1. Postponing
Mikayla Aliya Al Khatiri, S.Ars., M.Ars.
dengan
Al Dzaky Reihan Muhammad, S.Kom., M.Comp.Sc.
Tulisan itu telah dibaca berulang kali dengan perasaan bangga bercampur kegundahan. Mika memandang undangan pernikahannya yang begitu cantik dan mewah. Ia tak ragu menggunakan sebagian tabungannya untuk membuat undangan pernikahan itu seperti yang didambakan. Meski mungkin undangan mewah tersebut akan berakhir sebagai pajangan atau berada di tong sampah.
Mika kembali melirik smartphone. Helaan napasnya berembus dengan kasar. Melihat layar smartphone yang masih bersih tanpa notifikasi balasan apapun dari sang kekasih, Reihan. Pekerjaan Reihan sebagai IT Support kantor advokat ternama yang terdaftar di Kedubes Amerika, membuat kekasihnya itu sangat sibuk. Hingga sering melupakan janji dan meeting untuk persiapan pernikahan mereka.
Kesibukan Reihan yang semakin menjadi-jadi, membuat Mika merasa lelah dan gundah gulana. Sedang Reihan, hampir seharian ini tak bisa dihubungi. Kedua orang tua Reihan pun bingung mencari keberadaan sang putra tunggal mereka.
"MyRei."
Rangkaian huruf itu muncul di layar smartphone Mika. Suara dering telepon terdengar berisik di telinga Mika yang sedang tak ingin diganggu. Dengan malas, Mika mengangkat panggilan itu.
"Assalamu'alaikum, Sayang," salam Reihan yang terdengar merdu dan lembut di telinga Mika.
Mika membalas, "Wa'alaikumsalam."
"Maaf. Abang sibuk banget hari ini. Smartphone-nya ketinggalan tadi di kantor, sampai low-bat. Marah?"
"Nggak bisa pinjam telepon temen buat kasih kabar?"
"Maaf, Sayang. Lagi ruwet hari ini."
"Aku juga lagi ruwet hari ini, ngurusin yang penting sampai nggak penting buat pernikahan kita. Bisa ketemu sebentar? Kalau nggak bisa, video call sekarang. Kalau nggak bisa juga, aku cancel semuanya!"
"Abang ke sana sekarang."
"Hati-hati!"
"I love you."
"Huum."
Helaan napas berat terdengar di telinga Mika sesaat sebelum panggilan terputus tanpa salam penutup. Mika memijat kepalanya yang terasa hampir meledak. Ia memandang foto-foto kebersamaannya bersama Reihan di atas meja yang dilapisi kaca tebal. Foto-foto mereka hampir memenuhi meja kerja Mika. Foto semenjak mereka masih berseragam abu-abu hingga hampir menikah.
♡♡♡
Kepala Mika menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Ia memandang Reihan yang menyunggingkan senyum sembari menutup pintu. Reihan menghela napas lega, ketika melihat Mika belum tertidur. Meski jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih. Reihan mengecup kening Mika cukup lama, seakan menghantarkan kerinduan dan penyesalannya beberapa hari terakhir.
Sebelum berjongkok, Reihan mengenggam kedua tangan Mika dengan erat. Kedua matanya memandang wajah Mika yang sedang menutupi kemarahan dan kekecewaan.
"Abang minta maaf," ucap Reihan meminta maaf dengan tulus.
Mika mengangguk perlahan. Walau hatinya sakit melihat keadaan Reihan yang tampak kacau. Kantong mata menghitam, wajah kuyu, dan rambut berantakan. Meski begitu rasa cintanya kepada Reihan tak pernah berkurang sedikit pun. Semakin hari justru semakin bertambah.
"Masih marah?" tanya Reihan hati-hati.
Mika kembali mengangguk, "Sudah makan?"
"Sudah. Tadi makan sama Bang Raka. Abang harus ngapain supaya marahnya Mika hilang?" ungkap Reihan yang tak menginginkan adanya pertengkaran lagi.
Rasanya Reihan ingin segera tertidur. Ia sangat lelah karena seharian ini belum sempat tertidur walau sekejap. Ia khawatir kelelahannya akan berujung emosi jika Mika mengajak bertengkar seperti beberapa hari lalu. Benar kata orang, semakin mendekati hari pernikahan, semakin banyak cobaan yang datang.
"Abang masih mau nikah sama Mika nggak?" tanya Mika yang mampu membuat Reihan tersentak.
"Astaghfirullah. Kok, tanyanya gitu? Ada apa? Kita sudah sejauh ini, dan Mika masih tanya soal hal itu?" jawab Reihan yang mulai tersulut emosi karena pertanyaan tidak penting dari Mika.
"Mika capek. Setiap hari harus bolak-balik urus ini dan itu sendirian. Meeting ke sana, kemari. Sedangkan Abang tiba-tiba semakin susah dihubungi, apalagi dicari," keluh Mika menahan kekesalannya.
Helaan napas Reihan berembus perlahan, mencoba tetap bersabar kepada Mika, "Maafkan, Abang. Abang benar-benar sibuk beberapa hari terakhir."
"Nggak bisa ambil cuti sebentar?"
