🍁 Chapter 6 🍁
____ | Your Smile | ____
"(Namee)!! Bisa bantu aku mengerjakan soal ini?? Aku tidak paham sama sekali,"
Shoko membalikkan tubuhnya kebelakang. Tangannya memperlihatkan buku tulisnya pada (Name). Melihat buku Shoko sebentar, (Name) mengangguk dan mengambil bukunya.
"Untuk yang ini, kamu pakai rumus yang kata kerja kedua,"
Dari jauh, Gojo memperhatikan (Name) yang menjelaskan pelajaran bahasa Inggris pada Shoko.
"GOJO!! APA YANG KAU LAKUKAN DI ATAS POHON?! MASUK KELAS SEKARANG!!"
Guru yang mengajar meneriaki Gojo yang sedang bersantai di atas batang pohon besar, dekat dengan jendela kelasnya. Memerhatikan (Name) yang sedari tadi pura-pura tidak menyadari keberadaan Gojo.
"Maaf, sensei!! Aku punya urusan yang sangaaaat penting dari pelajaran sensei!" Teriak Gojo membalas perkataan sang guru.
"Apa?! Urusan apa yang lebih penting dari belajar?!!"
"Merhatiin (Name),"
Tubuh (Name) menegang. Satu kelas melihat kearahnya dengan ekspresi ingin tertawa. Shoko menutup mulutnya yang mau ngakak. (Name) menundukkan kepalanya dengan wajah memerah.
Gojo yang masih diomeli melompat kearah jendela yang terbuka. Masuk dan berjalan kearah kursinya dengan santai.
"Saya sudah masuk, sensei," ucap Gojo.
"Saya berharap kamu cepetan lulus dari sini."
"(Name) ... kamu tidak apa-apa 'kan?" Tanya Shoko merasa kasihan setelah menetralkan dirinya sendiri. Melihat (Name) yang masih menunduk dengan wajah memerah.
"Iya. Aku tidak apa-apa," mengangkat kepala. (Name) kembali menjelaskan soal yang tidak dimengerti Shoko.
"Oi, pstt! Satoru!"
Gojo menoleh kesamping. Melihat Geto yang memanggilnya.
"Apa?"
"Kamu sudah hilang kewarasan, ya?" Tanya Geto heran.
"Ha?!!" Mengeryitkan alis. Gojo tidak paham maksud Geto mengejeknya seperti itu.
"Lihat kearah (Name)!"
Gojo melihat (Name). Dimatanya, (Name) terlihat seperti biasa.
"Tidak ada apa-apa, tuh!"
"Kalau dia marah karena ini sama kamu. Jangan datang merengek padaku!"
"Apa maksud?!!"
Bel istirahat berbunyi. (Name) membereskan alat tulisnya lalu mengambil bekalnya. Hendak berjalan keluar, tapi dihentikan Gojo.
"Ubur-ubuuur!! Kamu mau ke taman belakang, ya??? Ikut dong!!"
(Name) menatap sebentar Gojo yang berseri-seri. Lalu berjalan melewatinya tanpa mengucapkan apapun.
"Eh?" Menggaruk kepala heran. Gojo melihat punggung (Name) yang menghilang dari balik pintu.
"Kan sudah kubilang. Dia marah padamu," Geto datang, berdiri disamping Gojo.
"Makanya jangan berlebihan. (Name) itu belum terbiasa dengan tingkah anehmu, tau," Tambah Mahito.
"Souka ...," memasukkan kedua tangan dalam saku. Gojo melangkah keluar dari kelas.
"Apa dia akan meminta maaf?" Tanya Mahito.
Geto mengangkat kedua bahunya.
"Satoru punya cara sendiri, sih,"
_______
"Ubur-ubur!! Kamu dengar akuuu????"
(Name) seakan menulikan telinga. Menikmati bekalnya tanpa menghiraukan teriakan Gojo yang terus memanggilnya dari samping.
"Ayolaah, ubur-ubur! Sebagai babuku, kamu harus terbiasa dengan sifatku!!"
Punya cara sendiri, Gojo memaksa (Name) secara tidak langsung untuk memaafkannya. Karena lelah diabaikan, Gojo merebahkan tubuhnya di rerumputan samping (Name). Kacamata dilepas, Gojo memperhatikan helaian bunga sakura yang mulai terbang ditiup angin.
"Ubur-ubur, kamu denger aku, nggak?" Kembali merengek. Gojo mengubah posisinya menjadi tengkurap. Menangkup kedua pipinya dengan telapak tangannya.
(Name) tidak menjawab. Dia masih kesal dengan tingkah Gojo. (Name) sangat malu diperhatikan oleh teman-temannya, apalagi ada Geto disana.
Gojo mengubah posisinya lagi. Kali ini tengkurap tanpa menangkup kedua pipinya. Dia biarkan dirinya yang besar tepar di samping (Name). Tangan direntangkan begitu juga kedua kakinya. Sangat mengambil tempat.
Perutnya berbunyi karena belum diisi. Meski pagi tadi dia cepat datang kesekolah, tapi Gojo tidak sempat sarapan.
"Gojo-san, belum makan, ya?"
Matanya tiba-tiba berbinar. Tersenyum sangat lebar, dia menoleh kearah (Name).
"Belum!"
