🍁 Chapter 10. 1 🍁
__ | Your Smile | __
"Baiklah, untuk festival budaya nanti, kelas kita akan menyumbangkan apa ...?"
Musim panas telah tiba, sekarang sekolah mereka akan mengadakan festival budaya.
Geto menatap satu per satu teman-teman sekelasnya. Menghela nafas lelah, dirinya bingung ingin bersyukur atau tidak. Teman-temannya mengangkat semua tangan mereka, yang artinya semuanya punya usulan untuk menyumbangkan acara mengisi kegiatan festival satu minggu lagi.
Kecuali dua orang yang lagi berdebat soal pelajaran di pojokan dekat jendela.
"Satoru, (Name), kalian punya usul?" Tanya Geto.
(Name) dan Gojo menoleh. Menatap Geto beberapa saat lalu menggeleng bersamaan.
"Tidak ada!" Jawab mereka berdua.
Geto tepuk jidat. Tidak ada pilihan lain, dia akan mendengarkan semua usulan aneh teman-teman sekelasnya lalu mempertimbangkannya.
"Kelas kita kali ini akan kolaborasi dengan kelas B, dan mereka meminta kita yang menentukan akan membuat atau menampilkan apa," jelas Geto. Telinganya mulai mendengar usulan-usulan semua orang. Ada yang mengusulkan maid cafe, rumah hantu, pertunjukkan sulap, komedi, dan banyak lainnya.
"Kita sudah mengadakan rumah hantu tahun kemarin atas usulan Satoru. Tahun sekarang mau lagi? Kalian tidak bosan?" Tanya Geto heran. Beberapa orang yang mengusulkan rumah hantu nyengir.
Shoko mengangkat tangannya.
"Drama aja gimana? Kalau drama membutuhkan banyak orang, kita bisa bekerja sama dengan kelas B juga 'kan?" Usulnya.
Geto memegang dagu, berpikir.
"Boleh, tapi drama apa?"
"Shinderella aja?"
Geto mengangguk.
"Kita ambil drama. Ada yang keberatan?"
Hening. Tidak ada yang mengangkat tangannya maupun protes.
"Berarti fix kita ambil drama,"
"Okeeee!!"
"Lalu ... yang jadi pangeran dan Shinderella-nya siapa? Yang jadi tikus, pohon, rumah, pengawal dan lainnya?" Tanya Mahito.
"Aku akan mendiskusikannya dengan kelas sebelah dulu," Geto melangkah keluar.
Beberapa saat kemudian Geto kembali. Suasana kelas yang awalnya berisik menjadi tenang.
"Aku sudah diskusi. Kelas B minta kita yang menentukan Shinderella-nya dan yang akan bekerja di belakang panggung. Kelas B sendiri yang akan mengambil peran di panggung," jelas Geto.
"Yang jadi pangerannya siapa? Dari kelas B 'kan?" Tanya Mahito.
"Iya. Sukuna yang jadi pangerannya,"
"Anjirr, bisa akting dia ternyata,"
"Ya sudah. Ada yang ingin mengajukan dirinya menjadi Shinderella?" Tanya Geto. Beberapa gadis dari dalam kelasnya mengangkat tangan, dan yang Geto tahu mereka semua fans Sukuna. Salah satu anak berandalan yang ada di jalan yang sama dengan Gojo. Cuman lebih parah Sukuna.
Geto menggaruk pipi. Mengambil orang-orang yang terlalu menyukai Sukuna adalah pilihan buruk. Mereka akan lebih fokus ke Sukuna bukan pada akting dramanya. Yang ada mereka malah pingsan saking senangnya, atau diam berdiri layaknya orang bodoh di atas panggung sambil menatap Sukuna dengan wajah berseri-seri.
Pilihan yang sangat buruk.
Geto melirik kearah Gojo dan (Name) yang masih berdebat soal rumus.
"Kamu salah pake rumus, ubur-ubur! Yang benar tuh ini!" Gojo menunjuk kumpulan angka pada buku tulis (Name).
"Yang itu rumus untuk mengerjakan nomor satu, Satoru. Sekarang sudah nomor tiga!"
"Kan soal nomor satu dan tiga sama! Beda angka doang!"
"Soal nomor satu dan tiga itu beda. Soal nomor tiga pakai rumus yang ini!" Tunjuk (Name) pada salah satu rumus di bukunya yang berbeda dengan yang di tunjuk Gojo.
Geto seketika mendapatkan ide. Menoleh pada Shoko dan memanggilnya. Membisikkan sesuatu padanya yang diangguki semangat oleh Shoko.
"Oke!"
Geto berdehem.
"Aku yang menentukan siapa yang akan memerankan Shinderella-nya," ucapnya. Semuanya memandang Geto penasaran. Ada yang deg-degan saking penasarannya.
