9. Telepon
Bayu memang sudah menambahkan Raya menjadi teman di semua sosial medianya. Tapi, Bayu tetap meminta nomor telepon Raya untuk keadaan yang mendesak.
Maksudnya mendesak bagi Bayu adalah rindu berat.
Bayu baru beli pulsa cukup banyak, walau itu berarti mengurangi uang jajannya minggu ini. Hah, cinta memang harus punya modal.
Bayu memang awalnya sempat melakukan free call, tapi ... Raya tidak mengangkatnya. Mungkin paket data Raya tidak selalu aktif.
Jadi, Bayu berpikir ia harus menggunakan pulsa agar Raya bisa mengangkat teleponnya.
Setelah membaca ayat kursi, Bayu memilih kontak Raya di ponselnya. Dan menekan lambang telepon, dengan jantung berdebar.
Di nada sambung ketujuh, akhirnya Bayu bisa mendengar suara merdu Raya malam ini.
"Heh, siapa lo berani nelepon gue jam segini?!"
Bayu meringis, melihat jam dinding di kamarnya. Oh, ternyata sudah jam setengah dua belas malam. Bayu kira belum selarut ini.
"Sori, Kak."
"Ba-Bayu?"
Bayu tersenyum saat Raya ternyata mengenali suaranya. "Iya, Kak. Tadi udah tidur, ya? Gue nggak lihat jam, gue kira masih jam sepuluh malem."
"Oh, it's okay. Gue kira tadi orang nggak jelas yang telepon."
"Aduh, Kak Raya tidur lagi aja. Sekali lagi, gue minta maaf."
"Gue kalo udah kebangun, susah lagi untuk tidur."
"Oh, maaf." Bayu mengusap dahinya yang berkeringat.
"Minta maaf mulu. Sebenernya, apa alesan lo nelepon gue selarut ini?"
"Sebenernya ... kangen."
Dua detik, tiga detik, lima detik ... tidak ada jawaban dari Raya. "Kak? Ketiduran, ya?"
Bayu memeriksa ponselnya, dan masih tersambung. Tapi, kenapa Raya tidak berkata apa-apa?
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top