🍁 Chapter 5 🍁
____ | Your Smile |____
(Name) memandang rumah besar juga menjulang tinggi di depannya. Rumah dua lantai dengan pagar tinggi, rumah milik Gojo Satoru.
"Gojo-san ... ini rumahmu?" Menoleh ke samping kanan. (Name) menatap Gojo sambil menedongak.
"Iya dong!"
(Name) kembali melihat rumah besar di depannya.
"Ini memang cocok untukmu,"
"Haha! Bagi pria tampan dan kaya sepertiku! Tentu saja--"
"Aku tidak tertarik dengan itu," berkata dengan nada khasnya, (Name) berhasil membuat Gojo bungkam.
"Ya sudah," Gojo berjalan terlebih dahulu diikuti (Name) dari belakang.
Tangannya membuka kunci pintu, memutar kenop, dan mendorong pintu agar terbuka. (Name) mengikuti Gojo yang sepertinya akan membawanya ke dapur.
"Sekarang masakin aku makanan, dong,"
Gojo merebahkan dirinya di sofa. (Name) meletakkan belanjaan Gojo diatas meja depannya.
"Kamu ingin makan apa?"
"Apa ya~? Terserah kamu aja, deh," tangan Gojo memberikan apron pada (Name).
"Batu goreng saja, bagaimana?" Tawar (Name) memasang apron ditubuhnya.
"Ubur-ubur ... kamu mau aku mati keselek, ya?"
"Kamu tidak akan mati semudah itu, Gojo-san," -(Name) mengikat rambut panjang sepunggungnya-, "apa kamu ada alergi sama makanan?"
"Tidak ada~,"
(Name) berjalan menuju kulkas, membukanya setelah mendapat izin dari Gojo. Mata hitamnya menatap bahan makanan yang lumayan lengkap. Setelah tahu akan memasak apa, tangan (Name) terulur mengambil bahan masakan.
Tangannya dengan lihai memotong dengan pisau. Berjalan kesana kemari karena jarak kulkas dan kompor yang sedikit jauh.
"Hmm ...,"
(Name) sedikit tersentak saat telinganya mendengar suara. Tubuhnya terkurung oleh lengan kekar yang menahan tubuh Gojo dari belakang (Name). Dia menoleh kekanan dan mendapati wajah Gojo yang berjarak beberapa senti darinya.
"G-gojo-san ... apa yang kamu lakukan ...?" (Name) bertanya dengan pipi bersemu. Dia tidak bisa menghindari Gojo karena terkurung diantara lengannya.
"Hmm~, aku hanya memastikan kamu tidak menggoreng batu untukku," jawabnya tanpa mengubah posisi.
"Kamu tidak tahu yang namanya bercanda, ya, Gojo-san?" (Name) melanjutkan kegiatannya.
"Aku tahu," Gojo menegakkan tubuhnya kembali. (Name) menghela nafas, terbebas dari posisi yang menurutnya aneh.
"Setelah memasakkanmu makanan. Aku akan pulang,"
"Apa?!" Gojo mendekat. Menurunkan sedikit kacamata hitamnya dan menatap protes pada (Name).
(Name) memiringkan kepala.
"Apa masih ada lagi yang harus kulakukan untukmu?"
"Kamu baru bertanya?!"
"Eh? Um, iya. Tadi kamu cuma bilang buat dimasakin makanan 'kan?"
Gojo menggaruk tengkuk. Wajahnya memasang ekspresi tidak ikhlas.
"Kamu punya urusan, ya, makanya harus cepat pulang?" Tanya Gojo. Menyandar pada pantry.
"Iya. Papaku menunggu dirumah, kalau aku tidak pulang, dia akan kelaparan."
(Name) membawa hasil masakannya ke meja makan. Gojo mengikut dibelakangnya.
"Makanannya sudah siap. Aku pulang dulu, ya?"
"Tunggu," Gojo menahan lengan (Name) yang hendak melepas apron.
"Ada apa?"
"Setidaknya ... biarkan aku menghabiskan makanku dan mengantarmu pulang. Kamu tidak takut pulang sendiri? Sudah hampir malam, tau,"
Mengerjab dua kali. (Name) mengintip dari jendela. Seperti yang dikatakan Gojo. Malam gelap hampir menguasai langit.
"Baiklah ...."
"Yey! Suapin aku ya!!"
"Tidak mau, Gojo-san."
___________
Pagi harinya. (Name) menggeser pintu kelas. Masih sepi. Dia datang terlalu pagi hari ini. Mendudukkan diri di kursi dekat jendela, (Name) menopang dagunya. Menatap keluar jendela, memandang lapangan luas yang dilalui beberapa murid yang rajin datang pagi.
