menyapa dengan ramah.
(Name) yang membuka pintu refleks menutupnya kembali. Tapi, kaki Gojo duluan masuk sebelah untuk menahan pintu tertutup rapat. Walau begitu, (Name) tetap menahan pintu agar tidak terbuka lebar dan menjepit kaki Gojo.
"Hei! Ubur--maksudku--(Name)! Bisa biarkan aku masuk ke dalam rumahmu??"
"Apa yang kamu lakukan disini, Gojo?! Pergi!!"
"Aku datang kemari untuk menjengungmu ...,"
Mendengar nada serius dari Gojo. (Name) terdiam.
" ... Dan untuk mengembalikan pulpenmu yang kemarin jatuh," lanjut Gojo.
(Name) menyerah. Dia membuka lebar pintu rumahnya, disambut wajah Gojo yang berseri-seri karena senang akhirnya kakinya tidak dijepit lagi.
"Masuklah,"
"Maaf mengganggu~,"
Gojo mengikuti (Name) yang menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua. Mempersilahkan Gojo masuk ke kamarnya, sementara dirinya turun ke lantai bawah mengambil minuman.
Saat kembali. (Name) mendapati Gojo rebahan di atas sofa panjang kamarnya. Menghela nafas, dia meletakkan dua minuman dingin diatas meja depan Gojo.
"Aku nggak nyangka rumahmu besar banget," bangun dari rebahannya. Gojo membuka satu minuman dingin yang bersoda. Sementara milik (Name) sendiri susu rasa coklat.
"Jadi?" Tanya (Name).
Gojo mengeluarkan pulpen (Name) dari dalam sakunya.
"Nih," lalu memberikannya pada (Name).
(Name) menerima pulpennya kembali. Kemarin saat sampai dirumah, dia kesulitan mencari pulpen kesukaannya, ternyata jatuh dan dipungut Gojo.
"Terima kasih,"
"Oh iya! Aku juga bawa cake untukmu!" Meletakkan bingkisannya keatas meja. Gojo mendorongnya sampai depan (Name).
"Eh?" Mengerjab mata sebentar. Tidak percaya Gojo membawakannya makanan. Tersenyum kecil, (Name) kembali mengucapkan terima kasih.
Gojo memerhatikan (Name). Ekspresinya masih sendu, matanya juga sedikit membengkak dan memerah. Rambut hitamnya dibiarkan terurai sedikit berantakan.
"Kamu ... terlihat mengenaskan," Gojo berujar tanpa sadar. Bukannya kalimat maaf atau menghibur, malah mengeluarkan kalimat yang akan memperburuk suasana.
"Um, memang,"
Gojo yang hendak saja mengeluarkan kata maaf terhenti saat (Name) berkata hal diluar ekspetasinya. Menggaruk tengkuk, dia menaikkan satu kakinya keatas meja.
"Tentang yang kemarin ... maaf,"
(Name) mengangkat kepala. Menatap Gojo yang juga menatapnya balik. Mengerjab sebentar, (Name) tersenyum.
"Tak apa. Bukan salahmu," jawabnya.
Suasana menjadi hening. Perasaan canggung lebih mendominasi sekarang, Gojo benci situasi seperti ini. Menengadah keatas, melihat langit-langit kamar (Name). Memikirkan sebuah topik yang akan mencairkan situasi sekarang.
"Aku akan melupakan Geto-san,"
Gojo kembali menatap (Name). Melihat gadis itu yang menundukkan kepalanya.
"Kamu ... serius?" Tanya Gojo.
"Iya," (Name) mengangkat kepala. Menatap Gojo balik, senyuman terbit diwajah cantiknya.
"Aku akan melupakannya mulai dari sekarang," lanjutnya. Meminum susu rasa coklatnya.
Gojo menggaruk kepala.
"Disaat seperti ini kamu baru tersenyum? Dasar aneh,"
"Bukannya kamu lebih aneh, ya?"
"Hmm, iya sih," memasang ekspresi berpikir, Gojo mengusap dagunya.
(Name) tertawa. Tawanya tidak sekeras Gojo, hanya tawa kecil dengan lengan yang menutupi bibir pink dan sebagian wajahnya.
"Wah! Kamu tertawa!!"
Ini pertama kalinya Gojo melihat (Name) tertawa. Belakangan ini dia sempat berpikir kalau (Name) adalah orang yang sangat kaku sampai tidak bisa tertawa karena leluconnya. Seperti Nanami. Ternyata tidak, gadis itu bisa tertawa.
"Tentu," menghentikan tawanya, (Name) masih memasang senyum.
"Ubur-ubur! Kamu harus banyak-banyakin senyum!!"
"Um, aku sedang mencobanya, sih," (Name) memegang dagunya.
"Good Job, Ubur-ubur!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Baiklah. Aku pulang dulu,"
(Name) melambaikan tangannya pada Gojo yang berjalan kearah gerbang rumahnya.
"(Name)-chan!!!"
Gojo berhenti berjalan. Terpaku dengan seseorang yang tiba-tiba membuka gerbang rumah (Name). Seorang pria berambut hitam berperawakan tinggi. Wajahnya terlihat masih mudah, tidak ada bulu-bulu yang tumbuh diwajahnya.
Pria itu menatap Gojo dengan pandangan bertanya. Gojo menatapnya balik.
"Kau ... bocah dari klan Gojo?"
"Papa?"
________
Aku nulis ini sambil dengerin lagu Lose You Now, Lindsey stirling (ft Mako).
Andift ✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top