8. Senyum
Raya masuk kelas, lalu melepas headset-nya setelah duduk. Raya selalu mendengarkan lagu pagi-pagi agar suasana hatinya bagus.
"Ray, tadi lo dipanggil sama bocah itu."
Raya mengernyit. "Bocah mana, Jan?"
Januar memutar bola mata. "Bocah mainan lo."
"Bayu? MANA? MANA?" Raya bangkit berdiri, lalu kembali sok cool saat Januar memandangnya curiga. "Maksud gue, mana? Kok gue nggak denger?"
"Di depan kelas. Tadi lo pakai headset, Bego."
"Biasa aja dong, Bodoh." Raya keluar dari kelas dan langsung mengejar Bayu yang terlihat berjalan memunggunginya. "Bay!"
Bayu berhenti. Ia menoleh saat tangan Raya menahan lengannya. "Kenapa, Kak?"
"Tadi lo manggil gue? Sori, tadi gue pakai headset. Jadi nggak denger, deh."
Bayu tersenyum. "Oh, ternyata gitu. Nggak apa-apa, Kak."
"Tadi ngapain manggil gue? Ada perlu apa?" tanya Raya penasaran.
"Gue cuma mau ngucapin selamat pagi aja, kok. Nggak penting, 'kan?" Bayu terkekeh hambar.
"Ya udah, ucapin sekarang aja."
"Hah?"
"Gue mau denger, walau kata lo itu nggak penting." Raya tersenyum tipis, membuat Bayu terlihat salah tingkah.
"Erm ... pagi, Kak Raya."
Astaga, gemes banget. "Pagi juga, Bayu. Udah? Itu aja?"
Bayu mengangguk. "Oh, iya. Yang rajin belajarnya, tahun ini 'kan Kak Raya UN."
"Makasih," ujar Raya.
"Sama-sama. Balik ke kelas gih, Kak. Semangat, ya." Bayu tersenyum kecil, membuatnya terlihat sepuluh kali lebih manis.
"I-iya." Raya bahkan sempat merasa terpesona untuk beberapa detik karena hal itu.
Sial, senyum Bayu sangat berbahaya.
[]
Ah, jadi inget adek gemes aku pas SMA. #plak
Iya, aku emang pernah suka sama adek kelas wkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top