"Ohayo, (Name),"
(Name) menegakkan badan. Dengan cepat menoleh kebelakang dan mendapati Geto Suguru menyapanya.
"O-ohayo ... Geto-san,"
Pipi bersemu merah ketika menyadari hanya dirinya dan Geto di dalam kelas ini. Geto meletakkan tas-nya diatas mejanya. Lalu beranjak keluar kelas.
(Name) sedikit kecewa. Memandangi punggung Geto yang sudah menghilang dari balik pintu. Dia dengan malas melipat kedua tangan diatas meja, lalu merebahkan kepala.
"OHAYOOOOO!!!!" Suara pintu digeser keras serta teriakan menggema.
"Eh? Masih kosong, toh,"
(Name) mengangkat kepalanya karena kaget, mata hitamnya menangkap Gojo yang melangkah ke mejanya. Meletakkan tasnya, mata indah milik Gojo melirik (Name) yang menatapnya.
"Kenapa? Naksir, ya?"
(Name) kembali merebahkan kepala diatas meja di lipatan tangan. Tidak menjawab pertanyaan aneh Gojo.
Gojo melangkah mendekat, menarik kursi lalu duduk di depan (Name). Dia ikut merebahkan kepalanya diatas meja, memiringkan kepala agar dapat melihat (Name).
Senyum terbit di wajahnya. Tangan besarnya memainkan rambut panjang (Name). Gadis itu merasa terganggu, mengubah posisi kepala hingga menyadari wajahnya dengan Gojo tinggal beberapa senti saja.
"Ohayoo~," seringai jahil terpasang. Gojo mengacak-acak rambut (Name) hingga berantakan. Dan ...
"Aw! Aw! Hey! Lepas!!"
(Name) menarik kasar rambut aestetic milik Gojo. Ekspresi gadis itu biasa saja, pokerface, tidak peduli Gojo yang merengek minta rambutnya dilepaskan.
Setelah puas, (Name) melepas jambakannya. Gojo mengusap kepalanya, sedikit nyeri di kulit kepala karena rambutnya tertarik. Bahkan beberapa helai rambut terlepas dari kepalanya.
"Kamu ini kasar banget, sih, ubur-ubur!!"
"Makanya jangan menjahiliku seperti itu," (Name) menjawab dengan nada datar. Menatap Gojo malas. Dia bertopang dagu, menonton Gojo yang masih memperbaiki tataan rambutnya.
"Ne, Gojo-san. Tumben kamu datangnya pagi-pagi? Biasanya lima menit sebelum bel kamu baru datang, itu pun penampilanmu masih berantakan," tanya (Name) masih bertopang dagu.
"Kamu kok bisa tahu, sih? Merhatiin aku, ya?" Dengan nada jahil Gojo bertanya.
"Iya," jawab (Name).
"Eh?"
Gojo terdiam. Reaksi apa yang harus dia pakai untuk membalas jawaban (Name) yang tidak terduga? Dalam pikiran Gojo tadi, (Name) akan menyangkal pertanyaannya dengan wajah memerah. Tapi ... kenapa dia yang merasa terjahili?
"Ubur-ubur ... jawabanmu tadi ... bisa membuatku salah paham, tau," ungkapnya.
"Salah paham seperti apa maksudmu, Gojo-san?"
Gojo tahu sekarang. Ini murni sifat (Name). Dia sempat berpikir random kalau (Name) membalas tindak kejahilannya. Ternyata tidak.
"Tidak ada ...," Gojo ikut bertopang dagu di meja (Name). Matanya melirik tas (Name) yang punya gantungan baru. Bentuknya ubur-ubur sama seperti yang kemarin dia ambil paksa dari tas (Name).
"Gantungan itu ...?"
(Name) ikut melihat tasnya. Dia memegang gantungan ubur-ubur itu.
"Gantungan yang kamu ambil kemarin itu punya pasangan. Yang ini warnanya pink, yang kamu ambil kemarin warna biru," jelas (Name), sedikit tersenyum kecil.
Gojo melihat senyuman itu dari samping.
"Kamu ... beneran suka, ya, sama ubur-ubur?"
"Iyaa! Makanya saat kamu memanggilku ubur-ubur aku tidak keberatan," mata hitamnya berbinar menatap Gojo. (Name) semakin melebarkan senyumnya.
Gojo terdiam sebentar, menatap mata (Name) yang indah saat berbinar dan tersenyum lebar.
"Ada yang pernah bilang, nggak? Kamu kalau senyum itu cantik banget, tau," ungkap Gojo mengikis jaraknya dengan (Name).
(Name) memiringkan kepalanya.
"Shoko pernah mengatakan itu padaku,"
"... oh ...."
_______
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top