(Name) mengeluarkan satu roti dari sakunya.
"Bekalku sudah habis. Hanya tersisa roti itu, makan, ya?" (Name) berdiri. Membersihkan sedikit rumput yang menempel di rok-nya lalu berjalan pergi.
"Eh? Kamu sudah mau pergi?!!" berteriak keras, Gojo bangun dari posisinya dan mengejar (Name).
"Iya, waktu istirahat hampir selesai," tanpa menghentikan langkah kaki. (Name) menjawab pertanyaan Gojo.
Mereka jalan beriringan menelusuri lorong tang dipenuhi murid. Gojo menikmati roti pemberian (Name), sementara gadis itu berjalan dengan tenang disampingnya.
"Mereka pacaran, ya?"
"Uwaah, (Name) yang pendiam ternyata pacaran dengan Gojo?!"
"Mereka teman sekelas. Wajar dong kalau mereka jalan bersama kek gitu,"
"Tapi ... kemarin aku melihat mereka berdua mesra-mesraan di jalan, lho! Banyak orang yang lihat juga!"
Gojo melirik kearah (Name). Penasaran dengan ekspresi gadis itu setelah mendengar gosip yang menyebar tentang mereka berdua. (Name) terlihat biasa saja, tetap jalan dengan tenang tanpa menundukkan kepala.
"Eehh,"
"Hm? Ada apa, Gojo-san?" (Name) menoleh, menatap Gojo bingung.
"Kamu ... sudah tidak marah lagi 'kan padaku?"
"Sudah tidak, kok," tersenyum tipis. (Name) tanpa sadar memberikan tatapan lembut pada Gojo.
Gojo mengangkat alisnya. Ikut tersenyum.
"Baguslah! Yey!!" Kedua tangan di angkat keatas. Senang akhirnya (Name) berhenti mengabaikannya.
"Tuhkan! Mereka pasti pacaran!!"
"Jangan salah sangka dulu, woi! Kau mau di ryoiki tengkai oleh Gojo?!"
_______
(Name) berjalan menyusuri lorong. Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Dan Gojo menyuruhnya untuk menunggu di depan gerbang seperti kemarin.
"(Name)?"
(Name) menghentikan langkah. Dia membalikkan tubuh kebelakang. Wajahnya tiba-tiba sedikit memerah saat mendapati Geto melambai padanya dengan senyuman.
"Kamu baru mau pulang?"
Ini pertama kalinya dia berinteraksi biasa dengan Geto. (Name) menganggukkan kepala.
"Iya."
Geto mendekat kearah jendela. Menyandarkan dirinya disana.
"Bagaimana rasanya dekat dengan Satoru?"
(Name) menatap Geto. Wajahnya sedikit menggelap karena membelakangi matahari yang mulai terbenam.
"Dia ... merepotkan ...," menggaruk tengkuk. (Name) memasang wajah lelah.
Geto tertawa.
"Dia memang seperti itu," ucapnya setelah tawa berakhir.
(Name) sedikit tersenyum.
"Bagaimana caranya kamu bisa tahan dengan sifatnya Gojo-san?" Tanyanya.
Geto memegang dagunya, memasang ekspresi berpikir.
"Yah ... aku kadang ikut nge-goblok dengannya. Meski dia terlihat keras kepala, kurasa ... dia masih bisa mendengarkan perkataan orang lain jika Satoru mengakuinya."
"Gojo-san sepertinya sedikit mendengar perkataanmu, ya?"
"Ya ... aku pernah beberapa kali menghentikannya untuk melakukan aksi yang berlebihan," melangkah mendekat, Geto berhenti di depan (Name).
Senyumannya terpasang. Tangan Geto terangkat mengelus kepala (Name). Gadis itu menunduk bersamaan dengan warna merah padam muncul di wajahnya. Pupil mata (Name) bergetar dengan berbinar terang, menggigit bibir bawahnya menahan ekspresi senang.
"Kuharap ... kamu benar-benar menjinakkan singa keras kepala itu,"
Kepala terangkat naik. Menatap Geto dengan pandangan bingung.
"Maksudmu ... Gojo-san?"
Geto menganggukkan kepalanya.
"Wah~, kalian lagi ngobrolin apa? Aku ikutan dong,"
Gojo datang dari arah belakang (Name). Berdiri di belakangnya, lalu meletakkan dagunya diatas kepala (Name) yang lebih pendek darinya.
Gojo menatap tajam pada Geto dari balik kacamata, Geto yang peka langsung menyadarinya. Menaikkan kedua tangan, menyerah.
"Kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa, Satoru, (Name)," Geto berbalik, melambaikan tangannya.
"Bye bye~ semoga nggak selamat sampai dirumah, ya~~," Gojo melambaikan tangannya, masih dalam posisi yang sama.
"Kamu kalau nggak niat, nggak perlu bicara, Satoru sialan!!"
"G-Gojo-san ... kepalamu berat,"
Gojo mengangkat kepalanya dari atas (Name). Dia mengelus kepala dan lehernya yang sakit.
"Ayo pulang,"
Tidak ada nada jenaka di perkataan Gojo tadi. (Name) langsung melihat Gojo yang sudah jalan duluan. (Name) tahu, kalau pria itu sedang dalam suasana tidak bagus.
"Dia ... pasti tambah merepotkan ...."
___________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top