"Aku pilih orang yang nilai seni-nya paling tinggi," menyeringai sebentar. Geto tidak sabar melihat wajah terkejut temannya.
"(Name) yang akan memerankan Shinderella,"
Secara serempak semua orang menoleh pada (Name) yang masih sibuk berdebat dengan Gojo. Sadar dirinya diperhatikan, (Name) menatap bingung teman-temannya beberapa saat. Menatap wajah berseri-seri mereka membuat (Name) merasa tidak nyaman. Hingga bergeser agar tubuhnya di tutupi badan besar Gojo.
"Kamu kenapa, ubur-ubur?" Tanya Gojo heran. Melihat wajah (Name) yang memerah. Gojo menoleh kebelakang, mendapati satu kelas melihat kearah (Name).
Jengkel. Gojo mengangkat kursinya.
"Kalian ngapain liat-liatin ubur-ubur dengan wajah jelek seperti itu, hah??!!"
Mahito menatap Geto yang menahan sedang tawanya.
"Kau yakin memilih (Name)? Karena sepertinya ... pawangnya (Name) keberatan bangeet," ucapnya dengan nada datar.
"Tidak apa. Hanya (Name) yang bisa diharap memerankan Shinderella,"
__ ◆◆ __
"Ryoiki tenkai--"
"Sudah-sudah! Ayo pulang! (Name)-mu sudah menunggu di depan gerbang, tuh!"
Geto menarik kerah belakang baju Gojo, menyeretnya menuju depan gerbang. Menghentikan aksi berlebihan Gojo hanya karena tidak terima (Name) memerankan Shinderella. Mendecak kesal, Gojo sudah tahu alasan kenapa semua teman sekelasnya menatap (Name) dengan pandangan berbinar.
"Kenapa kau memilih (Name), huh?! Sama Sukuna lagi?!" Gojo protes. Tidak terima jika (Name) harus pura-pura jatuh cinta dengan Sukuna di atas panggung.
"Terima saja. Hanya (Name) yang bisa memerankannya. Dia punya nilai tinggi di seni drama. Lagipula Shinderella ada scene nyanyinya, suara (Name) itu bagus 'kan? Dia sempurna memerankannya," jawab Geto.
"Yang lain 'kan bisa?! Atau panggil Utahime di Kyoto buat meranin Shinderella!! Suaranya bagus 'kan?!"
"Jangan berlebihan, Satoru."
"Cih!"
Melipat tangan di depan dada. Gojo mendecak kesal lagi. Ini benar-benar menyulut emosinya yang labil.
"Eh? Geto-san? Satoru mana ...,"
(Name) menatap bingung Gojo yang gambek. Tidak memberontak saat Geto menyeretnya di tanah seperti koper.
Geto memegang bahu (Name). Tersenyum menatapnya.
"Kuserahkan beban ini padamu, (Name)! Aku mengandalkanmu!" Ucapnya, lalu melepaskan pegangannya pada kerah baju Gojo.
"Hei!!"
"Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok kalian berdua," mengangkat sebelah tangannya melambai. Geto berjalan menjauh.
"Satoru ... ayo pulang,"
Gojo berdiri. Melangkah kearah jalan rumah (Name).
"Bukannya jalan rumahmu lewat sana?" (Name) jalan disamping Gojo. Menunjuk kearah sebaliknya.
"Aku mau main ke rumahmu," jawabnya tanpa niat.
"O-oh ... baiklah,"
Keheningan menghampiri. Tidak biasanya Gojo diam seperti ini. (Name) jadi khawatir, jangan-jangan Gojo marah karena dia menjadi Shinderella? Tunggu, sejak kapan (Name) peduli dengan emosi Gojo?
"Ubur-ubur, saat festival nanti kita bolos, ya?"
(Name) menoleh, sedikit mendongak menatap Gojo.
"Bukannya kamu tidak boleh bolos lagi?"
"Tenang saja. Tidak akan ada yang menyadarinya karena satu sekolah sibuk,"
"Eeh ... tapi ...."
Gojo berhenti berjalan. Membalikkan badan menghadap (Name), memegang kedua bahu gadis itu dengan erat.
"Aku nggak rela kamu main peran dengan si goblok Sukuna!!" Ucapnya menatap (Name) serius.
"I-iya tapi--,"
(Name) tidak tahu harus menjawab apa. Meski keberatan karena dirinya dipilih secara sepihak untuk menjadi salah satu aktornya, (Name) merasa tidak enak hati menolak. Disisi lain, dia merasa kasihan dengan Gojo, entah karena apa.
"Jangan ajakin (Name) berbuat sesat, Satoru,"
Entah bagaimana caranya. Geto ada di antara mereka. Menatap Gojo dengan senyuman tidak ikhlas.
"Kau menyebalkan, Suguru,"
"Iya, iya, bawel."
_____________________
Book ini belum ke konflik, masih awal sih.
Andift♥♥♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top