28. Ujian
Hari ini adalah hari terakhir UN. Raya sangat gugup, tapi, ia ingin mengakhiri hari ini dengan cepat. Ia lelah, astaga!
Dan, tentu saja dia sangat merindukan Bayu.
Sejak hari pertama UN, mereka sudah membuat kesepakatan untuk tidak berkomunikasi apalagi bertemu. Bayu takut Raya jadi tidak fokus belajar untuk ujian.
Kalimat terakhir Bayu saat H-1 UN adalah...
Fighting! Do your best, Love.
Raya tersenyum setiap mengingat hal itu. Bayu begitu manis melebihi gula, Raya jadi takut sakit diabetes, deh.
Waktu berlalu. Bel jam terakhir akhirnya berbunyi. Raya membereskan alat tulisnya dan mengambil tas di luar kelas. Waktunya pulang!
Semua teman-teman Raya bersorak senang karena terbebas dari segala macam ujian. Kelas XII memang penuh dengan kesibukan dan soal ujian yang membuat mual. Tapi, sangat lega jika semuanya sudah terlalui.
"Merdeka, cuy!"
Banyak yang tertawa dan saling berpelukan, karena hari-hari perjuangan mereka akhirnya berakhir. Raya juga ikut tertawa, walau ... ia masih merasa sedih setiap melihat Januar. Lelaki itu terlihat tidak tertawa dengan teman-temannya.
"Ray, Bayu nggak jemput? Dari kemaren, gue liat lo naik taksi mulu. Januar juga tumben nggak nganterin lo."
Raya tertawa hambar. "Iya, Bayu kayaknya lagi nikmatin liburan. Dan emang gue nggak minta dia jemput, sih."
"Cie, belajar mandiri, nih?"
"Iya, dong. Gue 'kan mau jadi perawat." Saat Raya sedang mengobrol dengan teman sekelasnya, tiba-tiba ada yang berdeham. Menginterupsi obrolan Raya. Bahkan membuat teman Raya pergi karena mengerti keadaan.
"Perawat kayaknya nggak cocok buat lo deh, Ray. Lo 'kan sangar."
Raya tersenyum. "Gue sekarang udah nggak sangar, kok. Lo nggak percaya?"
Lelaki itu tersenyun miring. "Yah, lo udah nggak sangar? Berarti... lo bukan tipe cewek yang gue suka lagi, dong?"
Raya mendengus dan meninju lengan lelaki itu. "Udah nggak marah nih, Jan?"
"Berbulan-bulan kita nggak ngobrol. Serius, rasanya nggak asik banget, Ray. I miss you so so bad." Januar mengacak rambut Raya dengan gemas.
Raya tertawa. "Mau kuliah di mana?"
"Yang pasti, bukan di Jakarta. Gue maunya sih yang jauh dari lo."
"Sialan. Tadi katanya kangen!"
Januar merangkul Raya ke parkiran. "Apa kabar hubungan lo dan cowok imut lo itu?"
"Baaaik. We're good."
"Lo belom bosen sama dia?"
"Ck, Jan. Jangan bikin gue pengin nonjok muka lo, ya."
Januar tergelak. "Bercanda, elah."
Saat Raya tertawa, matanya menyipit melihat sebuah motor sport berhenti di depannya dan Januar.
Pengemudi motor itu membuka helm, melempar senyum pada Raya. "Cie, udah baikan?"
"Bayu!"
Damn, he looks perfect.
[]
A/n:
Mau curhat.
Tau gak, aku kesel.
Aku kan heran ya rank cerita ini lambat banget naik rank-nya. Dan pas di cek what's hot, nggak ada! Cuma ada rank di profil aja kemaren. 23.
Aku sempat ngerasa SS ini nggak seseru SS aku yang lain. HAHAH.
Dan ternyata... pengaturan bahasa cerita ini tuh English. Gila, aku syok. Perasaan aku udah Bahasa Indonesia deh waktu awal buat. *gerogotin tembok*
Tapi, yasudahlah.
Yang penting cerita ini banyak yang komen dan bilang suka.
Thank you! Xx
Sekian curhatan aku.
See ya soon!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top