"Abang sudah mengajukan cuti untuk pernikahan kita nanti selama seminggu. Sekarang nggak bisa, Sayang."
"Nanti Mika minta tolong sama Mamanya Bang Raka, biar Abang bisa cuti lagi."
"Nggak bisa seenaknya gitu, dong. Abang bekerja di sana, walau kantor itu masih milik keluarga Mika. Mika tahu, kan, gimana susahnya Abang supaya bisa masuk ke sana? Sabar, ya."
"Capek."
"Iya, Abang tahu Mika capek banget sekarang. Nanti biar Abang minta tolong Ibu buat bantuin Mika. Gimana?"
Selama ini Mika selalu menolak bantuan dari Ibunda Reihan. Ia tak ingin merepotkan orang tua, entah dari kedua orang tuanya atau kedua orang tua Reihan. Terkadang Mika meminta bantuan kakak iparnya, Keiza, jika sedang tidak sibuk.
Suara dering smartphone Reihan terdengar. Menginterupsi Mika yang akan menjawab pertanyaan dari Reihan.
"Gimana? Mau, ya?" bujuk Reihan mengacuhkan panggilan di smartphone-nya.
"Angkat dulu teleponnya," perintah Mika yang membuat Reihan menjadi lesu.
Reihan sudah mengetahui siapa yang menghubunginya beberapa detik lalu. Karena itu ia mencoba mengacuhkannya untuk sesaat. Berusaha agar masalahnya dengan Mika segera selesai.
"Halo," sapa Reihan setelah mengangkat panggilan dari Raka.
"Rei, cepat ke sini! Kita berangkat sekarang," perintah Raka yang terdengar tak ingin dibantah.
"Sekarang?"
"Kenapa? Lagi kena tanggung?!"
Suara tawa keras terdengar bersahutan dari seberang. Reihan langsung mematikan panggilan itu secara sepihak dengan kesal.
"Mau pergi lagi?!" tanya Mika penuh emosi.
Reihan mengangguk memberi jawaban, "Besok pagi-pagi Abang ke sini. Oke?"
"Nggak perlu. Besok aku bisa urus semua sendiri. Abang pergi aja!"
"Besok Abang temenin, ya?"
"Nggak usah. Aku bisa sendiri kalau cuma men-cancel semuanya."
"Maksudnya?" Reihan terkesiap mendengar ucapan Mika.
"Aku mau batalin pernikahan kita."
Reihan terpaku ketika mendengar ucapan Mika. Jantungnya seakan berhenti berdetak dalam hitungan detik. Hal yang tak pernah ada di dalam otaknya tiba-tiba saja muncul dari mulut sang kekasih.
"Sayang, istighfar! Jangan seenaknya gitu, dong."
"Yang seenaknya itu aku atau Abang?! Sudah sana, Abang udah ditunggu, kan?"
Sekuat tenaga Reihan menekan emosinya, "Besok kita bicarakan lagi."
"Biar aku yang bicara sama Abi dan Ummi. Abang kasih tahu Ibu dan Ayah aja nanti."
Reihan membasahi bibirnya sebelum berucap, "Besok kita lanjutin lagi obrolan ini. Abang pergi, dulu. Assalamu'alaikum."
Mika berjengkit kaget saat pintu kamarnya tertutup keras. Ia terdiam merasakan detak jantungnya bertalu kencang. Diiringi setetes air mata yang meluruh jatuh.
Di lantai bawah Reihan berpamitan dengan ibunda Mika sebelum pergi. Menutupi amarahnya yang hampir meledak. Ia pun terkejut kala mendengar suara tangis anak kecil.
"Maaf, Ummi. Tadi keburu-buru nutup pintunya," ucap Reihan dengan sopan. "Reihan nggak tahu kalau ada Keenan di sini."
Rilly, ibunda Mika, tersenyum memaklumi, "Bang Byan ada urusan di luar kota, jadi Kak Keiza sm Keenan menginap di sini. Kalian berantem lagi?"
"Mika sedang marah sama Reihan, Ummi. Insya Allah besok, Reihan ke sini lagi." Reihan berusaha menutupi apa yang sedang terjadi.
"Sabar, ya, Rei," kata Rilly menasehati.
"Iya, Ummi. Reihan pamit, dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Rei!"
Rilly mengikuti Reihan keluar. Memerhatikan calon menantunya yang baru saja masuk ke dalam mobil. Ia segera menutup pintu, lalu beranjak menemui cucunya yang sedang nenangis. Ia pun harus mencari jawaban logis jika sang suami terbangun karena suara pintu yang terbanting keras.
Tbc.
♡♡♡
22March.21
Hai, akhirny aku kembali. Maaf, ya.
Jadi di sini nanti akan ada cerita short story dari para pemain pendukung di ceritaku selama ini. Adakah yang mau request? ☺
Insya Allah akan kembali merajinkan diri untuk update kelanjutannya, sambil mengedit ALRESCHA biar bisa dipeluk cium. 🥰
Btw, Ada yang masih inget dengan Mika dan Reihan?
Kalian bisa baca YOU, YOU EV, DIA, ARESH atau ATTRAVERSIAMO buat inget-inget siapa mereka berdua. Selamat menikmati, semoga cerita singkat mereka bisa menghibur.
Tabik 🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top